Solidaritas dari Indonesia untuk perjuangan rakyat Palestina kian tumbuh. | AP

Laporan Utama

Relawan Siap Tembus Gaza

Solidaritas dari Indonesia untuk perjuangan rakyat Palestina kian tumbuh.

 

Perang 11 hari di tanah Palestina meninggalkan luka menganga. Ratusan korban jiwa dan ribuan orang mengalami cedera. Belum lagi ribuan bangunan yang hancur akibat rudal penjajah. 

Solidaritas dari Indonesia kian tumbuh. Aksi demonstrasi, donasi, hingga boikot terus digaungkan. Inilah momentum terbaik kita untuk menunjukkan persaudaraan. Bukan hanya dengan sesama umat seagama, tetapi juga sesama manusia.

Dari Indonesia untuk Palestina

Sederet koper tampak berjejer di hadapan. Isinya kebanyakan adalah perlengkapan medis tim relawan kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Sabtu (22/5) siang itu, perhimpunan kemanusiaan tersebut tengah melakukan konferensi pers pemberangkatan relawan ke Gaza, Palestina, di Mabes BSMI, Pasar Rebo, Jakarta.

Ketua DPN Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Muhammad Jazuli Ambari mengatakan, BSMI tengah melakukan proses pengajuan administrasi. Mereka sedang mempersiapkan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan Palestina dan Kedutaan Besar Mesir agar para relawan dapat masuk ke Gaza.

“Kami masuk ke Gaza, jalurnya lewat Mesir. Jadi, kami ajukan proses administrasinya untuk akta diplomatik dari Kemenlu (Kementerian Luar Negeri), lalu dari Kemenlu kami ajukan ke Kedubes Mesir, lalu dari sana berkoordinasi lagi dengan Kemenkes Palestina agar bisa masuk,” kata Jazuli saat dihubungi Republika, Rabu (26/5).

photo
Warga Gaza melewati gedung yang hancur akibat agresi militer Israel selama 11 hari, Selasa (25/5/2021). - (AP/John Minchillo)

Selain mempersiapkan kebutuhan administrasi, BSMI sudah menyiagakan 10-15 relawan yang akan diberangkatkan ke Palestina. Kebanyakan merupakan para dokter spesialis yang akan membawa obat-obatan dan peralatan medis untuk membantu para korban di Palestina. “Kami juga mendata SDM yang akan berangkat, seperti dokter-dokter spesialis, termasuk ahli rehabilitasi, dan yang lainnya,” kata dia.

Jazuli menambahkan, rencana kegiatan yang akan dilakukan  para relawan BSMI masih dikoordinasikan dengan Kemenkes Palestina. Salah satu programnya yakni di Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menjadi sentral korban serangan Israel. 

Dalam kondisi yang mencekam di Palestina, pihaknya pun menyebut BSMI akan memperhatikan situasi dan akan mengikuti aturan dari Pemerintah Mesir maupun Indonesia. “Pembekalan mental dan juga kedisiplinan kami tekankan ke para relawan agar selalu mengikuti arahan guidence yang diberikan mitra kami di Kemenkes Palestina,” ujar dia.

photo
Petugas menurunkan kotak-kotak berisi bantuan bagi warga Gaza setibanya di pintu perbatasan Rafah, Mesir, Senin (23/5/2021). Lebih dari 120 truk bantuan dari Mesir menuju Jalur Gaza. - (EPA/MOHAMMED SABER)

Perhimpunan kemanusiaan lainnya, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), juga tengah menyiapkan relawan medis untuk menembus Gaza. Ketua Presidium Mer-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, persiapan pemberangkatan para relawan masih dalam tahapan koordinasi antara beberapa negara terkait dengan akses masuk ke Palestina.

Secara mental dan persiapan fisik, dia meyakinkan, MER-C senantiasa siap membantu Palestina, sebab telah memiliki kapasitas dalam aksi-aksi kemanusiaan di wilayah-wilayah konflik.

“Para dokter kita akan membantu di rumah sakit Gaza Palestina. Secara mental dan kemampuan, insya Allah kami siap. Kami paham risikonya (bagi para relawan), pulang hanya tinggal nama dan badan atau selamat. Mudah-mudahan dimudahkan Allah,” kata Sarbini.

Bangun Palestina

Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar menjelaskan, terdapat empat elemen penting yang menjadi fokus ACT untuk membantu Palestina saat ini, yakni pangan, medis, kesehatan, dan pendidikan. Program Gaza Recovery, kata dia, akan dilakukan guna mengerahkan kekuatan donasi para donatur untuk membangun kembali Palestina.

“Kita lakukan program Gaza Recovery. Kita akan bangun kembali Palestina, bersama-sama,” kata Ibnu Khajar.

Berdasarkan catatannya, terdapat sekitar 1.500 orang lebih warga Palestina yang mengalami luka-luka, sebanyak 1.005 unit rumah rusak total, dan 6.474 unit rumah rusak sebagian. Tak hanya itu, Ibnu Khajar mengatakan, sejumlah infrastruktur utama seperti jalan raya pun rusak parah hingga menyulitkan ambulans saat proses evakuasi korban ke rumah sakit.

“Sehingga bantuan yang berupa pangan, aktivasi infrastruktur, ekonomi, dan bantuan kesehatan serta pendidikan kita terus upayakan. Kami pun meminta dukungan donatur untuk terus bersama-sama membantu Palestina,” kata dia.

photo
Petugas medis merawat seorang anak yang terluka akibat serangan jet tempur Israel ke Gaza, di Kota Gaza, beberapa waktu lalu. Solidaritas dari Indonesia untuk perjuangan rakyat Palestina kian tumbuh. - (AP)

Gaza Butuh Dokter Spesialis

Dokter yang bertugas di Jalur Gaza, Palestina, dr Mueen al Shurafa SpAn menjelaskan, banyak rumah sakit di Gaza yang membutuhkan dokter spesialis seusai perang 11 hari lalu. Menurut Mueen, dokter-dokter yang dibutuhkan terutama untuk dokter spesialis di bidang ortopedi dan bedah plastik.

Dia menjelaskan, banyak korban luka berat di Gaza yang membutuhkan penanganan untuk tulang dan kulit. Dokter yang bertugas di RS Kamal Adwan, Beit Lehiya, Jalur Gaza, ini menjelaskan, kebanyakan dokter masih menyandang status sebagai dokter umum. Karena itu, penanganan terhadap para pasien pun tidak maksimal.

“Dokter sebenarnya banyak di Gaza, tapi masih dokter umum. Di rumah sakit kita saja baru dokter anak, dokter kandungan, dan anastesi,” ujar dokter yang menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, pada 2018 lalu kepada Republika, Jumat (21/5).

 
Banyak korban luka berat di Gaza yang membutuhkan penanganan untuk tulang dan kulit.
DR MUEEN AL SHURAFA
 

Karena itu, dr Mueen menjelaskan, tidak sedikit pasien yang butuh perawatan harus dirujuk ke luar Gaza. Mereka diterbangkan ke beberapa negara, seperti Turki, Mesir, atau Qatar. Biayanya pun tergolong mahal. “Kalau ada dokter spesialis kan tidak perlu keluar,” kata dr Mueen. 

Dr Mueen mengaku beruntung bisa menyelesaikan studi kedokteran di Indonesia dengan program beasiswa dari BSMI. Menurut ayah delapan anak itu,  ilmu dan keterampilannya sebagai dokter spesialis anastesi amat membantu rumah sakit di Gaza.

Dia pun mendorong komunitas internasional, termasuk Indonesia, membuka peluang seluas-luasnya bagi dokter-dokter Palestina mendapatkan pendidikan spesialis. “Donasi ke sini memang bagus, tapi dalam beberapa bulan, tahun, itu kan habis. Kalau pendidikan, itu yang bisa bertahan lebih lama,” ujar dia.

photo
Data Kerusakan di Gaza. - (Republika)

Dalam wawancara dengan Republika beberapa waktu lalu, perwakilan Kementerian Kesehatan Palestina (Gaza) Dr Ashraf A Abu Mhadi menjelaskan, ada sekitar 2.500 dokter yang bertugas di Gaza. Meski demikian, kebutuhan dokter spesialis menjadi amat besar karena eskalasi konflik yang terus meningkat. Menurut Ashraf, dokter bedah dan ortopedi amat dibutuhkan di Gaza. 

Direktur Hubungan Internasional Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza Dr Abdullatif Al Haj menjelaskan, kebutuhan untuk penanganan medis di Palestina mencapai sekitar 46 juta dolar AS. Kebutuhan tersebut mencakup obat-obatan, peralatan radiologi, kebutuhan ruang operasi, hingga kebutuhan penanganan Covid-19.

“Kementerian Kesehatan di Palestina mengajukan permohonan ini kepada semua sahabat Palestina di belahan dunia mana pun,”ujar dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat