Seorang pekerja mengenakan masker berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah di Beijing, Selasa (27/5/2021). | AP/Andy Wong

Internasional

Terpikat Tren ‘Rebahan’ di Negeri Tirai Bambu

Kaum muda di Cina menganut gaya hidup antimaterialis menyikapi prospek pekerjaan yang suram

OLEH DWINA AGUSTIN

Muak dengan tekanan stres dalam kerja, Guo Jianlong berhenti dari pekerjaannya di surat kabar di Beijing. Ia kemudian pindah ke gunung di barat daya Cina untuk hidup lebih santai.

Guo bergabung dengan segelintir profesional perkotaan Cina yang merasa lelah dengan cepatnya kehidupan bergulir. Pria berusia 44 tahun ini memilih menjadi penulis lepas di Dali, sebuah kota di provinsi Yunnan yang terkenal dengan arsitektur tradisional dan pemandangannya yang indah.

Ia kemudian menikahi seorang perempuan yang ia temui di sana. "Pekerjaan itu baik-baik saja, tetapi saya tidak terlalu menyukainya. Apa yang salah dengan melakukan hal karena diri sendiri, tidak hanya melihat uang?" kata Guo.

Keputusan Guo ini dikenal dengan istilah "tang ping". Tak hanya di Cina, tren ini pun menggema di Jepang dan negara-negara lain.

Kaum muda telah menganut gaya hidup antimaterialis dalam menanggapi prospek pekerjaan yang suram. Hingga, menghindari persaingan sengit untuk mendapatkan imbalan ekonomi yang menyusut.

photo
Warga mengenakan masker berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah di Beijing, Selasa (27/5/2021). - (AP/Andy Wong)

Novelis Liao Zenghu menyatakan di Caixin, gerakan ini mencoba melawan siklus horor dari sekolah-sekolah Cina yang bertekanan tinggi. Setelah lulus, generasi produktif pun harus bergelut dengan beban pekerjaan yang tampaknya tak ada habisnya.

"Dalam masyarakat saat ini, setiap gerakan kami dipantau dan setiap tindakan dikritik. Apakah ada tindakan yang lebih memberontak daripada sekadar lie flat?" tulis Liao merujuk pada istilah tang ping.

Menurutnya, saat ini, karyawan perkotaan mengeluh bahwa jam kerja membengkak menjadi "996" atau menunjukkan kondisi mereka harus masuk pukul 09.00 dan pulang hingga pukul 21.00 dalam enam hari per pekan. "Kami umumnya percaya bahwa perbudakan telah hilang. Namun, nyatanya perbudakan hanya beradaptasi dengan era ekonomi baru,” kata seorang wanita yang menulis dengan nama Xia Bingbao atau Summer Hailstones, di layanan media sosial Douban.

Xia menolak argumen, orang-orang muda yang memilih hidup lebih santai menyerah pada kesuksesan ekonomi. "Ketika sumber daya semakin terfokus pada beberapa orang di kepala dan kerabat mereka, tenaga kerja menjadi murah dan dapat diganti. Apakah masuk akal untuk mempercayakan nasib pada pemberian kecil dari orang lain?" ujarnya.

photo
Warga mengenakan masker berjalan di depan pusat perbelanjaan di Beijing, Selasa (27/5/2021). - (AP/Andy Wong)

Beberapa lulusan elite berusia 20-an yang seharusnya memiliki prospek pekerjaan terbaik juga mengatakan, kini mereka kelelahan akibat ujian sekolah menengah dan universitas. Mereka melihat tidak ada gunanya lagi membuat lebih banyak pengorbanan.

"Mengejar ketenaran dan kekayaan tidak menarik bagi saya. Saya sangat lelah," kata mahasiswa pascasarjana berusia 25 tahun, Zhai Xiangyu.

Di sisi lain, beberapa profesional kini memilih untuk melakukan pensiun dini, contohnya Xu Zhunjiong. Seorang manajer sumber daya manusia di Shanghai ini mengatakan, ia memutuskan berhenti bekerja pada usia 45 tahun.

Rentang usia ini masih satu dekade sebelum usia pensiun minimum yang sah bagi perempuan. "Saya ingin pensiun dini. Saya tidak ingin bertarung lagi. Saya akan pergi ke tempat lain," kata Xu.

Tidak jelas berapa banyak orang yang berhenti dari pekerjaan atau pindah dari kota-kota besar. Tapi, Partai Komunis yang berkuasa berusaha untuk mencegah tren tersebut.

Tren ini pun dianggap sebagai sebuah dinamika yang mengkhawatirkan. "Perjuangan itu sendiri adalah semacam kebahagiaan. Memilih untuk lie flat dalam menghadapi tekanan tidak hanya tidak adil tetapi juga memalukan," ujar surat kabar Southern Daily yang diterbitkan oleh partai tersebut.

Tanda ketidaksenangan resmi pemerintah atas tren ini pun terlihat dari menghilangnya kaus, kasing ponsel, dan produk bertema Lie Flat lainnya dari platform penjualan daring. Saat ini, Cina sangat membutuhkan profesional yang terampil untuk mengembangkan teknologi dan industri lainnya.

Apalagi, populasi Cina juga semakin tua dan kumpulan orang usia kerja telah menyusut sekitar lima persen dari puncaknya pada 2011. Data resmi menunjukkan pengeluaran ekonomi Cina per orang berlipat ganda selama dekade terakhir.

Namun, banyak yang mengeluh bahwa keuntungan itu sebagian besar jatuh ke segelintir taipan dan perusahaan milik negara. Para profesional mengatakan pendapatan mereka gagal untuk mengimbangi melonjaknya perumahan, perawatan anak, dan biaya lainnya.

Ribuan orang melampiaskan frustrasi secara daring setelah pengumuman Partai Komunis pada Mei bahwa batas kelahiran resmi akan dilonggarkan untuk memungkinkan semua pasangan memiliki tiga anak, bukan dua. Partai tersebut telah memberlakukan pembatasan kelahiran sejak 1980.

Beberapa menit setelah pengumuman tersebut, situs laman langsung dibanjiri berbagai keluhan. Langkah tersebut dianggap tidak membantu orang tua mengatasi biaya penitipan anak, jam kerja yang panjang, perumahan yang sempit, diskriminasi pekerjaan terhadap ibu, dan kebutuhan untuk merawat orang tua yang lanjut usia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat