Warga Palestina membawa tas berisi makanan dan paket bantuan kemanusiaandi Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin, 16 Juni 2025. | AP Photo/Abdel Kareem Hana

Internasional

Israel Terus Persempit Ruang Gerak Warga Gaza

Pembantaian juga terus dilakukan Israel di Jalur Gaza.

GAZA – Pasukan Israel terus mendesak warga Gaza dalam kepungan dengan mengurangi “zona aman”. Yang terkini, tentara penjajah Israel mengurangi wilayah wilayah Al-Mawasi di sebelah barat Kegubernuran Khan Yunis, yang sebelumnya ditetapkan sebagai zona "aman" untuk pengungsian penduduk Jalur Gaza selatan dan sebagian wilayah utaranya.

Meskipun ratusan ribu warga Palestina sudah hidup dalam kondisi yang sulit di wilayah Mawasi, keputusan ini memperburuk penderitaan mereka, karena banyak dari mereka terpaksa pindah ke wilayah barat Rafah, yang tidak memiliki kebutuhan dasar hidup.

Aljazirah melansir, penjajah melanjutkan eskalasinya dengan peringatan berulang kali untuk mengevakuasi lingkungan di Khan Younis, yang terbaru terjadi kemarin malam, ketika juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengatakan melalui platform X, "Kepada semua yang hadir di lingkungan Al-Jalaa, Kota Hamad, dan Al-Qarara 5 dan 6... segera evakuasi ke daerah Al-Mawasi."

Adraee menambahkan bahwa tentara akan beroperasi dengan kekuatan ekstrim di wilayah tersebut untuk menghancurkan kemampuan faksi-faksi Palestina, klaimnya.

Evakuasi yang sedang berlangsung telah memicu kontroversi luas di platform media sosial di kalangan pengguna Twitter Palestina, yang menuduh pendudukan melakukan penghancuran sistematis terhadap Khan Yunis selama berminggu-minggu. Rencana ini, kesaksian mereka, dimulai di lingkungan timur kota dan secara bertahap meluas ke arah barat.

photo
Warga Palestina membawa tas berisi makanan dan paket bantuan kemanusiaandi Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin, 16 Juni 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Aktivis Palestina menggambarkan situasi di Al-Mawasi sebagai sesuatu yang tragis, karena wilayah tersebut sudah mengalami kepadatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tingkat polusi yang tinggi sebelum ada keputusan untuk mengurangi wilayah tersebut. Mereka yakin tindakan tersebut secara efektif membuka jalan untuk mengisolasi Khan Yunis dari wilayah tengah.

Seorang aktivis menulis, “Peta evakuasi terbesar di Khan Yunis kini dikeluarkan oleh tentara pendudukan. Penduduk Khan Yunis—gubernur terbesar di Jalur Gaza—tidak punya apa-apa lagi selain pantai. Bayangkan ratusan ribu orang berdesakan di pasir pantai.”

Dia menggambarkan apa yang terjadi sebagai “genosida karena perpindahan,” dan menekankan bahwa pendudukan dengan cepat memperketat cengkeramannya di Gaza dan menghancurkan wilayah yang didudukinya, menjadikannya wilayah yang tidak berpenghuni.

Unggahan di medsos juga menunjukkan bahwa keputusan evakuasi Israel baru-baru ini mencakup wilayah yang tersisa di Khan Yunis, dan secara efektif membuat Rumah Sakit Nasser (rumah sakit terbesar di Jalur Gaza selatan) tidak dapat beroperasi.

Seorang aktivis menulis, "Semua penduduk Khan Yunis sedang dievakuasi... dan pendudukan terus menghancurkan rumah-rumah secara sistematis setiap hari."

Sejak dimulainya kembali perang di Gaza pada 18 Maret, tentara Israel hampir setiap hari mengeluarkan peringatan ke sebagian besar wilayah Gaza. Kawasan Mawasi sebagian besar merupakan ruang terbuka, tidak memiliki fasilitas dasar dan infrastruktur yang tidak memadai seperti saluran pembuangan limbah, listrik, dan telekomunikasi. Lahannya sebagian besar terdiri dari rumah kaca dan lahan berpasir.

Di wilayah geografis yang kecil ini, para pengungsi hidup dalam kondisi yang memprihatinkan dan sangat kekurangan sumber daya dasar, seperti air, sanitasi, perawatan medis, dan makanan. Kebanyakan dari mereka tinggal di tenda-tenda primitif yang terbuat dari nilon dan kain sobek, tanpa adanya kebutuhan dasar hidup.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan perang genosida terhadap manusia, batu, dan pohon di Gaza, termasuk pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pengungsian paksa, mengabaikan semua seruan dan perintah internasional dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.

Setidaknya 34 warga syahid dan puluhan lainnya luka-luka pada Rabu pagi akibat tembakan dan penembakan pasukan pendudukan Israel di beberapa wilayah di Jalur Gaza. Koresponden WAFA melaporkan bahwa 11 warga syahid dan puluhan pencari bantuan terluka akibat tembakan dan penembakan Israel di dekat Wadi Gaza di Jalur Gaza tengah.

photo
Keluarga mendukai Rashad Qasas, yang terbunuh saat menuju pusat distribusi bantuan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu, 11 Juni 2025. - (AP Photo/Mariam Dagga)

Dia menambahkan bahwa pasukan pendudukan juga melakukan pembantaian di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza tengah setelah mengebom sebuah rumah milik keluarga al-Ghamri. Sepuluh warga syahid, termasuk ayah, ibu, dan anak-anak mereka.

Delapan warga juga syahid dan lainnya terluka ketika pasukan pendudukan mengebom sebuah rumah dekat Masjid Ali di lingkungan al-Zeitoun di Kota Gaza. Lima warga lainnya tewas, termasuk ayah, ibu, dan dua anaknya dari keluarga Rasras. Lainnya terluka ketika pesawat Israel mengebom tenda-tenda pengungsi di kawasan al-Attar Khan Yunis.

Koresponden WAFA mencatat bahwa pasukan pendudukan melakukan operasi pengeboman besar-besaran terhadap rumah-rumah warga sipil di timur Kota Gaza dan Jabalia di Gaza utara. Jumlah korban jiwa sejak diberlakukannya mekanisme titik distribusi bantuan pada 27 Mei 2005 telah melampaui 300 orang, dan puluhan lainnya luka-luka.

Pusat distribusi bantuan dari Yayasan Bantuan Kemanusiaan Gaza Israel-Amerika, sebuah organisasi yang ditolak PBB, telah menjadi perangkap pembunuhan massal. Hal ini tidak hanya dengan sengaja melanggar martabat warga negara, namun juga memaksa mereka mengungsi di tengah kondisi kemanusiaan yang sangat buruk.

Sejak 7 Oktober 2023, pasukan pendudukan Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza yang mengakibatkan terbunuhnya 55.493 warga, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta melukai 129.320 lainnya. Jumlah ini hanyalah jumlah korban awal, karena sejumlah korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalanan, tidak dapat dijangkau oleh ambulans dan tim penyelamat.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan, "Pembunuhan dan melukai warga sipil di Jalur Gaza selatan saat mencari makanan tidak dapat diterima," dan menyerukan penyelidikan yang "segera dan independen".

Hal ini diungkapkan oleh Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal, dalam konferensi pers hariannya di Jenewa, menurut situs UN News.

Pada Selasa pagi, tentara pendudukan Israel melakukan pembantaian mengerikan terhadap orang-orang yang menunggu bantuan di Bundaran Tahlia di Kegubernuran Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, menewaskan 51 warga Palestina dan melukai lebih dari 200 orang, termasuk 20 orang dalam kondisi kritis.

Mengomentari pembantaian baru Israel terhadap orang-orang kelaparan di Jalur Gaza, Haq menyampaikan kecaman Guterres atas “hilangnya nyawa dan luka-luka di kalangan warga sipil di Gaza, yang sekali lagi ditembak saat mencari makanan.”

Sekretaris Jenderal PBB menegaskan bahwa menargetkan orang-orang yang menunggu makanan di bawah blokade adalah “tidak dapat diterima.”

photo
Sherine Abu Mor, memeluk jenazah putranya, Hamza Al-Shaer, yang syahid akibat serangan udara tentara Israel, di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 14 Juni 2025. - (AP Photo/Adel Kareem Hana)

Haq menjelaskan bahwa Guterres “terus menyerukan penyelidikan dan akuntabilitas segera dan independen” terhadap laporan mengenai warga sipil yang menjadi sasaran di pusat distribusi bantuan di Gaza.

Pejabat PBB tersebut menekankan bahwa kebutuhan dasar penduduk Palestina di Gaza “sangat besar dan masih belum terpenuhi.”

Dia menekankan perlunya memulihkan akses kemanusiaan yang “segera, luas, dan tanpa hambatan” ke Jalur Gaza” dan “perlunya mengizinkan PBB dan semua aktor kemanusiaan untuk beroperasi dengan aman dan sepenuhnya menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kegilaan di Pusat Bantuan, Israel Bantai 60 Warga Gaza

Lebih dari 300 warga Palestina terbunuh di pusat bantuan.

SELENGKAPNYA

Israel Mulai Kurangi Pasukan di Gaza

Pengurangan pasukan terkait perang dengan Iran.

SELENGKAPNYA

Total Syuhada Gaza Lampaui 55 Ribu Jiwa

Pembantaian di pusat bantuan di Gaza terus berlangsung.

SELENGKAPNYA