Sejumlah pekerja bergotong royong mendirikan tiang listrik di lokasi terdampak banjir bandang di Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (6/4/2021). | ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO

Tajuk

Kejutan Seroja

Pemerintah mesti merumuskan skala prioritas penanganan dampak bencana siklon tropis Seroja.

Siklon di daerah tropis sejatinya biasa terjadi. Siklon atau biasa disebut topan dalam istilah keseharian merupakan fenomena alam yang dipicu adanya perbedaan tekanan di wilayah perairan.

Topan atau badai tropis ini, lazim terbentuk di atas lautan luas dengan suhu permukaan air laut hangat lebih dari 26,5 derajat Celsius. Akibat perbedaan tekanan, memicu angin berputar dengan sangat kencang.

Kecepatannya bisa lebih dari 63 kilometer per jam, tapi di pusat siklon tropis justru kecepatan anginnya relatif rendah tanpa awan. Kondisi di pusat badai ini disebut mata siklon. Diameter mata siklon ini bisa mencapai 10-100 km.

Mata siklon dikelilingi dinding mata, wilayah berbentuk cincin dengan ketebalan hingga 16 km. Di dinding mata inilah, kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar. Adapun ukuran siklon tropis bervariasi mulai dari 50 km hingga 1.100 km.

 

 
Data BMKG memperlihatkan, frekuensi siklon tropis bertambah terus
 
 

Rata-rata, masa hidup siklon tropis 3-18 hari. Lazimnya, energi siklon tropis diperoleh dari lautan yang hangat, kemudian bergerak melemah atau berakhir ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau daratan.

 

Dua per tiga siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara. Sekitar 65 persen siklon tropis terbentuk di daerah lintang 10-20 derajat dari ekuator. Sisanya, sekitar 13 persen siklon tropis tumbuh di atas daerah lintang 20 derajat. Adapun di daerah lintang rendah 0-10 derajat, siklon tropis jarang terjadi.

Sejak 2008, data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, setidaknya telah terjadi 10 siklon tropis. Kesemua siklon ini menggunakan nama bunga. Siklon yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa hari terakhir dinamakan dengan siklon tropis Seroja. Sepanjang sejarah kemunculan siklon tropis di Indonesia, Seroja merupakan salah satu yang terkuat.

Data BMKG memperlihatkan, frekuensi siklon tropis bertambah terus. Pada 2008 terjadi sekali, muncul lagi pada 2010 dan 2014. Namun sejak 2017, siklon tropis terjadi dua kali. Ini mengejutkan karena tahun sebelumnya biasa terjadi hanya sekali siklon tropis.

 
Ketaklaziman pada siklon Seroja setidaknya menunjukkan semakin panasnya suku muka air laut.
 
 

Apalagi siklon Seroja ini mulai terbentuk dan berkembang di atas wilayah daratan NTT. Siklon tropis umumnya terbentuk di laut hangat dengan suhu lebih dari 26 derajat Celsius.

Kecepatan Seroja yang menghantam wilayah NTT ini mencapai 85 km per jam saat terbentuk. Makin cepat hingga menjadi 110 km per jam pada Selasa, lalu melemah ketika mulai menjauh dari wilayah NTT menuju barat daya Samudra Hindia.

Ketaklaziman pada siklon Seroja setidaknya menunjukkan semakin panasnya suku muka air laut. Kenaikan suhu muka air laut ini bisa saja sebagai dampak pemanasan global. Bukan tidak mungkin, siklon tropis dengan kekuatan serupa dapat muncul di tempat lain.

Meski baru sebatas hipotesis, terbentuknya siklon tropis Seroja ini tentu menjadi objek penelitian menarik.Tentu peningkatan kewaspadaan terhadap kemungkinan kemunculan siklon tropis lain harus ditanamkan kepada semua pihak.

Kesigapan mengatasi dampak merusak bencana ini, mesti dikoordinasikan dengan baik di dalam sistem birokrasi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

 
Siklon tropis yang kuat menjadi bencana bagi masyarakat karena kecepatan anginnya yang merusak apa pun di jalur lintasannya. 
 
 

Berbeda dengan bencana alam lain yang biasanya berdampak pada satu kondisi kerusakan, pada siklon tropis mempunyai multidampak kerusakan.

Siklon tropis yang kuat menjadi bencana bagi masyarakat karena kecepatan anginnya yang merusak apa pun di jalur lintasannya. Dengan kekuatan angin itu pun, siklon ini bisa memicu terjadinya gelombang laut atau tsunami yang masuk ke daratan. Gelombang tingginya tentu bisa menghancurkan perumahan warga.

Fakta-fakta ini yang harus menjadi perhatian semua pihak. Apalagi dengan data yang menunjukkan peningkatan intensitas siklon tropis dari tahun ke tahun, pemerintah mesti merumuskan skala prioritas penanganan dampak bencana ini.

Semoga kita semua terhindar dari dampak merusak siklon tropis yang bisa terjadi kapan saja. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat