Petugas penyaluran zakat fitrah menyiapkan beras zakat fitrah untuk disalurkan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (12/5/2021). | Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Opini

Reposisi Forum Zakat

Amil zakat harus memiliki standar, sertifikasi yang jelas, serta kendali mutu yang terus ditingkatkan.

NANA SUDIANA, Direktur IZI dan Mahasiswa Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Jakarta

Musyawarah Nasional (Munas) ke-9 Forum Zakat (FOZ) di Kota Batu, Jawa Timur, pada 3-4 Juni 2021 baru saja berakhir. Walau berjalan di tengah ancaman pandemi Covid-19 sehingga ketat soal prokes, alhamdulillah munas berjalan sukses sesuai rencana.

Secara rutin, munas FOZ memiliki tiga agenda utama, yaitu pemilihan ketua umum dan sekretaris umum, pembahasan dan pengesahan AD/ART, tata Kelola organisasi dan program kerja FOZ, serta pembahasan resolusi.

Selain mengkaji AD/ART, tata organisasi dan program kerja, munas menghasilkan sembilan resolusi. Munas ke-9 FOZ sangat penting bagi gerakan zakat Indonesia, di tengah menguatnya arus post-religion juga disrupsi di tengah modernitas kehidupan.

Ditambah, pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Pada saat yang sama, di Indonesia, umat Islam tak berposisi sama dalam menyikapi kemajuan zaman.

 
Munas ke-9 FOZ sangat penting bagi gerakan zakat Indonesia, di tengah menguatnya arus post-religion juga disrupsi di tengah modernitas kehidupan.
 
 

Kenyataan bahwa dunia saat ini telah terkoneksi dan melampaui batas-batas teritorial suatu negara, yang oleh Kenichi Ohmae dibahasakan sebagai “the end of the nation state”, tetap tak bisa menyatukan pandangan umat.

Secara faktual, ada dua paradigma yang berkembang di tengah umat Islam. Paradigma pertama cenderung konservatif, sedangkan paradigma kedua cenderung liberal.

Walaupun ada sejumlah pihak berharap muncul paradigma alternatif, disebut paradigma moderat, tapi arus pemikiran ini masih belum cukup kuat. Gerakan zakat Indonesia, sebenarnya bisa mengusung ruang moderasi beragama.

Zakat dan filantropi Islam perkembangannya semakin bisa menguatkan arus tengah bahwa Islam adalah agama modern, berorientasi kemajuan serta penuh semangat kepedulian dan kasih sayang pada sesama manusia.

Oposisi atau reposisi

Di tengah masih menguatnya sekularisasi agama, yang oleh Jose Casanova disebut keniscayaan atas tuntutan perubahan zaman, ternyata peningkatan zakat dan filantropi Islam di Indonesia terus tumbuh dengan baik.

 
Di tengah masih menguatnya sekularisasi agama, yang oleh Jose Casanova disebut keniscayaan atas tuntutan perubahan zaman, ternyata peningkatan zakat dan filantropi Islam di Indonesia terus tumbuh dengan baik.
 
 

Ekspresi umat untuk menunjukkan kepedulian dan rasa berbagi bahkan menurut badan amal di Inggris, Charities Aid Foundation (CAF), pada 2018, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia.

Pascamunas ke-9, FOZ semakin penting bagi dunia zakat. FOZ harus terus melakukan reposisi atas peran dan fungsi strategisnya, bagi keseimbangan pengambilan kebijakan pengelolaan zakat di Indonesia.

Berikut ini ada tiga pekerjaan rumah FOZ. Pertama, soal regulasi dan tata kelola zakat. FOZ harus semakin menjadi suara utama yang memainkan kepentingan masyarakat madani dalam pengelolaan zakat. Urusan internal FOZ jangan sampai mengganggu peran ini.

Kalau perlu, sejak awal FOZ harus melibatkan ahli, akademisi, praktisi, serta aktivis zakat mengkaji dan menemukan pola serta relasi terbaik antaraktor pengelola dan pengambil kebijakan zakat, yang berorientasi pada masa depan zakat dan filantropi Islam.

Kedua, FOZ harus mengakselerasi kemajuan gerakan zakat berbasis digital. Pengelolaan zakat secara tradisional secara perlahan digeser dan harus ditinggalkan. FOZ harus mengadopsi kemajuan teknologi dan sistem terbaru di medsos, bahkan kecerdasan buatan.

 
Potensi zakat yang masih sangat besar, berpeluang terus digali dan dioptimalkan anggota FOZ, yang kini berjumlah 167 organisasi pengelola zakat.
 
 

Ketiga, FOZ harus terus membuktikan kolaborasinya, juga menyusun secara baik database dan portofolio gerakan zakat Indonesia dalam cetak biru gerakan zakat, yang jelas dan perinci. Sinergi bukan hanya jadi jargón, melainkan harus ditingkatkan.

Termasuk membingkainya dalam kajian, penerbitan literatur dan jurnal, serta publikasi ilmiah dari seluruh potret kemajuan, yang dilakukan anggota-anggotanya ataupun oleh FOZ sebagai asosiasi.

Sinergi adalah kunci

Potensi zakat yang masih sangat besar, berpeluang terus digali dan dioptimalkan anggota FOZ, yang kini berjumlah 167 organisasi pengelola zakat.

Salah satu bukti kuatnya kolaborasi di FOZ adalah pengurangan dampak Covid-19 yang dimulai Maret-Agustus 2020, yang berhasil menghimpun Rp 567 miliar. Ini signifikan dalam mengurangi dampak pandemi, khususnya bagi masyarakat dhuafa.

Sejarah panjang gerakan zakat yang oleh Amelia Fauzia disebut sering diwarnai kontestasi pengelolaan zakat antara negara dan masyarakat sipil Islam, tak berarti menghalangi sinergi FOZ dengan elemen pemerintah.

Sinergi FOZ dengan sejumlah kementerian, dunia usaha, media, dan elemen masyarakat lainnya justru meneguhkan posisi FOZ di tengah perubahan dinamika masyarakat, juga terpaan disrupsi dalam kehidupan secara umum.

Pada akhirnya, Munas ke-9 FOZ akan menjadi tonggak era zakat dalam reposisi terbarunya. FOZ menjadi lokomotif dalam perubahan posisi ini dan sekaligus harapan selalu mendorong spirit gotong royong dalam dinamika gerakan zakat Indonesia.

FOZ juga harus menyuarakan komando untuk holopis kuntul baris, mengangkat martabal amil sebagai profesi mulia dan profesional. Amil zakat harus memiliki standar, sertifikasi yang jelas, serta kendali mutu yang terus ditingkatkan.

FOZ adalah rumah besar gerakan zakat Indonesia. Di rumah ini, persoalan gerakan zakat diselesaikan hingga menghasilkan solusi nyata demi terbangunnya masyarakat adil dan beradab, sesuai cita-cita para pendiri bangsa. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat