Hanin Dhiya Citaningtyas | Youtube

Geni

Karya Penyemangat dari Hanin Dhiya

Album Hanin Dhiya mengusung genre pop kontemporer

OLEH SHELBI ASRIANTI 

Hanin Dhiya Citaningtyas ingin menyebarkan semangat kepada banyak orang di tengah masa pandemi Covid-19. Pesan itu disampaikan Hanin dalam album keduanya berjudul Jangan Sampai Pasrah yang dirilis pada 1 Maret 2021.

Keseluruhan cerita dari album ini adalah rangkuman karya-karya Hanin. "Semoga bisa membahagiakan dan memberikan semangat untuk semua yang mendengarkan," kata Hanin pada konferensi pers virtual, Kamis (25/3).

Menurut Hanin, tema album Jangan Sampai Pasrah sesuai dengan kondisi yang kini tengah berlangsung di Indonesia. Sesulit apa pun keadaan yang dihadapi, Hanin berharap, itu tidak membuat masyarakat pasrah.

Terdapat dua versi album yang diproduksi di bawah naungan Warner Music Indonesia itu, fisik dan digital. Album merangkum kombinasi lagu-lagu yang telah dirilis Hanin sebelumnya dan beberapa tembang baru.

Secara garis besar, album mengusung genre pop kontemporer yang menjadi ciri khas Hanin. Lagu balada cinta mewakili pendewasaan karakter bermusik dari Hanin setelah album pertama Cerita Hanin Dhiya (2018).

Runner-up ajang pencarian bakat Rising Star Indonesia 2014 itu melibatkan produser dari Swedia dalam penulisan dan proses produksi. Beberapa di antaranya adalah Björn Djupström, Joy Deb, dan Patrik Jean.

Deretan lagu dalam album termasuk "Mengapa Bertahan", "Terlambat Sudah", "Biar Waktu Hapus Sedihku", "Suatu Saat Nanti", dan "Benar Cinta". Judul lain yakni "Waktunya Sendiri", "Klandestin", dan "Don't Wait For Me". 

Lagu berjudul sama seperti album, "Jangan Sampai Pasrah", dibawakan dalam dua versi. Salah satunya dinyanyikan Hanin bersama Sabyan Gambus sementara satu lagi dibawakan Hanin dan Sabyan bersama Farabi Children Choir.

Album fisik Jangan Sampai Pasrah didistribusikan melalui gerai makanan cepat saji KFC. Pada album yang merupakan versi deluxe itu, ada tambahan lagu kolaborasi Hanin dengan grup musik Sabyan, berjudul "Fatimah Az Zahra".

Perempuan 20 tahun yang kini mengenakan hijab itu sempat merasa ragu saat akan berkarya bersama. "Enggak pernah kepikiran sebelumnya kolaborasi dengan Sabyan karena agak nyeberang genrenya," ujar Hanin. 

Perempuan kelahiran Bogor itu dilanda rasa bimbang hingga ingin mengurungkan niat membawakan lagu. Akhirnya, Hanin berkonsultasi dengan pihak Warner Music Indonesia supaya bisa memantapkan diri. 

Setelah mempertimbangkan lagi, Hanin akhirnya mau mencoba keluar dari zona nyaman. Keyakinan itu membuahkan hasil karena album Hanin yang memuat dua lagu tersebut kini sukses besar di pasaran.

Hanya 25 hari setelah peluncurannya, album Jangan Sampai Pasrah meraih penghargaan platinum. Hanin bersyukur dengan pencapaian itu, tetapi mengaku terkejut karena perilisan albumnya belum sebulan silam.

Dia berterima kasih kepada para penggemarnya yang disebut Haninhours. "Terima kasih banyak untuk semua yang sudah mendengarkan album dengan legal, membeli album, dan semua yang sudah men-support Hanin," kata dia. 

Kehadiran album Jangan Sampai Pasrah menjadi bukti Hanin bisa tetap produktif di tengah pademi. Meskipun, dia juga perlu menyesuaikan diri saat awal merebaknya pandemi tahun lalu.

Hanin terus berpikir bagaimana caranya bisa tetap berkarya. "Karena banyak di rumah, banyak waktu luang, jadi bisa tetap berkarya, tinggal bagaimana merealisasikan," ujar Hanin.

Warner Music Indonesia, label yang menaungi Hanin, merasa bangga atas prestasi yang diraih Hanin lewat album keduanya. Terlebih, album pertama Hanin juga sukses dengan penghargaan multiplatinum.

Kini, raihan platinum album kedua didapatkan kurang dari sebulan perilisan. Head of Marketing Warner Music Indonesia, Alex, meyakini bahwa perolehan dari album tersebut bisa terus bertambah.

Platinum Award diberikan oleh Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) sebagai apresiasi hasil penjualan album fisik maupun digital. Alex menjelaskan, penghitungannya bukan hanya dari penjualan copy album fisik.

Menurut dia, industri musik sekarang berbeda dengan adanya peralihan ke digital. "Penghitungan bukan kuantitas eksemplar, tapi rupiah. Satu platinum setara dengan hasil penjualan Rp 1 miliar," ujar Alex.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat