Penyandang difabel tunanetra belajar Alquran di luar ruangan dengan menggunakan Alquran braile. | Antara

Khazanah

Literasi Alquran Braille Masih Rendah

Akses pendidikan Alquran Braille merupakan kebutuhan pokok dasar bagi kalangan tunanetra.

Sebagai pedoman hidup, akses Alquran dibutuhkan bagi seluruh Muslim dengan latar belakang maupun kondisi fisik apa pun di Indonesia, negeri yang notabene berpopulasi Muslim terbesar di dunia. Salah satu media pembelajaran bagi para penyandang difabel netra yang masih sulit diakses adalah Alquran Braille.

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat (PP) Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Yogi Madsuni menjabarkan, tingkat literasi Alquran Braille bagi kalangan tunanetra masih sangat rendah. Hal itu disebabkan minimnya akses pendidikan serta pembinaan kepada kalangan tersebut.

"Sebelum pandemi saya sering keliling ke daerah-daerah untuk mengetahui bagaimana kawan-kawan tunanetra mendapatkan akses pendidikan Alquran Braille. Dan sayangnya memang, masih sangat rendah dan tidak merata. Masih banyak kawan-kawan tunanetra yang belum bisa membaca Alquran Braille," kata Yogi Madsuni saat dihubungi Republika, Rabu (3/2/2021) lalu.

Padahal, jika ditelisik lebih jauh, Yogi menjelaskan, akses pendidikan Alquran Braille merupakan kebutuhan pokok dasar bagi kalangan tunanetra. Selanjutnya, kebutuhan pokok dasar yang perlu dipenuhi adalah mengurus diri sendiri dan kebutuhan terhadap mobilitas.

Dia mengatakan, apabila ketiga kebutuhan dasar ini belum terpenuhi maka akan sulit bagi kalangan tunanetra dalam menjalankan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan prinsip dunia maupun akhirat.

Dia menegaskan, kebutuhan terhadap akses pendidikan Alquran Braille bukan hanya ditangkap dalam kacamata penyediaan fisik Alquran Braille. "Sebab saya pernah temui di beberapa wilayah, bantuan Alquran braille itu ada, mereka terima, tapi teronggok begitu saja. Kenapa? Karena tidak ada pembinaan, tidak ada yang mengajarkan," kata dia.

 
Bantuan Alquran braille itu ada, mereka terima, tapi teronggok begitu saja. Kenapa? Karena tidak ada pembinaan, tidak ada yang mengajarkan.
YOGI MADSUNI, Sekjen PP Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia
 

Yogi pun menekankan pentingnya pembinaan dari penyuluh-penyuluh agama ataupun masyarakat sipil Muslim yang hendak mengulurkan tangannya dalam edukasi Alquran Braille kepada kalangan tunanetra. Baginya, pemenuhan kebutuhan literasi Alquran merupakan tanggung jawab bersama sebagaimana yang diamanatkan Islam.

Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Abasa ayat 1-7: "Dia (Muhammad) bermu ka masam dan berpaling. Karena seorang buta telah datang kepadanya. Dan tahukan engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya? Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran yang mem beri manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup.Maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya."

Yogi mengutip ayat tersebut sebagai pengingat bagi setiap elemen untuk mau mendorong perbaikan akses pendidikan Alquran braille terhadap tunanetra. Sejatinya, kata dia, pemenuhan pendidikan Alquran terhadap kalangan ini merupakan amanah langsung yang ditekankan Allah di dalam Alquran melalui Nabi Muhammad SAW.

photo
Santri belajar menulis Alquran di Pondok Pesantren Tuli Darul Ashom, Sleman, Yogyakarta, Senin (1/2/2021). Di Ponpes Tuli ini, 19 santri putra dan 12 santri putri dengan disabilitas diajarkan hafalan Alquran. Kurikulum yang digunakan menggunakan sanad dari Thaif, Arab Saudi. - (Wihdan Hidayat / Republika)

"Jadi, orang Islam itu dilarang menyueki tunanetra dan disabilitas. Kami-kami ini punya ghirah (semangat) untuk mengkaji Alquran, tinggal bagaimana kami di-support untuk dapat mengakses pendidikan Alquran Braille secara merata," kata dia.

Berdasarkan pengamatannya, ghirah mempelajari Alquran bagi kaum tunanetra begitu besar. Hal itu dibuktikan dengan munculnya roadshow tunanetra mengaji dari ITMI. Banyak dari mereka bahkan yang mampu menghafal Alquran.

"Ada yang hafal 5-10 juz, masya Allah. Motivasi mereka sebenarnya satu, jangan sampai mereka sudah buta di dunia, buta juga di akhirat. Mereka ingin Alquran ini menjadi cahaya penerangan mereka di alam kekal abadi kelak," ungkap dia.

 
Motivasi mereka sebenarnya satu, jangan sampai mereka sudah buta di dunia, buta juga di akhirat. Mereka ingin Alquran ini menjadi cahaya penerangan mereka di alam kekal abadi kelak.
 
 

Direktur Penerangan Agama Islam (Perais) dari Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Juraidi mengeklaim, pemerintah telah hadir dalam pemberian akses pendidikan Alquran braille kepada kalangan tunanetra. Caranya, dengan memberikan bantuan Alquran Braille, kitab fikih Braille, pengikutsertaan musabaqah (perlombaan) MTQ 2020 cabang tunanetra, dan pemberian operasional terhadap komunitas dan yayasan tunanetra.

Menurut dia, pembinaan dan penyuluhan pendidikan Alquran braille tidak bisa dilakukan oleh Kemenag karena keterbatasan yang ada. "Kami tidak bisa memberikan pembinaan pendidikan Braille karena kami sendiri juga tidak bisa. Maka kami serahkan ke yayasan dan komunitas," kata dia.

Juraidi mengaku, pemberian bantuan operasional terhadap pendidikan Alquran Braille yang diamanatkan kepada yayasan dan komunitas tunanetra dilakukan dengan mekanisme yang ada. Menurut dia, ban tuan yang diberikan diupayakan dapat tepat sasaran dan terencana dengan baik.

Terkait dengan pengawasan serta pembinaan lebih jauh terhadap bantuan operasional yang diberikan, Juraidi mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada komunitas dan yayasan yang dijangkau oleh Kemenag. "Kami anggarkan setahun sekali bantuan operasional itu ke mereka (yayasan dan komunitas tunanetra)," ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat