Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Kecerdasan Spiritual Romantis

Kata kunci kecerdasan spiritual romantis itu adalah kesadaran untuk selalu bersyukur kepada Allah.

Oleh MUHBIB ABDUL WAHAB

OLEH MUHBIB ABDUL WAHAB

Alkisah, ada dua sahabat Nabi SAW yang sangat setia dan sayang kepada istri masing-masing. Dua sahabat itu adalah Umar bin al-Khattab dan Anas bin Malik RA. Keduanya selalu membangunkan istrinya, kemudian anaknya, di malam agar melaksanakan salat tahajud (qiyam al-lail) dan makan sahur untuk puasa sunah.

Kedua sahabat ini merasa sangat berkesan ketika mendengar hadis qudsi yang disampaikan Jibril AS kepada Nabi SAW: "Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa kemuliaan orang Mukmin itu terletak pada qiyam al-lail." (HR Muslim).

Sedemikian indahnya kesan itu, sehingga Umar bin al-Khattab berpesan kepada rakyatnya: "Manisnya kehidupan dunia itu terletak pada tiga hal: qiyam al-lail, bertemu dengan kawan seperjuangan, dan salat berjamaah."

Pesan indah Umar ini secara psikologis mengajarkan kepada kita pentingnya memiliki kecerdasan romantis (romantic intelligence). Sebuah kecerdasan yang bersumber dari hati yang suci dan mulia untuk selalu bersyukur dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, kepada anggota keluarga, dan kepada sesama manusia.

Menurut penuturan ‘Aisyah, Rasulullah SAW pernah shalat tahajud sangat lama. Beliau meminta ‘Aisyah, biarkanlah aku berlama-lama (romantis) dalam beribadah kepada Allah. 'Aisyah mendekati Rasulullah dan berkata: "Demi Allah, aku ingin selalu dekat denganmu dan melakukan sesuatu yang membahagiakanmu!" Rasulpun tidak "tergoda" oleh rayuan romantis 'Aisyah. Rasul kemudian mengambil air wudhu dan melanjutkan tahajud malam itu.

'Aisyah mengisahkan, Rasul meneruskan shalat tahajudnya sambil menitikkan air mata. Air mata itu mula-mula hanya membasahi pipi, lalu jenggot beliau, sampai akhirnya membasahi tanah tempat beliau shalat.

Rasulullah terus menangis dalam shalatnya hingga Bilal RA mengumandangkan azan Subuh. 'Aisyah bertanya, "Mengapa engkau menangis seperti itu? Tidakkah Allah pasti mengampuni dosa masa lalumu maupun dosa mendatang?"

Rasul menjawab: "Tidakkah, dengan beribadah seperti itu, aku menginginkan diri ini menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur!" Kata kunci kecerdasan spiritual romantis itu adalah kesadaran untuk selalu bersyukur kepada Allah dengan memperbaiki ibadah dan pendekatan diri kepada-Nya seromantis mungkin.

Kecerdasan spiritual romantis sejati dapat mengalahkan kecintaan manusia terhadap dunia, harta, tahta, bahkan wanita. Oleh karena, terapi terhadap penyakit wahn: cinta dunia dan takut mati (HR Abu Daud dan Ahmad) adalah penyadaran dan pengembangan kecerdasan spiritual romantis. Merindukan kedekatan diri dengan Allah merupakan solusi terhadap berbagai persoalan hidup manusia.

Oleh karena itu, Nabi SAW meneladankan kecerdasan spiritual romantis dengan selalu berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya Aku memohon kepada-Mu untuk selalu merasa takut kepada-Mu, saat sendiri maupun ramai. Aku memohon kepada-Mu kelezatan untuk memandang wajah-Mu, dan merindukan pertemuan romantis dengan-Mu dalam situasi tanpa penderitaan yang membahayakan dan tanpa fitnah yang menyesatkan.” (HR an-Nasai, no. 1304).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat