|

Khazanah

Bedah Konsep Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Buku ini mengurai pemaknaan kontekstual atas sifat Islam rahmatan lil 'alamin.

Seorang jurnalis dan penulis Muslim Amerika Serikat (AS), Stephen Suleyman Schwartz, pernah mengatakan hal yang menarik. Dia menyebut, jika Islam adalah agama yang ekstrem, seperti yang kerap dibayangkan para fundamentalis dewasa ini, Islam tidak akan pernah menjadi peradaban global. Jika berwatak keras dan agresif, tentu Islam telah lama musnah dari muka bumi ini, sebagaimana nasib yang dialami agama-agama politeistis.

Islam memang harus dilihat secara lebih mengakar dan komprehensif. Perspektif yang dipakai haruslah logis dan rasional, tidak bisa sekadar berasumsi, apalagi stigma. Schwartz mengimbau para kritikus agar bersikap adil sejak dalam pikiran.

Sebaliknya, ia pun meminta kaum Muslimin agar menampilkan agama ini sesuai wajah aslinya, yakni menjunjung kedamaian, ketenteraman, dan kemanusiaan. Jangan sampai ulah segelintir orang yang membawa-bawa nama Islam justru memburamkan pandangan dunia tentang agama ini.

Buku berjudul Islam Dinamis Islam Harmonis merupakan salah satu upaya untuk mengumandangkan sifat Islam, rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Buku tersebut ditulis oleh seorang guru besar sejarah kebudayaan Islam, Prof Machasin. Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga itu menuangkan pemikirannya tentang karakteristik rahmatan lil ‘alamin itu, khususnya yang terwujud dalam tradisi-tradisi keislaman di Indonesia.

Tidak hanya aktif di dunia kampus, penulis juga berpengalaman di dunia birokrasi. Ia tercatat pernah menduduki jabatan sebagai direktur jenderal Bina Masyarakat Islam (Bimas) Kementerian Agama. Sebagai intelektual, dirinya cukup produktif menuliskan gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikirannya ke dalam buku, jurnal, ataupun artikel-artikel yang diterbitkan media massa.

 

 

Pengingkaran terhadap kearifan lokal dan kemajemukan adalah antitesis konsep rahmatan lil ‘alamin.

 

 

Prof Dr Machasin, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
 

 

Adapun Islam Dinamis Islam Harmonis merupakan kumpulan tulisannya yang berasal dari rentang waktu cukup panjang, sekitar 15 tahun. Karya yang disunting oleh Abdul Wahid Hasan itu membicarakan pelbagai tema yang beragam. Namun, pada intinya semua esainya menunjukkan keberpihakan yang konsisten terhadap semangat rahmatan lil ‘alamin. Buku ini dapat menginspirasi masyarakat, umpamanya bahwa terorisme dan kekerasan tidak mendapat ruang dalam Islam. Begitu pula, pengingkaran terhadap kearifan lokal dan kemajemukan adalah antitesis terhadap konsep rahmatan lil ‘alamin.

Buku ini mengusung tema besar Islam yang dinamis. Dalam arti, Islam mampu menggerakkan dan digerakkan oleh pemeluknya. Agama ini hadir berdialog dengan macam-macam tradisi dan budaya lokal. Karena itu, para pemeluknya diharapkan mampu merespons tantangan zaman, baik dalam konteks lokal maupun global. Selain itu, buku ini juga mengusung topik pembahasan ihwal kerukunan, harmoni, dan penghargaan terhadap kehidupan manusia dalam bingkai ajaran Islam.

Ada beberapa pertanyaan yang banyak mendapat ulasan dalam buku ini. Misalnya, mengapa ada orang yang membunuh dengan mengatasnamakan agama? Benarkah agama tertentu memperbolehkan pemeluknya untuk menyerang dan menghancurkan pemeluk agama yang lain? Menjawab pertanyaan-pertanyaan demikian, Machasin memberikan perspektif yang jernih dan menyeluruh.

Karena itu, buku ini masih cukup relevan dengan situasi keberagamaan di Indonesia saat ini. Apalagi, segelintir kelompok di Tanah Air masih saja gemar memperuncing segala perbedaan. Maka timbul kemudian sikap saling curiga antar-elemen bangsa. Pada akhirnya, yang tampak adalah kehidupan berbangsa dan bernegara yang diwarnai ketidakpercayaan (distrust) atau polusi kehidupan lainnya.

Pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi tiga bagian. Masing-masing berupaya menjawab tantangan global, lokal, dan penjelasan tentang konsep rahmatan lil ‘alamin. Pada bagian pertama, terdapat tulisan Prof Machasin yang cukup menarik perhatian, yaitu tulisannya yang berjudul “Khutbah di Kapel Seminari Hartford, Amerika.” Khutbah yang dimaksud adalah ceramah yang disampaikannya dalam bahasa Inggris pada 1998. Setelah pulang ke Yogyakarta, ia kemudian menuliskannya ulang dalam bahasa Indonesia.

Dalam tulisannya itu, Machasin menuturkan pengalamannya terkait situasi Islam di Indonesia kepada khalayak publik Amerika. Bahkan, dalam sesi seminar di Kapel Seminari Harford tersebut, beberapa cerita membuat orang Amerika tertawa. Adapun pada bagian kedua memberikan tekanan lebih banyak pada lokalitas. Karena itu, bagian ini diberi anak judul “Menjawab Persoalan Lokal.” Pada bagian ketiga, barulah penulis membahas tema utama buku ini, yang mengumandangkan Islam rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi alam semesta.

Machasin menjelaskan, konsep tersebut menegaskan agama Islam sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT bagi seluruh makhluk-Nya. Pesan eksplisit terkait ini berkaitan dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia. Akan tetapi, menurut dia, karena Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan merupakan wujud nyata dari keturutusan beliau, terbangunnya konsep itu di dalam Islam mempunyai dasar yang kuat.

Maka, apa yang dimaksud dengan “rahmat bagi seluruh umat manusia” itu? Mengapa keturutusan Nabi Muhammad SAW disebut demikian dan bagaimana fungsi rahmat itu semestinya dijalankan oleh umat Islam?

Dalam bukunya ini, Machasin menjelaskan secara perinci mengenai definisi “rahmat bagi seluruh umat manusia.” Hingga akhirnya ia menyimpulkan bahwa sebagai perwujudan kasih sayang Allah kepada manusia, Islam harus disebarkan dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Kalau tidak begitu, ia khawatir, yang akan timbul justru anggapan bahwa Islam menimbulkan kerusakan di tengah umat manusia.

Menurut Machasin, kasih sayang tidak membuat orang yang dikasihi terhina, takut, atau jengkel. Justru berkasih sayang akan mengangkat martabat orang, membuatnya bangga, dan membantunya menemukan jalan yang terbaik dalam kehidupan.

Memang benar bahwa terkadang orang yang mengasihi melakukan tindakan tegas, agar orang yang dikasihi sadar akan kesalahannya. Namun, ketika itu dilakukan, mesti ada batas yang membuat tindakan demikian tidak sampai menyebabkan kehancuran bagi orang yang dikasihi.

Selain mengulas soal Islam rahmatan lil ‘alamin, pada bagian ketiga dalam buku ini Machasin juga menjelaskan tentang Islam dan terorisme. Tulisannya berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Misalnya, apakah benar Islam identik dengan terorisme? Apakah terorisme dibenarkan dalam ajaran Islam?

photo
Buku Islam Dinamis Islam Harmonis - (Istimewa)

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Machasin pertama-tama menjelaskan terorisme dari perspektif kitab-kitab fikih. Dalam kitab fikih klasik, dia melanjutkan, biasanya pembahasan mengenai terorisme terdapat dalam pasal atau bab tentang pembegal. Yang dibicarakan selalu adalah jenis-jenis hukuman yang dapat diberikan kepada pelakunya.

Pembahasan tentang Islam dan terorisme ini menelaah hal penting, yaitu tentang pengertian terorisme sendiri, serta solusi yang ditawarkan Islam untuk mengurangi penggunaan teror di masa yang akan datang. Dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini, memang perlu perhatian yang serius dari setiap orang. Sebab, makin banyak kerusuhan atau kekerasan yang dilakukan. Bahkan, tak jarang perangai-perangai itu dengan ringannya mengatasnamakan Islam. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip rahmatan lil ‘alamin.

Buku ini diharapkan mampu membuka mata pembaca, bahwa selama ini Islam memang merupakan rahmat bagi alam semesta. Tinjauan buku yang lumayan padat berisi ini mungkin “memaksa” pembaca untuk sedikit mengernyitkan dahi. Namun, berbagai kalangan tetap dapat membaca buku ini dengan aura penasaran untuk memahami Islam yang dinamis dan harmonis.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Islam Rahmatan lil 'Alamin (@nucreativemedia)

DATA BUKU

Judul: Islam Dinamis Islam Harmonis

Penulis: Prof Machasin

Penerbit: LKiS

Tebal: 342 halaman

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat