Ilustrasi Hackers | Freepik.com

Inovasi

Upaya Mewujudkan Ruang Digital yang Lebih Aman

Dunia digital tak hanya menghadirkan banyak peluang baru tapi juga ancaman keamanan siber.

Dunia digital tak hanya menghadirkan banyak peluang baru bagi para penggunanya, tapi juga ancaman kemanan. Saat ini, perlindungan data pribadi, merupakan salah satu fokus perhatian dari para penguna teknologi digital. 

PT Alita Praya Mitra menerapkan standar internasional dalam keamanan informasi setelah berhasil memperoleh Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi atau lebih dikenal dengan Information Security Management Systems (ISMS) ISO 27001.

Head of Corporate and Marketing Communication PT Alita Praya Mitra, Fita Indah Maulani mengungkapkan, sertifikasi ISMS merupakan gambaran bagaimana perusahaan dapat melindungi serta memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi. “Sertifikasi ini diperoleh atas komitmen perusahaan dalam mengelola serta mengendalikan risiko keamanan informasi,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (12/8). 

Standar operasional prosedur perusahaan, ia melanjutkan, harus berjalan sesuai dengan standar keamanan siber. Salah satunya mengacu pada ISO 27001. Dengan mengantongi ISO 27001:2013, saat ini Alita telah menetapkan persyaratan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan sistem manajemen keamanan informasi dalam konteks organisasi.

Hal ini juga mencakup persyaratan untuk penilaian dan penanganan risiko keamanan informasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Menurut Fita, sebagai perusahaan yang berfokus dalam menghadirkan solusi teknologi informasi dan komunikasi, Alita melihat gelombang transformasi digital saat ini harus memperhatikan sisi keamanan.

photo
Karyawan Alita tengah melakukan instalasi perangkat (Ilustrasi) - (Dok Alita)

Keamanan informasi pun menjadi tanggung jawab semua pihak dalam perusahaan. Termasuk juga, perlu ditumbuhkan kesadaran pada seluruh sumber daya manusia mengenai pentingnya menjaga data privasi perusahaan dan pelanggan serta mengetahui tentang keamanan siber.

Selain itu, perusahaan juga harus menerapkan sistem keamanan yang mampu melindung data-data perusahaan. “Perusahaan juga harus menerapkan teknologi keamanan yang tepat untuk melindungi data dan bisnis perusahaan di era digital,” ujar Fita menambahkan. 

Dalam menjaga data makin aman di era digital, saat ini perusahaan perlu memiliki lebih dari satu tempat penyimpanan. Di mana satu lokasi khusus untuk menyimpan data-data penting dan terenskripsi, dan lokasi lain untuk menyimpan data lainnya, atau digunakan sebagai sistem cadangan untuk menjaga keandalan operasional perusahaan.

PT Alita Praya Mitra saat ini telah mengantongi tiga standar internasional melalui sertifikasi ISO, yaitu ISO 9001:2015, ISO 45001:2018, dan ISO 27001:2013.

ISO 9001:2015 merupakan sertifikasi yang berorientasi pada layanan pelanggan dan standar manajemen mutu. ISO 45001:2018 merupakan satu standar internasional yang memberikan arahan untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sementara, ISO 27001:2013 merupakan suatu standar internasional penerapan sistem manajemen kemanan informasi. 

Biaya Pelanggaran Data Meningkat

photo
Ilustrasi peretasan - (Pixabay)

Beberapa waktu lalu, IBM Security mengumumkan hasil studi global yang menemukan bahwa pelanggaran data saat ini merugikan perusahaan yang disurvei rata-rata sebesar 4,24 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 60,6 miliar per insiden. Angka ini, sekaligus menjadi biaya tertinggi dalam 17 tahun sejarah laporan studi ini dibuat. 

Berdasarkan analisis mendalam tentang pelanggaran data dunia nyata yang dialami oleh lebih dari 500 organisasi, penelitian ini menunjukkan, insiden keamanan menjadi lebih mahal dan sulit dikendalikan karena peralihan operasional yang drastis selama pandemi. Saat ini, bisnis memang dipaksa untuk menyesuaikan pendekatan teknologi mereka secara cepat di tahun lalu. 

Termasuk, dengan begitu banyak perusahaan yang mendorong atau mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah. Selain itu, 60 persen organisasi juga kini bergerak lebih jauh ke aktivitas berbasis komputasi awan selama pandemi. 

Temuan baru yang dirilis ini juga menunjukkan bahwa keamanan mungkin kurang begitu cepat mengejar perubahan yang pesat terjadi. "Biaya pelanggaran data yang lebih tinggi adalah biaya tambahan lain untuk bisnis setelah peralihan teknologi yang cepat selama pandemi," kata Chris McCurdy, selaku Wakil Presiden dan Manajer Umum, IBM Security.

Sementara, ia melanjutkan, biaya pelanggaran data yang mencapai rekor tertinggi selama setahun terakhir, menunjukkan tanda-tanda positif tentang dampak taktik keamanan modern, seperti AI, otomatisasi, dan adopsi pendekatan nol kepercayaan (zero trust) – yang dapat membantu mengurangi biaya dari insiden ini lebih jauh.

Laporan Biaya Pelanggaran Data tahunan, yang dilakukan oleh Ponemon Institute dan disponsori serta dianalisis oleh IBM Security, mengidentifikasi beberapa tren yang mengakibatkan biaya pelanggaran data terus mengalami peningkatan, di antaranya:

• Dampak bekerja jarak jauh.

Peralihan cepat ke operasi jarak jauh selama pandemi ini telah menyebabkan pelanggaran data yang lebih merugikan bagi perusahaan. Pelanggaran data rata-rata menelan biaya lebih dari 1 juta dolar AS ketika bekerja jarak jauh.

• Biaya pelanggaran dalam industri kesehatan melonjak.

Industri yang menghadapi perubahan operasional besar selama pandemi, seperti layanan kesehatan, ritel, perhotelan, dan manufaktur/distribusi konsumen, juga mengalami peningkatan biaya pelanggaran data yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Pelanggaran dalam industri kesehatan adalah yang paling mahal sejauh ini, yaitu mencapai 9,23 juta dolar AS, per insiden. Jumlah ini, meningkat hingga 2 juta dolar AS, dari tahun sebelumnya.

• Kredensial yang disusupi menyebabkan terjadinya penyusupan data. 

Kredensial pengguna yang dicuri adalah akar penyebab pelanggaran yang paling umum dalam penelitian ini. Pada saat yang sama, data pribadi pelanggan, seperti nama, surel, dan kata sandi, adalah jenis informasi yang paling umum terekspos dalam pelanggaran data. 

Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan efek spiral, dengan pelanggaran nama pengguna atau kata sandi dapat memberi penyerang peluang untuk melakukan pelanggaran data tambahan di masa mendatang.

 
Perusahaan juga harus menerapkan teknologi keamanan yang tepat untuk melindungi data dan bisnis perusahaan di era digital.
FITA MAULANI, Head of Corporate and Marketing Communication PT Alita Praya Mitra
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat