Sejumlah api pemakaman korban Covid-19 menyala di lahan yang dijadikan lokasi kremasi massal di New Delhi, India, Sabtu (24/4/2021). | AP/Altaf Qadri

Internasional

India Terus Cetak Rekor Harian Kasus Covid-19

India menjadi negeri dengan laju penambahan kasus Covid-19 tercepat di dunia.

NEW DELHI – India menjadi negeri dengan laju penambahan kasus Covid-19 tercepat di dunia. Infeksi harian Covid-19 di India mencetak rekor untuk kelima kalinya, Senin (26/4). Krisis ini ditandai dengan lahan pemakaman dan krematorium yang kewalahan menangani jenazah Covid-19.

Negara Bagian Kamataka memerintahkan penguncian wilayah atau lockdown selama 14 hari mulai Selasa (26/4). Ini mengikuti jejak Negara Bagian Maharashtra yang memberlakukan lockdown hingga 1 Mei. Sementara, sebagian wilayah lain akan mencabut pembatasan pekan ini.

Namun, pembatasan yang tak serempak ini diperumit oleh pemilihan umum daerah dan perayaan keagamaan. Para politisi, termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi dihujani kritik karena tetap melakukan kampanye yang menarik ribuan orang datang. Sekitar 8,6 juta orang diperkirakan memberikan suara dalam pemilu di Negara Bagian West Bengal, Senin.

photo
Petugas pemakaman bersiap menguburkan jenazah korban Covid-19 di Gauhati, India, Ahad (25/4/2021). Krematorium dan kuburan di India kewalahan menghadapi gelombang kedua Covid-19 yang menghancurkan negara padat penduduk itu dengan cepat, menghabiskan pasokan oksigen dan membuat pasien meninggal saat menunggu antrean untuk menemui dokter. (AP Photo/Anupam Nath) - (AP/Anupam Nath)

Dalam 24 jam terakhir pencatatan, ada 352.991 kasus Covid-19 baru. Saat berita ni ditulis, data Johns Hopkins University menunjukkan, kasus global Covid-19 melampaui 147,2 juta kasus. Amerika Serikat menghadapi lebih dari 32 juta kasus dan kasus di India melampaui angka 17,3 juta kasus.

“Saat ini, rumah sakit dalam kondisi habis-habisan dan dalam situasi yang amat kritis,” ujar Juru Bicara Sir Ganga Ram Hospital di New Delhi. Sementara, rumah sakit dan para tenaga medis menyuarakan protes bahwa mereka tak sanggup lagi menghadapi arus pasien yang deras.

Pusat kremasi massal juga kewalahan, terutama di wilayah yang paling parah, seperti New Delhi. Pemerintah Kota New Delhi kini diminta untuk mengizinkan penebangan pohon di taman-taman kota untuk keperluan kremasi.

Ambulans demi ambulans mengantre di halaman pemakaman. Sejumlah kota juga kehabisan lahan pemakaman. Televisi NDTV menayangkan tiga tenaga kesehatan di Bihar menarik jenazah menuju tempat kremasi karena kehabisan kereta dorong.

Di negara tetangga India, Sri Lanka, polisi mengancam akan mendenda dan menahan orang yang berkeliaran tanpa masker dan tak menjaga jarak sosial. Berdasarkan undang-undang karatina, pelanggar dapat diancam denda sekitar 54 dolar AS. Pelanggar juga bisa dikenai hukuman penjara selama enam bulan.

Kebijakan ketat juga diberlakukan di Thailand. Negeri Gajah Putih ini mengancam denda sekitar 640 dolar AS untuk pelanggar kewajiban bermasker di tempat umum. Ini berlaku di 48 dari 76 provinsi di Thailand.

Bantuan mengalir

Arab Saudi mengirim 80 metrik ton oksigen ke India. Hal itu dilakukan saat India menghadapi lonjakan kasus baru Covid-19 dan kekurangan pasokan oksigen di rumah sakit di seluruh wilayahnya.

photo
Sejumlah keluarga dan kerabat jenazah korban Covid-19 menangis saat prosesi kremasi di Jammu, India, Ahad (25/4/2021). Krematorium dan kuburan di India kewalahan menghadapi gelombang kedua Covid-19 yang menghancurkan negara padat penduduk itu dengan cepat, menghabiskan pasokan oksigen, dan membuat pasien meninggal saat menunggu antrean untuk menemui dokter. - (AP/Channi Anand)

“Kedutaan Besar India bangga dapat bermitra dengan Adani Group dan M/S Linde dalam mengirimkan 80 metrik ton oksigen cair yang sangat dibutuhkan ke India. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi atas semua bantuan, dukungan, dan kerja sama mereka,” kata Kedubes India lewat akun Twitter resminya pada Ahad (25/4), dikutip laman Al Arabiya.

Sementara, AS mengatakan, akan menyediakan bahan mentah untuk membantu India membuat vaksin Covid-19 Covishield. Washington pun siap menyuplai peralatan medis, seperti ventilator guna mendukung penanganan lonjakan kasus baru Covid-19 di India.

"Sama seperti India mengirim bantuan ke AS saat rumah sakit kami di bawah tekanan pada awal pandemi. AS bertekad untuk membantu India pada saat dibutuhkan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne pada Ahad (25/4), dikutip laman Hindustan Times.

Uni Eropa (UE) dan Jerman juga mengatakan, mereka akan memobilisasi bantuan untuk mendukung India menangani lonjakan tajam kasus Covid-19. Sementara, Inggris mengumumkan pengiriman lebih dari 600 peralatan medis, termasuk ventilator dan konsentrator oksigen. Paket pertama dari Inggris dijadwalkan tiba di New Delhi pada Selasa (27/4). 

photo
Petugas kesehatan membawa jenazah korban Covid-19 untuk dikremasi di Jammu, India, Ahad (25/4/2021). - (AP/Channi Anand)

Gaza Pun Kewalahan

Lebih dari setahun setelah pandemi virus Covid-19, terjadi lonjakan infeksi virus korona dan kematian yang tiba-tiba di Jalur Gaza. Hal ini membuat rumah sakit di Gaza makin kewalahan.

"Korona bukanlah permainan. Ini akan merenggut nyawa banyak orang jika mereka tidak melindungi diri mereka sendiri," kata Yasmin Ali yang ibunya meninggal dunia karena Covid-19, pekan lalu.

Jumlah kematian harian naik di atas 20 orang pada pekan lalu dibandingkan lonjakan pertama yang mencapai 15 kematian per hari. Sementara, infeksi harian mencapai 1.000 hingga 1.500 kasus.

Rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 memperingatkan bahwa pasokan oksigen makin menipis. Lonjakan kasus virus korona di Gaza disebabkan oleh pencabutan pembatasan sosial pada Februari dan munculnya varian baru virus korona.

photo
Warga Palestina menanti giliran mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 Sputnik V buatan Rusia di klinik UNRWA di Gaza City, beberapa waktu lalu. - (AP/Khalil Hamra)

Pada saat yang sama, lebih dari dua juta orang Gaza mengabaikan protokol kesehatan, terutama selama Ramadhan. Pada siang hari pasar dipenuhi pembeli yang memborong kebutuhan untuk berbuka puasa. Keputusan untuk membuka kembali pembatasan didorong oleh masalah ekonomi.

Penutupan kian mengguncang ekonomi Gaza yang telah lama menderita dengan pengangguran mencapai 50 persen. Bahkan, di kalangan anak muda, tingkat pengangguran mencapai 70 persen.

Kementerian Kesehatan mengatakan, hampir semua wilayah Gaza telah ditetapkan sebagai zona merah karena penyebaran yang meluas. Seorang pejabat senior kesehatan, Majdi Dhair mengatakan, infrastruktur medis Gaza yang terbatas dapat memperburuk situasi.

Jumlah total infeksi mendekati 100 ribu dengan 848 kematian. Rumah Sakit Eropa di Khan Younis yang menjadi rujukan Covid-19 telah kehabisan sumber daya.

Direktur Rumah Sakit Eropa Yousef al-Aqqad mengatakan, 118 dari 150 tempat tidur telah ditempati oleh pasien dalam kondisi kritis atau serius. Dia mengatakan, rumah sakit membutuhkan tambahan ratusan tabung oksigen jika jumlah pasien melebihi 150.

Rumah sakit telah menunda operasi elektif dan menutup klinik rawat jalan. Namun, mereka tetap melanjutkan layanan seperti operasi jantung dan dialisis.

Sejauh ini, Gaza telah menerima dosis yang cukup untuk memvaksinasi lebih dari 55 ribu orang. Vaksin tersebut datang dari Uni Emirat Arab dan program Covax yang didukung PBB.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat