Pengunjuk rasa antikudeta militer beraksi di Yangon, Myanmar akhir April 2021 | AP/AP

Internasional

Junta Labeli Oposan Sebagai Teroris

 Jaringan aktivis telah dimobilisasi untuk melakukan latihan militer di hutan.

YANGON -- Junta militer Myanmar telah mencap Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) sebagai kelompok teroris. Junta menyalahkan NUG atas pemboman, pembakaran, dan pembunuhan. "Tindakan mereka menyebabkan begitu banyak terorisme di banyak tempat," kata televisi negara, MRTV, Ahad (9/5).

Sebuah komite yang terdiri dari anggota parlemen yang digulingkan, yang dikenal sebagai Committee Representing Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) dan kekuatan baru, sekarang akan dilindungi oleh undang-undang anti-terorisme. Undang-undang tersebut, tidak hanya melarang keanggotaan kelompok, tetapi juga melarang kontak dengan mereka. "Ada bom, kebakaran, pembunuhan dan ancaman yang menghancurkan mekanisme administrasi pemerintah," kata laporan MRTV.

Sejumlah ledakan hampir terjadi setiap hari, dan milisi lokal sepakat menghadapi pasukan militer Myanmar. Sementara, protes anti-junta masih juga belum berhenti di seluruh Myanmar.

Hal ini memicu pemogokan oleh penentang kudeta, hingga melumpuhkan ekonomi negara. Pertempuran pun terus berkobar di pinggiran Myanmar.

Saat ini, tentara etnis telah bersatu mendukung para pengunjuk rasa untuk menentang junta militer Myanmar.  Televisi pemerintah mengatakan, tentara telah maju melawan Tentara Kemerdekaan Kachin di Myanmar utara.

Sementara di Myanmar barat, Pasukan Pertahanan Chinland yang baru dibentuk mengatakan, mereka juga telah menguasai kamp militer.  Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG), yang dibentuk oleh penentang aturan militer, pada Rabu (5/5) telah membentuk kekuatan pertahanan rakyat.

Pembentukan itu untuk melindungi pendukungnya dari serangan militer dan kekerasan yang dipicu oleh pemerintah militer. NUG mengatakan pasukan baru itu adalah pendahulu dari Tentara Persatuan Federal, dan memiliki tanggung jawab mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung puluhan tahun.

Pasukan itu menangani serangan dan kekerasan militer oleh Dewan Administrasi Negara (SAC) yang berkuasa. Pemerintah persatuan, yang dibentuk  oleh serangkaian kelompok yang menentang junta, di antaranya milisi etnis minoritas, juga telah berjanji untuk mengakhiri kekerasan.

Mereka berkomitmen memulihkan demokrasi dan membangun persatuan demokratis federal. Di antara pendukung NUG, salah satunya adalah Persatuan Nasional Karen (KNU), yaitu pasukan pemberontak tertua di Myanmar.

Brigade 5 KNU pada Rabu mengatakan kepada kelompok media Pusat Informasi Karen, pejuangnya telah membunuh 194 tentara pemerintah pada akhir Maret.

Seorang aktivis muda di Mandalay pada Rabu mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa, dia berencana bergabung dengan tentara federal untuk membantu berperang melawan Tatmadaw, sebutan untuk militer Myanmar. Dia juga mengatakan, jaringan aktivis telah dimobilisasi untuk melakukan latihan militer di hutan.

Seorang juru bicara pemerintah militer tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar. Militer telah memerintah Myanmar dari tahun 1962 hingga 2011, sebelum meluncurkan transisi tentatif menuju demokrasi dan reformasi ekonomi besar-besaran.

Tentara Myanmar adalah salah satu pasukan yang paling tangguh dalam pertempuran di kawasan itu. Meskipun demikian, lawan-lawannya di beberapa tempat telah menggunakan senjata untuk melawan pasukan.

Sementara yang lain melakukan latihan dengan tentara etnis, dan telah berperang dengan militer sejak kemerdekaan pada 1948. Di Mandalay, ratusan orang mengendarai motor dan berbaris untuk mengecam militer. Mereka menuntut agar militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat