Seorang anak memegang senjata dalam pawai militer di Gaza City, Rabu (9/6/2021). Pawai itu memeringati serangan 11 hari Israel ke Gaza pada Mei 2021. | AP/Felipe Dana

Internasional

91 Persen Anak di Gaza Alami Trauma

Pasukan Israel melakukan serangan tak proporsional terhadap anak-anak dan perempuan Gaza.

YERUSALEM -- Sembilan dari sepuluh anak di Jalur Gaza saat ini menderita trauma, terkait konflik setelah serangan militer Israel yang berakhir pada Mei 2021 lalu. Menurut laporan Monitor Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania (Euro-Med Monitor) yang diterbitkan pada Jumat (2/7), terungkap 91 persen anak-anak di Jalur Gaza menderita trauma psikologis setelah agresi militer Israel tersebut.

Sebuah laporan yang berjudul One War Older mendokumentasikan statistik paling menonjol dari serangan di Jalur Gaza. Sekitar 50 persen dari populasi Jalur Gaza adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun dan 49 persen di antaranya adalah perempuan.

Laporan itu menunjukkan, selama agresi militer pada 10-21 Mei di Gaza, pasukan Israel melakukan serangan yang tidak proporsional terhadap lingkungan permukiman padat penduduk dengan mayoritas populasi anak-anak dan perempuan. Mereka secara total membentuk 75 persen dari populasi.

Selain itu, serangan mengakibatkan kematian dan cedera di antara anak-anak dan perempuan di Gaza. Euro-Med Monitor mengungkapkan, 241 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat pengeboman.

Kemudian, sekitar 5.400 anak kehilangan rumah dan 42 ribu anak memiliki rumah yang rusak. Sebanyak 66 anak tewas dalam pengeboman Israel di Gaza serta 470 anak-anak dan 310 perempuan terluka.

Laporan itu dibuat setelah tim Euro-Med Monitor melakukan penelitian lapangan lebih dari lima minggu. Mereka mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung terhadap rumah-rumah sipil yang menampung banyak perempuan dan anak-anak.

Sekitar 72 ribu anak-anak kemudian mengungsi ke sekolah milik Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) atau rumah kerabat selama serangan Israel. Sementara lebih dari 4.000 anak saat ini tetap mengungsi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Euro-Med Human Rights Monitor (euromedhr)

Peneliti lapangan Euro-Med Monitor, Mariam Dawwas menyatakan, dia dan tim lapangan mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung warga sipil di rumah mereka. Penargetan ini merupakan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta memiliki skala besar dan ganas di Jalur Gaza.

"Tidak ada banyak perbedaan dari tiga serangan sebelumnya di Gaza, kecuali satu hal. Hari ini saya termasuk di antara mereka yang saya dokumentasikan. Saya berlari bersama mereka dan berteriak mencari putri kecil saya dan meninggalkan rumah saya setelah serangan udara menargetkan gedung," ujar Dawwas, dilansir Middle East Monitor, Ahad (4/7).

photo
Jannat (4 tahun) berpose di sekolah yang digunakan sebagai pengungsian bagi keluarga-keluarga yang kehilangan rumah akibat bom Israel pada Mei 2021. - (AP/Felipe Dana)

Dawwas menyatakan, dia dan putrinya yang berusia tiga tahun juga mengalami gangguan stres pascatrauma, seperti sebagian besar penduduk Gaza lainnya. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa hampir 2.500 perempuan hamil yang akan melahirkan dalam tiga bulan ke depan, dapat mengalami komplikasi saat melahirkan sebagai efek langsung atau tidak langsung dari serangan Israel.

Ada berbagai cerita pedih tentang bagaimana serangan yang dilakukan Israel telah menimbulkan luka mendalam bagi anak-anak Palestina. Ketika serangan Israel menghantam ruas Jalan al-Wihda di pusat Kota Gaza pada Ahad pagi, setidaknya 13 orang anggota keluarga besar al-Kawalek diyakini telah tewas, terkubur di reruntuhan rumah mereka sendiri.

Banyak dari korban peristiwa ini adalah anak-anak dan salah seorang di antaranya berusia enam bulan. "Kami tidak melihat apa-apa selain asap," kata salah satu anggota keluarga yang masih hidup, Sanaa al-Kawalek, dikutip dari BBC. "Saya tidak bisa melihat anak saya di samping saya dan saya memeluknya, tapi saya tidak bisa melihat apa-apa,” ujarnya melanjutkan.

Di antara mereka yang tewas adalah dua bersaudara, Yara, 9 tahun, dan Rula, 5 tahun. Keduanya sempat dirawat di pusat penanganan trauma Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).

Euro-Med Monitor mengeluarkan laporan pertama tentang serangan militer Israel di Gaza, berjudul Neraka Tak Terhindarkan, yang mendokumentasikan kasus-kasus penargetan massal terhadap keluarga dan infrastruktur. Organisasi tersebut diperkirakan akan mengeluarkan laporan baru dalam beberapa hari mendatang tentang kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat serangan itu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Euro-Med Human Rights Monitor (@euromedhr)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat