Belajar membaca Alquran bagi difabel tunanetra dengan menggunakan Alquran braile. | Antara

Khazanah

Mencetak Hafiz Lewat Alquran Braille

Alquran Braille telah lama menjadi solusi bagi penyandang tunanetra yang belajar Alquran.

Alquran Braille telah lama menjadi solusi bagi para penyandang disabilitas, khususnya tunanetra yang hendak belajar Alquran. Butuh ketekunan dan kesabaran untuk menekuninya.

Pesantren Tunanetra Shofiyah Cianjur menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mengajarkan Alquran Braille kepada para santrinya yang notabene penyandang tunanetra. Pesantren yang berlokasi di Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat ini tidak hanya dibekali ilmu-ilmu agama atau kemampuan membaca Alquran. Pesantren ini juga memiliki program khusus, yakni program dai dan hafiz tunanetra.

Pengasuh pesantren Tunanetra Shofiyah Ustaz Doni Arsyad mengatakan, pesantren membuka program tersebut tanpa dipungut biaya. Usia santri yang mengikuti program tahfiz pun mulai dari 12-30 tahun. Sejauh ini baru 17 santri tunanetra yang mengikuti program tahfiz Alquran.

Ustaz Doni menjelaskan, dalam pembelajaran Alquran dan tahfiz, Pesantren Shofiyah memadukan metode pesantren tahfiz pada umumnya dengan metode pembelajaran khusus penyandang tunanetra. Para santri tunanetra diberikan 30 jilid Alquran Braille.

Setiap jilid berisi satu juz Alquran. Ustaz Doni menjelaskan, bagi santri yang belum sama sekali mengenal Alquran Braille maupun huruf hijaiyah, pembimbing terlebih dulu akan mengajari memperkenalkan huruf dan simbol-simbol dalam Alquran Braille.

photo
Santri belajar menulis Alquran di Pondok Pesantren Tuli Darul Ashom, Sleman, Yogyakarta, Senin (1/2/2021). Di Ponpes Tuli ini, 19 santri putra dan 12 santri putri dengan disabilitas diajarkan hafalan Alquran. Kurikulum yang digunakan menggunakan sanad dari Thaif, Arab Saudi. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Setelah mampu mengenal huruf dan merangkai kalimat dalam Alquran Braille, pembimbing akan mengajarkan cara membaca sesuai kaidah pelafazan huruf atau dengan metode tahsin. Setelah mampu membaca, santri dengan saksama akan mendengarkan bacaan pembimbing sambil menyesuaikannya pada Alquran Braille yang dibawa masing-masing.

Setiap santri pun wajib mengulang-ulang ayat yang telah diajarkan. Pesantren juga memfasilitasi kotak musik bagi setiap santri untuk menjadi pengingat saat belajar mengulang hafalannya.

Ustaz Doni menjelaskan, para santri program tahfiz Shofiyah biasanya melakukan setoran hafalan pada pagi dan sore hari. Selepas Maghrib, santri akan melakukan murojaah untuk menjaga hafalan Alquran agar tidak lupa.

"Kalau yang sudah lancar membaca Braille itu mereka hafalannya menggunakan Alquran Braille. Tapi yang belum tahu kita fokuskan dulu di awal untuk huruf, sembari belajar Braille kita ajarkan surat pendek dengan memaksimalkan pendengaran baik oleh pelafalan pembimbing langsung dan dibantu dengan MP 3," kata Ustaz Doni kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Menurut Ustaz Doni, masing-masing santri memiliki kemampuan berbeda untuk menguasai Alquran Braille. Ada yang dapat membaca Alquran Braille dalam waktu dua atau tiga bulan, ada pula yang setahun. Menurut Ustaz Doni, biasanya santri yang baru menghafal akan dibimbing untuk memulai menghafal surat-surat pendek atau dari juz 30.

Setelah mampu menghafal juz ke-30, santri baru boleh menghafalkan surat lainnya dari juz 1. Ustaz Doni menjelaskan, setiap hari, para santri tunanetra mampu menghafalkan sekitar dua halaman Alquran Braille atau setara satu halaman Alquran yang biasa dibaca kebanyakan orang.

 
Kalau tantangan mengajarkan tahfiz pada penyandang tunanetra ini berbeda-beda ada yang baru bisa baca, ada yang kita kenalkan kode Braille dulu, memang butuh proses dalam membimbing.
 
 

"Kalau tantangan mengajarkan tahfiz pada penyandang tunanetra ini berbeda-beda ada yang baru bisa baca, ada yang kita kenalkan kode Braille dulu, memang butuh proses dalam membimbing," kata dia.

Selain program tahfiz, Ustaz Doni menjelaskan, para santri tunanetra juga dibekali pembelajaran materi-materi keislaman dengan buku-buku rangkuman yang sudah dicetak dalam bentuk Braille. Selama itu, santri di pesantren ini juga diajarkan untuk bisa menerapkan percakapan bahasa Arab dalam sehari-hari.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat