Ilustrasi kebun anggur | Republika/Putra M. Akbar

Bodetabek

Kebun Anggur Ukraina di Tengah Panasnya Bekasi

Kebun Anggur Ukraina menjadi kebanggaan Bekasi.

OLEH UJI SUKMA MEDIANTI 

Bekasi kerap menjadi olok-olok warganet lantaran suhu udaranya yang dikenal panas. Namun, siapa menyangka kalau di wilayah ini buah anggur justru tumbuh subur. Andrew Ramanda (37 tahun) mencoba peruntungan berkebun buah anggur di tengah panasnya suhu Kota Bekasi.

Rabu (6/4) siang, kebun anggur seluas 10x8 meter baru saja dipanen. Hanya ada beberapa buah anggur hijau yang tersisa dan membentuk beberapa koloni. Andrew mengatakan, jika sudah matang, berat satu koloninya bisa mencapai 3 kilogram. Warnanya pun akan berubah menjadi hitam keunguan.

Anggur ini jenis Gift of Zaphorozye Viking (GOZV) yang bibitnya berasal dari Ukraina. Dia mengatakan, seluruh bibit anggur yang kini ia tekuni berasal dari negara Eropa Timur, terutama Ukraina. Bibit GOZV paling diminati oleh orang Indonesia. Sebab, buahnya bisa tumbuh dengan mudah.

“Saya punya 80 jenis nanti kita seleksi jadi 20 jenis. Karena kan iklim di sana sana di sini beda. Jadi, nanti akan kota sesuaikan mana yang bisa berbuah paling banyak," tutur Andrew.

Selain dapat tumbuh dengan mudah, kata dia, mengurus tanaman ini juga mudah. Hanya perlu disiram dua kali sehari. Hasilnya dapat dipanen setelah tiga bulan apabila indukannya sudah berbuah. Tak perlu menunggu lama.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Andrew Ramanda (andrewramanda)

"Kalau nunggu panennya sekitar tiga bulan. Tetapi, kalau proses dia dari bibit hingga menjadi buah butuh waktu sekitar delapan bulan," ujar dia.

Kesukaan Andrew untuk berkebun berawal dari hobinya menanam tumbuhan hidroponik. Tangannya yang 'wangi' dan telaten membuatnya ingin terus mencoba berbagai jenis tanaman dan buah untuk ditanami.

Sebelum anggur, lanjut Andrew, ia juga sempat menanam buah tin yang bibitnya diimpor dari Yordania. Namun, hal itu tak berlangsung lama lantaran harganya sangat jatuh. "Belum booming, sudah turun harganya. Akhirnya saya coba anggur karena harganya stabil," kata dia.

Untuk membuat satu kebun anggur ini, Andrew harus merogoh kocek sebanyak Rp 15 juta. Kini ia sudah memiliki dua kebun. Namun, jangan salah, ia tak bercocok tanam dengan tujuan menjual buahnya, melainkan menjual bibitnya.  

Harga satu bibit anggur dari Ukraina, ia beli seharga Rp 125 ribu untuk jenis GOZV. Lantas, ia menjualnya kembali dengan kisaran harga yang sama. Perubahan perilaku masyarakat yang terjadi selama pandemi Covid-19, juga memberi berkah tersendiri bagi Andrew.

Sebab, melalui perkebunan Tukang Anggoer yang ditekuninya sekarang banyak permintaan konsumen yang ingin bercocok tanam di rumah. "Kalau anggur memang belum sepopuler tanaman hias aglonema, tetapi peminatnya sudah cukup ramai," kata dia.

Dalam menjual bibit, kata dia, tentu ia memastikan terlebih dulu kalau bibit induknya telah berbuah. Jika di negara asalnya, GOZV hanya bisa dipanen maksimal dua kali dalam setahun. Di Bekasi, buah ini bisa dipanen sebanyak tiga kali.

"Jadi, memang bisnis tanaman ini saya fokus ke penjualan bibit. Karena kalau buahnya paling dijual lingkungan rumah saja," kata dia.

Isi waktu

Bercocok tanam menjadi tren belakangan ini. Terlebih, saat pandemi Covid-19 yang mengharuskan banyak orang untuk berkegiatan dari rumah. Meski sudah satu tahun berlalu, namun kebiasaan dan hobi bercocok tanam tak tenggelam begitu saja.

Adam Zakiy Hizbullah (27) juga ikut menekuni tanaman hidroponik di rumah. Sebelum pandemi, ia sudah mencoba untuk menanam tanaman selada dan juga kangkung. Hasil panennya memang tak terlalu banyak, namun bisa membuat kepuasan tersendiri.

"Senang dan hobi saja, kalau menanam tanaman apalagi yang bisa dimakan. Ada kepuasan tersendiri ketika kita makan tanaman itu," kata Adam.

Tanaman hidroponiknya tetap ia rawat, meski tak bisa seintens saat awal pandemi. Jika tak ada aral melintang, Adam berencana ingin memulai bercocok tanam melalui medium tanah. Selain memberi kepuasan batin, dia mengaku penasaran ingin mencoba jenis tanaman lain untuk ditumbuhi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat