Pemain tengah Portland Trail Blazers Jusuf Nurkic dari Boznia (kiri) melempar bola dalam sebuah pertandingan basket. Dia adalah pemain yang tidak takut mengecam Israel saat ini. | EPA-EFE/JOHN G. MABANGLO

Olahraga

Jusuf Nurkic: NBA, Palestina, dan Memori Kelam Bosnia

Jusuf Nurkic tak takut bersuara mengecam Israel meskipun sebagian besar pemain bungkam karena kuatnya pengaruh Israel.

 

Center klub NBA Portland Trailblazers, Jusuf Nurkic, belakangan mendapatkan sorotan. Bukan hanya karena NBA akan memasuki fase play-off pada awal pekan depan, dengan Blazers yang menempati posisi keenam Wilayah Barat akan bertemu peringkat ketiga Denver Nuggets.

Terlepas dari urusan persaingan di dalam lapangan, Nurkic mendapatkan perhatian karena dukungannya terhadap Palestina yang tengah dijajah Israel. Pebasket kelahiran 23 Agustus 1994 ini bersuara melalui akun Twitter pribadinya.

Nurkic kerap me-retweet kabar dari perang yang berkecamuk di Gaza. Ia mengunggah kutipan tokoh besar Afrika Selatan Nelson Mandela tentang Palestina. "Kita sadar untuk mencapai kemerdekaan tidak akan lengkap tanpa kemerdekaan rakyat Palestina," begitu ujaran Mandela yang dikutip Nurkic.

Ia juga terus menyebarkan perkembangan situasi Palestina. Hingga pada Senin, (17/5) lalu, Nurkic terlihat mulai geram dengan tingkah Israel yang masih membombardir warga Palestina bahkan di tengah perayaan Idul Fitri.

Kekesalan pemain asal Bosnia-Herzegovina itu diawali cicitan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang percaya diri akan mendapatkan dukungan dari beberapa negara atas sikap politik mereka. Netanyahu mengeklaim, tindakan pihaknya demi melindungi negeri dari serangan teroris. Namun, pada kenyataannya, militer Israel menyasar korban wanita dan anak-anak di Palestina yang jumlahnya terus bertambah.

Parahnya, Netanyahu menyebut Bosnia-Herzegovina sebagai salah satu penyokongnya. Ini membuat Nurkic geram. Sebab, perang yang pernah dialami negaranya pada 1990-an lalu membuat Bosnia dinilainya tak mungkin melakukan itu.  

"Negara saya (Bosnia-Herzegovina--Red) sudah melewati genosida. Rakyat kami tidak akan pernah berada di sisi penjajah," tulisnya. "Hanya butuh menjadi manusia untuk menghentikan perang dan membunuh orang-orang tidak berdosa, termasuk anak-anak. Menghentikan perang adalah satu-satunya cara yang benar. Hentikan semua perang!"

Nurkic tak takut bersuara mengecam Israel meskipun sebagian besar pemain bungkam karena kuatnya pengaruh Israel. Ia bergabung dengan Damian Lillard dan Kyrie Irving di antara segelintir bintang NBA yang menyuarakan dukungan kepada Palestina.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Jusuf Nurkić (bosnianbeast27)

Nurkic masih mengingat kisah kelam warga Bosnia-Herzegovina yang menderita perang pada era modern. Perang Bosnia baru berakhir setelah adanya Perjanjian Dayton itu ditandatangani pada 14 Desember 1995 di Paris, Prancis. Sejarah mencatat perang Bosnia membuat lebih dari 100 ribu orang tewas dan 2,2 juta warga terpaksa kehilangan tempat tinggal, yang mayoritas Muslim.

Nurkic baru berusia setahun kala itu, tapi dampak perang masih sempat ia rasakan. Itu sebabnya Nurkic memahami betul penderitaan yang dialami bangsa Palestina. Puluhan tahun tinggal di tanah sendiri, tapi kemudian tergusur akibat penjajahan bangsa lain.

Nurkic adalah duta Muslim yang baik. Dari sisi kemampuan di lapangan, ia merupakan pilihan utama di posisi bigman. Ada Enes Kanter yang menjadi pelapisnya, yang kebetulan juga Muslim. Saat Ramadhan lalu, ia tetap berpuasa di tengah jadwal padat NBA.

Nurkic mendapatkan julukan Bosnian Beast. Ada juga yang menyebutnya Beruang Bosnia. Tubuhnya yang tinggi besar membuatnya mendapatkan julukan tersebut. Menurut situs resmi NBA, Nurkic berpostur 2,13 meter dengan berat 124,7 kilogram.

Kisah Nurkic menggeluti basket cukup unik. Berawal dari ayahnya yang berprofesi sebagai polisi di Bosnia, Hariz Nurkic, diberitakan terlibat perkelahian dengan 14 orang sekaligus. Hariz menang. Berita perkelahian itu menyebar dan diketahui agen olahraga Enes Trnovcevic. Berita itu yang menuntun Enes bertemu Nurkic pertama kalinya. Sebab, postur Hariz seperti raksasa, hampir mirip dengan anaknya sekarang.

Nurkic berusia 14 tahun kala itu dan tidak pernah berlatih bola basket. Enes membawanya ke Slovenia dan menggemblengnya menjadi pebasket. Nurkic menandatangani kontrak profesional pertamanya pada usia belum genap 15 tahun. Awalnya, Nurkic membela tim junior Zlatorog Lasko. Pada Oktober 2012, ia pindah ke klub Kroasia, Cedevita. Ia baru bersinar pada musim 2013/2014 di bawah pelatih Jasmin Repesa. Cedevita menjuara Liga Basket Kroasia dan Piala Bola Basket Kroasia. NBA pun langsung meliriknya.

Pada 26 Juni 2014, ia dipilih Chicago Bulls dalam draft NBA, tapi di-trade ke Denver Nuggets. Pada 2017, ia pindah ke Trailblazers dan menjadi andalan hingga sekarang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat