Seorang pengemudi mengisi daya mobil listrik dengan memanfaatkan aplikasi PLN Charge.IN di di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kantor PLN Disjaya, Gambir, Jakarta, Jumat (29/1). | Prayogi/Republika.

Ekonomi

Holding Baterai Kendaraan Listrik Rampung Tahun Ini

Investasi yang dibutuhkan untuk membuat industri baterai listrik dari hulu ke hilir berkisar 13 sampai 17 miliar dolar AS.

JAKARTA — Kementerian Badan usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan pembentukan perusahaan induk atau holding baterai elektronik untuk electric vehicle (EV) akan rampung pada semester I 2021. Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan, holding Indonesia Battery Corporation (IBC) merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam membangun industri baterai yang terintegrasi.

Konsorsium BUMN yang terlibat dalam proyek pengembangan industri sel baterai untuk kendaraan listrik yaitu Mind ID atau Inalum, PT Aneka Tambang Tbk, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan PT Pertamina (Persero).

"Kita berharap pembentukan IBC bisa dibentuk pada semester I tahun ini. Kita sudah sepakati antara empat perusahaan ini, mudah-mudahan sudah bisa berdiri,” kata Pahala, di Jakarta, Selasa (2/2).

Pahala menjelaskan, Mind ID dan Antam akan fokus dalam sektor hulu mulai dari penambangan hingga memproses bahan baterai seperti nikel dan alumunium menjadi sulfat. Sedangkan sektor hilir menjadi tanggung jawab PLN dan Pertamina, mulai dari pembentukan baterai hingga distribusinya sampai membuat penyimpanan di tingkat rumah tangga.

Menurutnya, industri baterai akan menjadi masa depan karena ada pemikiran bentuk energi bisa dikonversikan dalam bentuk baterai. Pahala menyampaikan, energi baru terbarukan (EBT) memerlukan adanya satu tempat penyimpanan.

Pahala mengatakan, Indonesia memiliki posisi yang kuat untuk bisa membangun industri EV battery atau industri baterai yang terintegrasi. Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar ketujuh di dunia pada 2020 dan bisa menjadi salah satu yang terbesar pada 2030-2045.

Kementerian BUMN, kata Pahala, ingin memastikan Indonesia tak sekadar memiliki sumber daya, melainkan juga mampu mempunyai pasar bagi industri baterai ke depan. "Jangan sampai apa yang terjadi abad 18 sampai saat ini terjadi lagi, yang mana kita mempunyai sumber daya dan membutuhkan tapi tidak menjadi pemain yang memproduksi. Kita hanya menjadi pengekspor saja, penciptaan nilai tambah kita tidak terlihat,” ujar Pahala.

 
Kita hanya menjadi pengekspor saja, penciptaan nilai tambah kita tidak terlihat.
 
 

Pahala menyampaikan pasar penjualan roda dua dan roda empat di Indonesia termasuk salah satu yang terbesar di dunia. Menurut Pahala, Indonesia harus membangun keuntungan rantai pasok yang kompetitif. Kata Pahala, prospek pengembangan industri baterai sangat strategis. Hal tersebut yang mendasari adanya konsorsium BUMN melalui holding IBC.

"Jangka waktu pembentukan IBC bisa dibentuk pada semester I 2021 ini sudah didiskusikan di BUMN, dan para calon mitra, timeline pada semester I 2021 ini. IBC bisa berdiri jadi satu perusahaan nantinya bisa tanda tangan kerja sama dan pengembangan joint venture (JV) dengan calon-calon mitra,” kata Pahala.

photo
Kendaraan bus listrik skywell beroperasi di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (22/12). PT Kendaraan Listrik Indonesia melakukan pra-uji coba kendaraan listrik merek Skywell tipe NJL6126BEV yang dicanangkan akan menjadi bagian dari sarana transportasi di Ibu Kota melalui kerjasama dengan Transjakarta setelah melakukan tahap pra-uji coba dan uji coba. - (Republika/Thoudy Badai)

Setelah itu, IBC akan membentuk anak-anak usaha yang merupakan perusahaan joint venture atau patungan bersama mitra-mitra potensial yang saat ini tengah dalam proses negosiasi. Negara-negara yang sudah menyatakan ketertarikannya dalam pengembangan EV dan bekerja sama membentuk JV diantaranya Amerika Serikat (AS), Cina, Eropa, dan Korea Selatan (Korsel).

Pahala mengatakan, holding IBC nantinya juga bisa bekerja sama dan pengembangan perusahaan patungan atau joint venture dengan calon mitra potensial, baik dari Cina, Korsel, AS, atau Eropa.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Akun resmi Kementerian BUMN RI (kementerianbumn)

Direktur Utama Mind ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, secara keseluruhan investasi yang dibutuhkan untuk membuat industri baterai listrik dari hulu ke hilir butuh dana antara 13 sampai 17 miliar dolar AS (sekitar Rp 182 triliun hingga Rp 238 triliun).

"Pendanaan perlu 13 sampai 17 miliar dolar AS itu kalau dari hulu ke hilir. Tapi, ini (pengembangan industri baterai listrik) kan bertahap," ujar Orias.

Rencananya, 30 persen dari kebutuhan dana ini akan diambil dari ekuitas tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di holding tersebut. Sisanya, 70 persen berasal dari kerja sama dengan investor dan pinjaman.

Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga menambahkan tak ada unsur politik dalam persiapan membangun industri EV baterai di Indonesia. Semua momentum merupakan bagian dari rangkaian proses yang sudah dilakukan sejak lama. "Tahun 2023 sudah produksi, baterainya riil, kalau pakai motor listrik EV baterainya dari buatan indonesia, tidak ada politik,” kata Arya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat