
Nasional
Benarkah Iran Mengembangkan Bom Nuklir?
Intelijen AS menyangkal bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.
WASHINGTON – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berdalih serangannya ke Iran sebab negara itu tengah megembangkan senjata nuklir. Terungkap belakangan hal tersebut kebohongan semata.
CNN melansir penilaian intelijen AS yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan tudingan Israel. Bukan saja Iran tidak secara aktif mengembangkan senjata nuklir, namun Iran juga masih membutuhkan waktu tiga tahun lagi untuk dapat memproduksi dan mengirimkan senjata nuklir ke sasaran yang mereka pilih, menurut empat orang yang mengetahui penilaian tersebut.
Pejabat senior AS lainnya mengatakan kepada CNN bahwa Iran "sedekat mungkin sebelum membuat (senjata nuklir). Jika Iran menginginkannya, mereka memiliki semua hal yang mereka butuhkan." Kini, setelah serangan udara Israel selama berhari-hari, para pejabat intelijen AS yakin bahwa sejauh ini, Israel mungkin hanya menghambat program nuklir Iran hanya dalam hitungan bulan.
Bahkan ketika Israel telah melakukan kerusakan signifikan pada fasilitas Iran di Natanz, yang menampung sentrifugal yang diperlukan untuk memperkaya uranium, situs pengayaan kedua yang dijaga ketat di Fordow tetap tidak tersentuh. Israel tidak memiliki kemampuan untuk menghancurkan Fordow tanpa senjata khusus dan dukungan udara AS, kata para pakar pertahanan.
“Israel bisa saja melayang-layang di atas fasilitas nuklir tersebut, membuatnya tidak dapat beroperasi, namun jika Anda benar-benar ingin membongkarnya, yang diperlukan adalah serangan militer AS atau sebuah kesepakatan,” kata Brett McGurk, mantan diplomat tinggi Timur Tengah di bawah pemerintahan Trump dan Biden dan seorang analis CNN.

Hal ini menimbulkan dilema utama bagi pemerintahan Trump, yang sedang berjuang untuk menghindari keterlibatan dalam perang yang rumit dan mahal di Timur Tengah.
Meskipun Presiden Donald Trump telah menegaskan bahwa ia tidak ingin melibatkan AS dalam upaya Israel untuk menghancurkan infrastruktur nuklir Iran, pemerintah mengakui bahwa satu-satunya cara Israel dapat menghentikan program nuklir Iran adalah dengan bantuan militer Amerika. Israel membutuhkan khususnya, bom AS yang mampu merusak fasilitas bawah tanah dan pesawat pengebom B-2 yang membawa senjata tersebut.
Israel telah mengatakan selama 20 tahun bahwa Iran berada di ambang pembuatan bom. Namun, merujuk the Guardian, pada 25 Maret lalu Tulsi Gabbard, direktur intelijen nasional AS, mengatakan kepada komite intelijen Senat bahwa komunitas intelijen Amerika telah menilai bahwa Iran tidak secara aktif mengembangkan senjata nuklir.
Namun, Gabbard menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, tampaknya telah terjadi “kikisnya tabu yang telah berlangsung selama puluhan tahun di Iran mengenai pembahasan senjata nuklir di depan umum, yang kemungkinan akan semakin menguatkan pendukung senjata nuklir dalam aparat pengambilan keputusan Iran”.
Dia menambahkan: “Stok uranium Iran yang diperkaya berada pada tingkat tertinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya bagi negara tanpa senjata nuklir.”

Presiden AS Donald Trump belakangan menolak kesaksian Gabbard. “Saya tidak peduli apa yang dia katakan, Saya pikir mereka (Iran) sudah sangat dekat untuk memilikinya (bom nuklir),” ujarnya dilansir Associated Press.
Laporan setebal 22 halaman yang dibuka oleh dewan IAEA pekan lalu juga tidak mengatakan Iran sudah begitu dekat dengan senjata nuklir. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat melihat aspek-aspek dari program nuklir sipil Iran, dan yakin bahwa Teheran telah berulang kali gagal untuk bekerja sama, khususnya mengenai program nuklir rahasianya di masa lalu.
Mereka menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat memverifikasi bahwa program nuklir sipil Iran hanya bersifat sipil. Namun pernyataan itu tidak mengatakan bahwa Iran berada di ambang senjata nuklir.
Laporan IAEA mengamati kemajuan Iran dalam pembuatan bom, tingkat kerja samanya dengan inspektur PBB, dan persediaan uranium yang diperkaya. Pada poin pertama, IAEA sejak tahun 2019 telah memeriksa partikel uranium buatan Iran di tiga lokasi yang tidak diumumkan di Iran: Varamin, Marivan dan Turquz Abad. Ini adalah bagian dari program nuklir Iran dengan nama sandi Amad, yang telah diketahui selama bertahun-tahun dan diyakini telah berakhir pada tahun 2003.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa “ketiga lokasi ini, dan kemungkinan lokasi terkait lainnya, adalah bagian dari program nuklir terstruktur yang tidak diumumkan yang dilakukan oleh Iran hingga awal tahun 2000an dan beberapa aktivitas menggunakan bahan nuklir yang tidak diumumkan”.

Direktur IAEA, Rafael Grossi, mengatakan kepada dewan: "Sayangnya, Iran telah berulang kali tidak menjawab, atau tidak memberikan jawaban yang secara teknis dapat dipercaya terhadap pertanyaan-pertanyaan badan tersebut. Iran juga berupaya untuk membersihkan lokasi, yang telah menghambat kegiatan verifikasi badan tersebut.”
Menyusul lapora IAEA tersebut, media Iran telah mempublikasikan apa yang mereka gambarkan sebagai kumpulan dokumen pertama terkait operasi intelijen di mana Teheran berhasil menyita dokumen-dokumen rahasia dan memindahkannya dari Israel ke Iran.
Kantor Berita Mehr, berdasarkan dokumen-dokumen pertama, menuduh Rafael Grossi, telah berkoordinasi dan bekerja sama penuh dengan Israel dalam upaya-upaya yang menargetkan program nuklir Iran.
Menurut dokumen-dokumen Israel yang diperoleh Teheran dan diterbitkan pada Kamis, Grossi memulai kerja sama dengan Tel Aviv pada awal 2016, mengoordinasikan laporan-laporannya terhadap Iran sejalan dengan agenda Israel.
Salah satu dokumen mengungkapkan komunikasi langsung dan terkoordinasi antara Mirav Zavari-Odiz, perwakilan Israel untuk IAEA dan Grossi sebagai bagian dari skema untuk menghalangi program nuklir Iran, demikian laporan TV Al-Alam Iran.
Menurut situs web tersebut, informasi yang bocor mengindikasikan bahwa Odez "ditugaskan oleh otoritas pendudukan untuk mengalihkan perhatian internasional dari persenjataan nuklir Israel yang tidak diumumkan," sementara pada saat yang sama bekerja untuk "mendiskreditkan program nuklir damai Republik Islam Iran."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Rudal Iran Terus Hujani Israel
Israel mengumumkan telah membunuh Ali Shadmani, kepala staf baru Iran,
SELENGKAPNYAAkankah Negara Muslim Bela Iran Melawan Israel?
Presiden Iran mewanti-wanti Israel akan menyerang negara Muslim satu per satu.
SELENGKAPNYABesarnya Sumbangsih Bangsa Iran Dalam Masa Keemasan Islam
Di berbagai bidang ilmu pengetahuan, ada sosok-sosok Persia-Muslim yang brilian.
SELENGKAPNYA