Deden Mauli Darajat | Dokpri

Opini

Ukhuwah Ciputatiyah: Benih Persaudaraan dan Keindonesiaan

Para alumni UIN Syarif Hidayatullah menyebarluaskan ukhuwah dan menjaga kedaulatan bangsa dengan segala kemampuan.

DEDEN MAULI DARAJAT; Pengurus Departemen Dakwah dan Komunikasi Umat Ikatan Alumni UIN Jakarta (IKALUIN), Dosen Jurnalistik, dan Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN Jakarta

 

Dua kata judul di atas ‘Ukhuwah Ciputatiyah’ terinspirasi dari ungkapan Kyai Asrorun Niam sebagai pembicara pada acara Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Ikatan Alumni UIN Jakarta atau IKALUIN periode 2020-2024 yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 22 Mei 2021, di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta dan disiarkan langsung melalui aplikasi Zoom dan media sosial YouTube. 

Ukhuwah atau persaudaraan adalah sebuah kata ajaib yang dapat menghadirkan kedamaian. Sementara Ciputatiyah adalah berasal dari kata Ciputat sebuah nama tempat di Kota Tangerang Selatan, Banten. Ciputat sejatinya bukan hanya sekadar nama dari sebuah kecamatan namun lebih dari itu Ciputat adalah sebuah negeri yang mengelaborasikan antara keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan. Ciputat adalah sebuah tempat di mana kampus UIN Jakarta berdiri. 

Belakangan ini ketika teknologi komunikasi dan informasi melaju begitu cepat, justru kita merasakan kegersangan persaudaraan. Alih-alih media sosial yang seharusnya menjadi wadah silaturahim justru yang terlihat adalah menjadi media yang anti sosial dan menumbuhkan kebencian di antara kita. Perbedaan yang memang sebuah keniscayaan yang tidak bisa dielakkan lagi di dunia ini disalahgunakan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab untuk menjadi ‘pupuk’ yang dapat menyuburkan kebencian di media sosial.

Sebagai manusia yang diberi amanah memimpin makhluk-makhluk di muka bumi ini, kita seyogianya menghentikan kebencian yang beredar di media sosial dan merayakan perbedaan dengan suka cita sebagai rahmat dari Allah SWT. Tugas kita adalah bukan untuk mempermasalahkan perbedaan dan menumbuhkan kebencian namun tugas kita adalah menebarkan kedamaian dan kebaikan. Salah satu konsep yang dapat menumbuhkan kedamaian adalah menghadirkan ukhuwah di tengah-tengah kita.

Kita sudah mengenal sejumlah konsep ukhuwah, seperti Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, Ukhuwah Insaniyah, Ukhuwah Makhlukiyah. Ukhuwah Islamiyah dapat dimaknai dengan persaudaraan keislaman. Ukhuwah Islamiyah ini berasaskan keislaman dan keimanan yang sama. Ukhuwah Wathaniyah adalah persaudaraan kebangsaan, yaitu persaudaraan atas dasar sesama satu bangsa dan satu negara, seperti satu bangsa dan satu negara Republik Indonesia. 

Ukhuwah Insaniyah lebih luas lagi, sebab persaudaraan ini didasari dengan sama-sama manusia. Apapun agama, ras, suku, bangsa, kita semua adalah saudara, yaitu saudara dalam kemanusiaan. Sementara ukhuwah makhlukiyah adalah saudara sesama makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Persaudaraan atau persahabatan kita terhadap makhuk Tuhan lainnya seperti hewan, tumbuhan, dan alam semesta ini harus dilestarikan agar kedamaian dan keseimbangan terjadi di dunia ini.

Di waktu yang bersamaan, terdapat pula Ukhuwah Ciputatiyah yang berasaskan sama-sama pernah mengenyam pendidikan di Ciputat atau di UIN Jakarta. Dengan bahasa lain Ukhuwah Ciputatiyah dapat dikatakan dengan Ciputat Network atau Jaringan Persaudaraan Ciputat. Di mana alumni Ciputat dapat berkolaborasi dalam beragam bidang yang digeluti meski ia dan mereka berbeda dalam organisasi kemahasiswaan, berbeda asal daerah, berbeda suku, dan perbedaan-perbedaan lainnya.

Dinamika Ciputat 

Dinamika mahasiswa Ciputat sudah terasa sejak kita menjadi mahasiswa semester satu saat kuliah S1 di UIN Jakarta. Bahkan sejak sebelum menjadi mahasiswa pun kita sudah dihadapkan dengan berbagai pilihan organsasi kemahasiswaan yang menyelenggarakan Bimbingan Tes (Bimtes) UIN Jakarta. 

Setelah menjadi mahasiswa kita ‘didekati’ oleh senior-senior kita untuk masuk ke dalam organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan lain-lain. Organisasi ekstra kampus inilah yang kemudian menjadi ‘tiket’ kita untuk dapat bergabung di organisasi intra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). 

Saat kami kuliah dulu, misalnya, ada sejumlah partai mahasiswa yang dibentuk secara legal formal di dalam kampus UIN Jakarta, seperti Partai Reformasi Mahasiswa (Parma), Partai Persatuan Mahasiswa (PPM), Partai Progresif, Partai Intelektual Mahasiswa (PIM), dan Partai Bunga. 

Partai-partai mahasiswa ini tidak berdiri sendiri tanpa afiliasi. Parma, misalnya, berafiliasi dengan HMI, PPM berafiliasi dengan PMII, Partai Progresif berafiliasi dengan IMM, PIM berafiliasi dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Partai Bunga berafiliasi dengan Forum Kota (Forkot). Dan partai-partai mahasiswa tersebut, atas dasar ‘kebijakan’ kampus, saat ini sudah tidak tampak lagi keberadaannya di UIN Jakarta.

Ciputat bagi aktivis organisasi kemahasiswaan semisal HMI, PMII, dan IMM merupakan nama cabang dari organisasi kemahasiswaan nasional. Padahal seharusnya nama cabang diambil dari sebuah nama Kabupaten/Kota. Dan Ciputat adalah sebuah istisna atau  pengecualian. Komisariat yang barada di bawah Cabang Ciputat dibentuk berasaskan fakultas di UIN Jakarta. Sementara di cabang lainnya komisariat dibentuk berasaskan nama kampus. 

Dalam sebuah judul buku, bahkan, Ciputat disetarakan dengan Cairo di Mesir dan Columbia di Amerika Serikat. Judul buku tersebut adalah “Dari Ciputat, Cairo, hingga Columbia: UIN Jakarta Menembus Masyarakat Global,” yang ditulis oleh Hamid Nasuhi (2007). 

Selain organisasi kemahasiswaan di atas, masih banyak lagi yang memperkuat dinamika kemahasiswaan Ciputat, seperti organisasi intra kampus, misalnya BEM UIN, BEM Fakultas, BEM Jurusan, DEMA UIN, DEMA Fakultas, DEMA Jurusan, dan sejumlah organisasi kemahasiswaan yang berasaskan minat dan bakat seperi LPM Institut, PSM, Teater Sahid, Ranita, Arkadia, Hiqma, Pramuka, Porsa, dan yang lainnya di tingkat universitas dan masih banyak lagi di tingkat fakultas dan jurusan. 

Lebih jauh lagi, beragam organisasi yang berasas primordial seperti HMB Jakarta, Himata, KMSC, Imala, KMSGD, dan yang lainnya juga memeriahkan dinamika di Ciputat. Lebih lanjut terdapat sejumlah organisasi atau komunitas diskusi seperti Formaci, LS-Adi, dan forum-forum ilmiah lainnya di sebuah sudut kota kecil di bilangan selatan Jakarta ini.

Dinamika Ciputat yang penuh dengan perbedaan tersebut sejatinya adalah miniatur Indonesia pada umumnya, dan miniatur Islam Indonesia pada khususnya. Di Ciputat kita akan menemukan berbagai paham keislaman yang berbasis pada pada paham organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam semisal Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, PUI, Mathlaul Anwar, dan lain-lain. 

Perbedaan-perbedaan ini menjadi topik diskusi kita baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Meski begitu perbedaan-perbedaan ini kita maknai sebagai rahmat dan kebajikan dari Allah SWT. Meski berbeda pendapat atau pandangan, namun kita tetap menjadi saudara. Kita menghargai pendapat orang lain dan mereka juga menghargai pendapat kita tanpa harus memaksakan diri untuk menerima pendapat satu dan yang lainnya. Perbedaan seperti inilah yang seharunya kita rayakan. Dan perbedaan seperti inilah yang menjadi dasar kita dalam membentuk ukhuwah. 

Dasar lainnya yang dapat memperkokoh sebuah ukhuwah yaitu dengan menghadirkan kata kunci utama yaitu ‘kalimatun sawa’ yakni mencari satu kalimat yang sama. Dalam makna yang lebih luas yaitu kita harus mencari akar persamaan yang dapat diterima oleh sebanyak mungkin orang yang kita kenal. Sehingga kemudian persamaan-persamaan inilah yang dapat merekatkan sebuah ukhuwah, baik itu Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, Ukhuwah Insaniyah, Ukhuwah Makhlukiyah, bahkan Ukhuwah Ciputatiyah.

Pengurus IKALUIN Jakarta yang baru yang saat ini dipimpin oleh Dr TB H Ace Hasan Sadzily diharapakan dapat menjadi katalisator dalam memperkuat ukhuwah-ukhuwah di atas dengan pertama-tama memperkuat Ukhuwah Ciputatiyah dalam rangka menghadirkan kedamaian dan kemajuan untuk bangsa dan negara bahkan dunia. Semoga. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat