|

Kuliner

Mencari Alternatif Pengganti

Mereka yang bergerak dalam bidang kuliner harus punya wawasan selera.

 

Pada era teknologi, semua orang bisa menemukan berbagai resep masakan. Kondisi itu tentu jauh berbeda dengan zaman dahulu dalam mencari referensi kuliner.

Namun, ada yang tak bisa diperoleh dari referensi global di daring, yaitu wawasan selera. Setiap orang memiliki wawasan seleranya sendiri sehingga tentu saja ada banyak perbedaan.

“Ada satu hal yang sering diabaikan, dalam bidang kuliner itu kita harus punya wawasan selera. Itu yang tak bisa peroleh di Google,” kata Chef William Wongso dalam acara terkait kewirausahaan, bulan lalu. 

Menurut dia, seseorang tak mungkin bisa merasakan rasa autentik masakan dari Sabang atau Merauke jika hanya di Jakarta. Memang, kendala berwisata kuliner itu butuh waktu lama dan dana besar. Namun, dia mengamati bahwa kuliner nusantara itu terbiasa dengan penggunaan santan sebagai bahan makanan. 

Menurut pakar kuliner ini, memang banyak efek dari mengonsumsi santan berlebih, contohnya kolesterol. Karena itu, dia menyarankan agar mengganti santan dengan bahan alternatif santan yang tidak mengurangi karakter rasa. “Fiber Creme itu sebagai pengganti santan, juga kandungan seratnya tinggi, banyak manfaatnya.” 

Chef kelahiran 12 April 1947 itu mengatakan, pengaplikasian Fiber Creme ternyata membuat masakan lebih tahan lama dan tak mudah terjadi fermentasi. Penggunaannya pun tak sulit. Contohnya adalah pada soto betawi atau masakan bersantan lainnya bisa menggunakan produk tersebut. “Ini sangat praktis, bisa dibawa ke mana-mana, tetap terkemas dengan baik,” kata dia.

Sebagai penikmat makanan bersantan, artis Dian Sastrowardoyo tentu menggemari lontong sayur, lodeh, kacang hijau, bubur ketan hitam, juga es cendol. Diakuinya, ada tantangan yang dihadapi dengan kegemarannya itu.

Untuk menjaga kolesterolnya tetap normal, Dian pun mengganti santan dengan Fiber Crème. “Saya bisa tetap menikmati efek seperti santan, tapi jauh lebih sehat, rasa creamy dan gurihnya itu dapet banget,” ujar pemain film berusia 38 tahun itu.

Berdasarkan pengalaman, Dian dapat menjaga kolesterol tetap rendah, tinggi serat, rendah gula, dan rendah kalori. Tak hanya di masakan, dia pun menggunakan bahan tersebut pada campuran minuman, seperti kopi dan teh. 

Bahan pengganti santan ini dapat dikonsumsi oleh anak-anak juga lansia. Menurut Direktur PT Lautan Natural Krimerindo Hendrik Gunawan, produknya tidak mengandung gula sehingga bisa jadi opsi mereka yang mengurangi gula.

Hanya, dia tak menyarankan pemberian untuk bayi atau anak di bawah usia setahun. “Pencernaan anak itu masih rentan, sementara Fiber Creme mengandung serat tinggi antara 40 sampai 60 persen,” kata dia.

Untuk contoh makanan atau minuman dengan Fiber Creme, William Wongso membagikan resep yang bisa jadi ide untuk jualan. Valentine Strawberry Cream Romantic diracik dari es batu, stroberi (25 gram), sirup stroberi, simple sirup, krim, air, dan Fiber Creme (25 gram). “Untuk membuat makanan yang tak dimasak, tangan harus bersih,” ujar Chef William.

Semua bahan dicampur dengan hand mixer atau blender jika jumlahnya banyak. Setelah tercampur, tuang dalam gelas tinggi dan hias dengan agar-agar merah. Penjual bisa berkreasi dengan resep itu, misalnya mengganti stroberi dengan mangga atau lain-lain.

 

Suguhan Seni dari Bahan Alami

Pada masa perkembangan teknologi, banyak produk diproses secara instan untuk mempersingkat waktu pembuatannya. Namun, ada perbedaan sangat kentara dari produk yang diproses secara alami dan teknologi maju. Produk yang diproses alami biasanya memiliki ciri khas yang dikembangkan sesuai tradisi dan hal itu memiliki keunikan, seperti halnya seni. 

Keunikan tradisi di Selandia Baru muncul dalam produk Fonterra Brands Indonesia, yaitu Mainland Cheese. Tradisi tersebut membuat produknya dari bahan alami di negara tersebut. “Mainland percaya bahwa membuat produk terbaik dengan 100 persen alami adalah sebuah seni,” kata Sales Director Fonterra Brands Indonesia Ganesh Thiagarajan, tiga pekan lalu.

Lebih dari 65 tahun, Mainland memproduksi keju dan mentega sesuai tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pembuatan keju membutuhkan dedikasi dan pemahaman mendalam tentang bahan dan prosesnya yang bisa menghasilkan perbedaan signifikan. 

Dairy Foods Manager Tri Hastuti menjelaskan, Mainland cocok dikonsumsi sehari-hari, baik untuk kudapan, sandwich, kuliner, dan jamuan. Untuk itu, ada tiga varian Mainland Cheese di Indonesia, yaitu Mild, Tasty, dan Vintage dengan karakter rasa yang unik. 

Mild, kata Tri, diproses tiga sampai enam bulan dengan tekstur segar, beraroma kacang, dan rasa gurih yang cocok untuk saus salad dan roti lapis. Pembuatan Tasty lebih lama, yaitu 18 bulan yang menghasilkan keju cheddar bercita rasa kuat, gurih, serta renyah dengan aroma fermentasi yang cocok untuk roti lapis serta tambahan memasak dan memanggang. "Vintage diproses selama 24 bulan sebagai cheddar beraroma fermentasi dan gurih yang pas untuk panggangan dan masakan." 

Thiagarajan menambahkan, keju yang dihasilkan dari susu tinggi kalsium itu mengandung laktosa sangat rendah. "Dengan begitu, orang dengan intoleransi laktosa tetap mendapatkan kebaikan nutrisi susu."

Keju memang banyak digunakan untuk berbagai makanan dan masakan asing, seperti Taco. Chef Ben Imantaka membagikan resepnya untuk makanan itu. Kulit Taco berasal dari lembaran tortilla lembap yang dipanggang 15 menit dengan suhu 180 derajat Celsius. “Hidangan yang pakai cheese enggak perlu terlalu strong karena kita akan menonjolkan rasa kejunya,” ujar Ben.

Untuk isiannya adalah daging sapi giling (250 gram), mentega (dua sendok makan-sdm), bawang bombai (satu siung) cincang, bubuk bawang putih (satu sdm), jintan bubuk (0,5 sdm), serpihan cabai (dua sdm), bubuk cabai (satu sdm), lada (0,5 sdm), lalu secukupnya garam, kaldu bubuk, oregano, pasta tomat, dan parutan Mainland Cheese Tasty. Semuanya ditumis dan dihasilkan isian yang mengental. 

Ketiga, letakkan iceberd lettuce, daging yang sudah ditumis, potongan bawang bombai, dan tomat yang dipotong dadu. Kemudian, tambahkan yogurt dan parutan Mainland varian Mild.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat