Wakaf dapat mendorong kesejahteraan umat Islam. Sebab, nilai manfaat dari aset-aset yang diwakafkan dapat mengerek pertumbuhan ekonomi mereka secara merata. | DOK REUTERS/Muhammad Hamed

Khazanah

Milenial Dominasi Pelaku Wakaf di Indonesia

Penetrasi digital dinilai turut mendorong tren jumlah pelaku wakaf dari kalangan milenial.

JAKARTA -- Golongan muda mulai mendominasi jumlah pewakaf di Tanah Air. Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Imam T Saptono mengatakan, perkembangan dunia digital turut mendorong jumlah wakif dari generasi milenial Muslim. Karena itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk semakin meningkatkan digitalisasi wakaf, baik dalam aspek pembayaran maupun literasi terkait ibadah tersebut. 

“Digitalisasi akan memegang peran kunci untuk bisa meningkatkan kelompok milenial. Digitalisasi juga sekaligus menjadi elemen penting dalam membangun ekosistem wakaf yang sehat,” ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (24/1).

Beberapa faktor mendukung tren pertumbuhan filantropi, termasuk wakaf, belakangan ini di kalangan milenial. Faktor pertama, kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menjadi pemurah. Hal itu tampak dari survei Charities Aid Foundation (CAF) beberapa tahun lalu. Indonesia menduduki peringkat pertama dalam World Giving Index 2018 sebagai negara paling dermawan di dunia.

Kedua, Imam menambahkan, Indonesia masih dalam masa bonus demografi. Dari total populasi Indonesia yang mencapai 270,2 juta jiwa, sebesar 70,72 persen di antaranya merupakan penduduk berusia produktif. Generasi milenial dan Generasi Z menempati porsi yang cukup besar, yakni berturut-turut 25,87 persen dan 27,94 persen dari keseluruhan penduduk Tanah Air.

“Pada 2035, Indonesia diperkirakan menjadi negara dengan usia produktif tertinggi kedua di dunia,” katanya.

Terakhir, ia mengungkapkan hasil survei terbaru Varkey Foundation, sebuah lembaga yang berbasis di Britania Raya. Jajak pendapat itu menunjukkan, anak-anak muda Indonesia termasuk yang paling bahagia di dunia. “Varkey Foundation membuat survei kepada kaum milenial sejumlah negara. Mereka menanyakan tentang pengaruh agama terhadap kebahagiaan. Ternyata, jawaban positif tertinggi adalah Indonesia,” ujarnya.

Imam mengaku optimistis terhadap dunia perwakafan di Tanah Air. Bila sewaktu muda sudah terbiasa berwakaf, ia menambahkan, mereka diharapkan semakin dermawan ketika nanti berpenghasilan cukup atau lebih dari cukup.

Sebelumnya, Ketua Forum Wakaf Produktif Bobby Manullang mengungkapkan, profil donatur wakaf hingga saat ini mengalami perluasan yang positif. Berdasarkan rentang usia, kalangan milenial (usia 24-35 tahun) mendominasi profil donatur sebesar 48 persen. Perolehan tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan senior-seniornya, yakni Generasi X (35 persen) dan Baby Boomer serta Pre-Boomer (11 persen).

“Sejak ada intervensi digital, ada perubahan profil donatur. Saat ini, (wakaf) sudah mulai bergeser ke kalangan milenial. Milenial berwakaf memang (jumlah donasinya) tidak besar, tapi jumlah (mereka yang berwakaf) sangat besar,” kata Bobby dalam webinar bertema “Gerakan Wakaf Nasional”, Sabtu (23/1).

Manajer Umum Wakaf Dompet Dhuafa itu membenarkan, literasi dan kemudahan berwakaf kian digandrungi milenial karena adanya penetrasi digital. Melalui gawai, mereka dapat berwakaf dengan lebih mudah. Besaran yang dikeluarkannya pun bisa lebih terjangkau, misalnya Rp 10 ribu saja.

Pentingnya komunikasi

Pengamat ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik mengatakan, generasi milenial adalah masa depan sektor wakaf di Tanah Air sehingga perlu dibidik secara cermat. Untuk meningkatkan edukasi dan menjaga konsistensi para wakif, beberapa hal bisa dilakukan nazir wakaf, semisal menyediakan konten-konten literasi wakaf dengan visualisasi yang menarik. 

“Ini agar milenial semakin memahami esensi dari wakaf, maka diperlukan konten edukasi yang menarik. Dengan demikian, mereka bisa menyadari manfaat dari wakaf, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial ekonomi masyarakat,” ujar dosen IPB University dari Departemen Ekonomi Syariah itu, kemarin.

Dalam meningkatkan dan menjaga keikutsertaan generasi milenial, ia menilai manajemen komunikasi menjadi aspek yang sangat penting. Para nazir wakaf hendaknya selalu menguasai manajemen komunikasi tidak hanya dalam hal edukasi atau literasi wakaf, tetapi juga akuntabilitas dan transparansi lembaga. Terlebih lagi, anak-anak muda cenderung identik dengan coba-coba.

“Boleh jadi, kelompok yang berwakaf ini adalah yang coba-coba. Apakah mereka akan istiqamah, terus berwakaf? Nah, ini bergantung pada nazir dalam menyiapkan transparansi dan akuntabilitas,” ujarnya menjelaskan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat