Ilustrasi revitalisasi jembatan. | ANTARA FOTO/Didik Suhartono/aww.

Bodetabek

Pemkot Cari Alternatif Anggaran Revitalisasi Dua Jembatan

Anggaran revitalisasi Jembatan Otista dan Jembatan Sempur miliar sudah diajukan.

BOGOR— Revitalisasi dua jembatan di Kota Bogor, yakni Jembatan Otista dan Jembatan Sempur, harus tertunda karena tidak bisa menggunakan dana pinjaman pemulihan ekonomi nasional (PEN). Sebab, pembangunan dua jembatan tersebut bisa memakan waktu lebih dari setahun, atau multiyears.

“Jadi, yang namanya membangun jembatan kan enggak mungkin cuma delapan atau sembilan bulan. Pembangunan (jembatan) bisa satu setengah tahun,” ujar Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim kepada Republika, Senin (8/3).

Sebelumnya, anggaran revitalisasi Jembatan Otista sebesar Rp 120 miliar dan Jembatan Sempur sebesar Rp 75 miliar sudah diajukan dalam pengajuan dana pinjaman PEN. Namun, ternyata PEN tidak bisa menggunakan anggaran multiyears, padahal revitalisasi masing-masing jembatan bisa memakan waktu lebih dari satu tahun.

Oleh karena itu, Dedie mengatakan, Pemerintah Kota Bogor tengah mencari alternatif untuk revitalisasi kedua jembatan tersebut, termasuk ke pemerintah pusat. Apalagi, kedua jembatan yang terletak di pusat kota itu dinilai krusial, bahkan sudah dibangun sejak sekitar tahun 1940. 

“Itu jembatan dibangun tahun 1940, jadi konstruksinya memang sudah tidak memadai. Nah, kita mencari alternatif bagaimana dua jembatan yang krusial ini bisa ditangani oleh bantuan pemerintah pusat,” ujar dia.

 
Itu jembatan dibangun tahun 1940, jadi konstruksinya memang sudah tidak memadai.
DEDIE A RACHIM, Wakil Wali Kota Bogor
 

Dedie menjelaskan, Pemkot Bogor sempat mengajukan dana untuk revitalisasi Jembatan Otista dan Sempur ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat. Namun, pengajuan tersebut dibatalkan Pemprov Jawa Barat karena dana yang dimiliki tidak mencukupi.

Pemkot Bogor pun mengajukan dana pinjaman PEN ke untuk pembangunan kedua jembatan itu. Namun, pembangunan jembatan yang akan berlangsung lebih dari satu tahun menjadi kendala. “Tidak bisa uang PEN itu dipakai lebih dari satu tahun. Padahal, uangnya sudah disiapkan, tapi tidak bisa. Jadi, ya, sudah kita batalkan,” kata Dedie.

Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah menjelaskan, pemerintah pusat memang memberikan batasan pelaksanaan proyek yang menggunakan dana pinjaman PEN harus dilaksanakan sebelum ada perubahan anggaran, yakni dalam satu tahun.

“Tadinya kita pikir peluang PEN pinjaman tidak berbunga bayarnya delapan tahun menguntungkan. Tapi, ternyata ada batasan dari PEN dilaksanakan sebelum perubahan anggaran,” kata Syarifah.

 
Tadinya kita pikir peluang PEN pinjaman tidak berbunga bayarnya delapan tahun menguntungkan. 
SYARIFAH SOFIAH, Sekretaris Daerah Kota Bogor
 

Pengamat tata kelola kota dari Universitas Pakuan, Budi Arief, mendukung rencana Pemkot Bogor untuk merevitalisasi dua jembatan tersebut. Menurut dia, dua jembatan itu baik untuk dikembangkan. Apalagi, ia membayangkan beban lalu lintas di jalur utama Kota Bogor tersebut ke depan. “Meskipun sekarang pandemi Covid-19 orang jarang keluar, tapi kalau sudah kembali (normal) baru terasa (efeknya),” kata Budi.

Budi melanjutkan, pembangunan Jembatan Otista dinilai penting karena usia jembatan yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata, Kecamatan Bogor Timur, itu sudah cukup lama. Ditambah lagi, lebar jembatan tersebut tidak sama dengan ruas jalan atau bottle neck sehingga kerap menyebabkan kemacetan.

Sementara itu, untuk Jembatan Sempur, Budi menilai harus ada penambahan jalur pedestrian. Namun, lanjut Budi, sebelum melakukan revitalisasi, pemkot harus melakukan audit mengenai kondisi jembatan, yaitu dari segi kekuatannya, tingkat kerawanannya, termasuk hal-hal yang perlu diganti dan diperbaiki.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat