Makanan bergizi untuk anak (ilustrasi) | Freepik

Sehat

Anak Mudah Lelah? Mungkin Ini Pemicunya

Masalah kekurangan gizi ini akan berdampak hingga jangka panjang.

Apakah anak Anda mudah lelah dan wajahnya kerap pucat? Jika ini yang terjadi, waspadai kekurangan zat besi pada anak. “Secara fisik bagian bawah mata pucat, lemah, letih, lesu, lunglai. Kaki, telapak tangan pucat putih, karena kurang darah merah,” kata Prof Dr drg Sandra Fikawati, MPH, ahli gizi ibu dan anak, dalam sebuah ajang virtual Februari lalu.

Kekurangan zat besi adalah kondisi ketika kadar ketersediaan zat besi dalam tubuh lebih sedikit dari kebutuhan harian. Kekurangan zat besi khususnya pada anak memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya gangguan pada perkembangan kognitif, motorik, sensorik serta perilaku dan emosi.

Dia mengatakan konsumsi sumber hewani sangat penting untuk mendapatkan protein zat besi, tapi sepertiga dari anak berusia dua tahun hampir tidak mengonsumi sumber hewani. Ternyata mereka mengonsumsi sumber hewani yang sangat kurang. Gejala kurang zat besi seperti konsentrasi menurun, malas mengerjakan PR,  apalagi pada masa pembelajaran jarak jauh (PJJ), menjadi tantangan tersendiri.

Anak akan kekurangan darah merah yang menyebabkan anemia. Kondisi itu dapat memperlambat perkembangan psikomotor usia sekolah maupun prasekolah. Kekurangan zat besi akan berdampak pada kurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakmampuan belajar, hingga perkembangan yang tertunda. Akibatnya dapat terlihat di usia 6-16 tahun, anak punya nilai rata-rata matematika dan membaca yang rendah.

Zat besi adalah salah satu mikronutrien atau sering juga dikenal sebagai vitamin dan mineral yang sangat penting untuk mendukung kemampuan belajar anak. Jutaan anak mengalami pertumbuhan terhambat, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah dan penyakit akibat defisiensi zat besi.

Perlu juga diingat bahwa setiap anak mengalami pematangan organ dan motorik yang sangat pesat di usia lima tahun pertama. Walaupun tubuh anak masih kecil, tapi pematangan organ yang terjadi sangatlah pesat.

Fika mengatakan untuk bisa mendukung pertumbuhan pesat anak, dibutuhkan lingkungan yang baik. Pemenuhan gizi yang baik juga sangat penting di masa prasekolah maupun saat sekolah nantinya. Grafik pertumbuhan fisik dan otak yang tercepat ada di lima tahun tahun pertama. Jadi sayang sekali jika momen dilewatkan karena tidak bisa diperbaiki.

Begitu juga pertumbuhan fisik yang relatif paling cepat pada usia lima tahun pertama dibandingkan periode lainnya. Di sinilah orang tua perlu menyiapkan makanan yang optimal, sehingga capaian pertumbuhan dan perkembangan bisa didapatkan.

Di sisi lain, orang tua harus mengetahui kebutuhan gizi, cara pemenuhannya, serta upaya perbaikan gizi anak, Jika orang tua tidak waspada, dampaknya akan diketahui saat sudah terlambat. Meskipun seorang anak mungkin terlihat kenyang, bisa jadi tubuhnya tengah kelaparan akibat kekurangan zat gizi mikro.

Maka, penting untuk orang tua terus memonitor pertumbuhan anak.  “Orang tua melihat normal saja tapi kalau di kartu anak misalnya tidak sesuai kurva (buku KMS),” kata ahli gizi yang biasa disapa Fika tersebut

Efek pemenuhan gizi di awal kehidupan akan berdampak bagus, baik pada otak maupun fisik. Dalam jangka pendek maupun panjang, anak bisa pandai, cerdas dalam pendidikan, sehingga akan punya kognitif yang baik.

“Pendidikannya juga terjamin bisa mencapai S-1 hingga S-3 dengan baik. Juga akan memengaruhi imunitas dan kapasitasnya. Memengaruhi bagaimana perkembagan penyakit degeneratif juga saat dewasa atau lansia,” tambah Fika.

 

photo
Makanan bergizi untuk anak (ilustrasi) - (Freepik)

 

Perhatikan Asupan Vitamin C

Performa kurangnya zat besi bisa lebih rendah lagi pada anak yang anemia. Untuk zat besi yang lebih mudah diserap tubuh adalah bersumber dari hewani daripada dibandingkan sayur atau buah. Anak juga dapat mengonsumsi susu terfortifikasi terutama mulai usia 2 tahun setelah tidak diberi ASI. Menurut Badan PBB Unicef, susu terfortifikasi dapat diberikan minimal dua gelas sehari.

Susu termasuk yang punya skor cerna tinggi atau diserap lebih mudah oleh anak. Lebih lanjut menambahkan konsumsi vitamin C dapat mempermudah penyerapan zat besi anak. Vitamin C sebaiknya dikonsumsi sebelum makan saat kondisi lambung sedang asam. Susu merupakan minuman alami dan akan sangat lebih mudah dikonsumsi dan diserap tubuh. Adapun kebutuhan zat besi anak sejak usia satu tahun sudah sangat tinggi. Sebanyak 90 persen zat besi harus dipenuhi dari makanan pengganti ASI atau MPASI.

Dokumen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ada bukti kuat melalui penelitian bahwa kekurangan zat besi terlihat secara meyakinkan menunda perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak prasekolah dan anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Thailand, dan Amerika Serikat.

Diperkirakan 30-80 persen anak di negara berkembang, mengalami kekurangan zat besi pada usia satu tahun. Anak-anak ini akan mengalami keterlambatan perkembangan kognitif maupun psikomotor, dan ketika mereka mencapai usia sekolah, akan mengalami gangguan kinerja dalam tes bahasa keterampilan, keterampilan motorik, dan koordinasi, setara dengan defisit 5 hingga 10 poin dalam IQ.

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas) menunjukkan satu dari tiga anak balita  Indonesia mengalami anemia. Data lain menunjukkan, lebih dari 40 persen anak balita di negara berkembang menderita anemia dan 50-60 persen kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Asupan kaya zat besi yang diperlukan anak, seperti berasal dari daging merah, ikan, daging unggas, susu dan olahannya, serta buah maupun sayur. Akan tetapi zat besi yang berasal dari sumber hewani lebih mudah diserap oleh tubuh anak.

Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Pusat Prof Dr Ir Hj Netti Herawati, M.Si mengatakan proses belajar seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan. Proses belajar mengajar pada anak usia dini, hendaknya tidak terganggu oleh berbagai masalah, termasuk kendala kesehatan akibat kekurangan zat besi. “Orangtua dan pendidik harus saling mendukung dalam proses belajar anak, termasuk dalam pendidikan dasar seperti PAUD,” kata Netti.

Pendidik memberikan materi kepada orang tua untuk diberikan kepada anak. Selain itu, memberi arahan untuk membantu orang tua atau memunculkan ide di dalam pengajaran kepada anak. Sehingga anak dapat bermain hingga keluar imajinasi selama proses belajar.

Semua ini bisa tercapai jika anak sehat dan tidak mengalami kekurangan zat besi. Pihaknya selalu menganjurkan agar orang tua memerhatikan asupan bergizi di rumah, untuk mendukung proses belajar anak sehingga bisa menyerap ilmu dengan optimal. Penyebab kekurangan zat besi paling banyak disebabkan oleh pola makan tidak seimbang dan adanya gangguan proses penyerapan zat besi.

Kekurangan mikronutrien memang sering disebut sebagai 'kelaparan tersembunyi' karena dampaknya tidak akan langsung terlihat, namun berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu. Khususnya zat besi, mikronutrien ini berfungsi untuk mengantarkan oksigen ke paru-paru untuk digunakan ke bagian tubuh lainnya.

Maka dari itu, orang tua perlu memperhatikan konsumsi zat besi maupun mikronutrien lainnya yang dibutuhkan untuk membantu penyerapan zat besi yang optimal seperti vitamin C.

Ketika anak sudah berusia satu tahun ke atas dan bisa mengonsumsi makanan rumah, orang tua perlu memastikan konsumsi makanan yang mengandung zat besi secara teratur. Zat besi bisa ditemukan pada daging sapi dan ayam, hati, telur, kacang-kacangan, ikan, dan sayuran.

Tidak hanya itu, orang tua juga perlu memastikan konsumsi makanan sumber vitamin C untuk mendukung penyerapan zat besi. Kombinasi zat besi dengan vitamin C juga dapat ditemukan pada makanan dan minuman terfortifikasi zat besi dan vitamin C seperti susu pertumbuhan untuk anak di atas satu tahun.

 

 

 

Orangtua dan pendidik harus saling mendukung dalam proses belajar anak, termasuk dalam pendidikan dasar seperti PAUD.

 

Prof Dr Ir Hj Netti Herawati, M.Si 
 

 

Pastikan Gizi Seimbang

Di usia prasekolah, pertumbuhan anak memang mengalami perlambatan yang normal dibandingkan ketika bayi setidaknya sampai usia dua tahun. Di usia ini, biasanya  anak juga mulai memilih makanan, apalagi di usia satu tahun karena telah dikenalkan dengan berbagai makanan keluarga. Pengetahuan gizi orang tua akan sangat berperan dalam pertumbuhan baik anak. Apa sajakah langkah yang perlu diambil orang tua untuk memastikan asupan gizi seimbang untuk buah hati? Berikut langkah-langkahnya:

1. Terapkan kebiasaan makan yang baik dan meningkatkan asupan. Penting menyiapkan asupan kaya kandungan zat besi dari sayur, buah, daging dan susu.

2. Manfaatkan ketertarikan anak dengan menu baru.

3. Perhatikan makanan utama.

Masak daging sampai empuk agar tidak sulit dkunyah anak. Begitu juga pemilihan buah dan sayur yang mudah dikonsumsi anak.

4. Selingan wajib untuk anak usia prasekolah.

Ini karena porsi makan mereka masih tetap kecil.

5. Persiapan fisik dan etiket makan juga harus diberlakukan.

Misalnya, idak lari-lari saat makan, harus duduk dan lainnya.

6. Buat suasana makan yang menyenangkan.

Jika suasana menyenangkan, anak akan makan banyak. Apalagi masa pandemi Covid-19, nafsu makan anak menurun. Jangan biasakan nyemil sambil nonton televisi untuk menghindari risiko kegemukan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat