Bank Wakaf Mikro. Petugas melayani konsultasi nasabah di Bank Wakaf Mikro Almuna Berkah Mandiri di komplek Ponpes krapyak, Yogyakarta, Rabu (12/2) | Wihdan HIdayat/Republika

Khazanah

Jadikan Wakaf Gaya Hidup Milenial

BWI mendorong perguruan tinggi mulai menghimpun dana wakaf. 

JAKARTA -- Kalangan milenial Indonesia dinilai memiliki ciri khas, yakni dermawan, memiliki motivasi yang memberikan makna, dan berjiwa sosial. Badan Wakaf Indonesia (BWI) pun mendorong kaum milenial untuk menjadikan wakaf sebagai gaya hidup. 

Dorongan itu disampaikan Ketua BWI Mohammad Nuh dalam webinar “Wakaf Goes to Campus Virtual”, Selasa (24/11). Dia menjelaskan, tingkat kesadaran berbagi di Indonesia mengalami kenaikan tertinggi selama 10 tahun belakangan berdasarkan Charity Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2019. 

"Kalau bangsa Indonesia umumnya dermawan dan anak-anak mudanya punya nilai-nilai itu maka, kesimpulannya, milenialis Indonesia selalu memberikan makna dan memiliki jiwa sosial yang tinggi," ujar Nuh dalam webinar yang dihadiri lebih dari seribu partisipan itu. 

Nuh juga mengajak kalangan milenial untuk membeli masa depan dengan harga sekarang yang murah melalui wakaf. Dia mengatakan, wakaf termasuk di dalam sedekah jariyah sebagai bentuk kebaikan yang tak mengenal waktu, seperti halnya ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya. 

"Wakaf itu menyambungkan antargenerasi. Kita ingin nilai keislaman ini tersambung antargenerasi, dan yang bisa menyambungkan adalah wakaf. Maka, kita ingin wakaf menjadi gaya hidup," kata mantan menteri komunikasi dan informasi serta menteri pendidikan dan kebudayaan itu. 

 

 

Kita ingin wakaf menjadi gaya hidup

 

M NUH, Ketua Badan Wakaf Indonesia.
 

Pada kesempatan itu, Nuh juga mengatakan, perguruan tinggi harus menjadi tempat untuk menciptakan generasi pencipta kebaikan dengan mulai menghimpun dana wakaf. Menurut dia, sungguh luar biasa jika seluruh kampus bisa melakukan itu. "Kita ingin kampus sebagai penyemai generasi kreator kebaikan sehingga menjadi perintis kebaikan dan engine untuk menyiapkan generasi kreator kebaikan," ujar dia. 

Nuh pun mendorong agar perguruan tinggi membuat kebijakan wakaf di kampusnya. Misalnya, dengan memberlakukan kewajiban wakaf bagi setiap karyawan dengan besaran Rp 1 juta per tahun. Hal itu pula yang telah dilakukan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan beberapa universitas yang lain. Dengan cara itu, kata Nuh, total dana wakaf yang terkumpul dari ITS mencapai Rp 2,5 miliar.

"Ini akan menjadi dana abadi yang hasil wakafnya nanti bisa dipakai untuk memberikan beasiswa, santunan, atau yang lain," ucap dia. 

Pada forum yang sama, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menyatakan perlunya edukasi dan literasi perwakafan segera diwujudkan dalam bentuk perumusan materi kurikulum nasional. Dengan demikian, pemberian pemahaman tentang wakaf bisa dilakukan di sekolah tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. 

Menurut Menag, dibutuhkan komitmen dan keseriusan bersama untuk mempercepat ikhtiar menciptakan masyarakat sadar wakaf. Dia mengakui, literasi wakaf saat ini masih rendah berdasarkan hasil survei BWI dan Kementerian Agama (Kemenag). Kondisi ini mengharuskan para pemangku kepentingan saling bersinergi untuk mengambil langkah strategis dan lebih gencar memperkuat gerakan edukasi dan literasi wakaf. 

Penguatan tersebut perlu dilakukan secara terus-menerus, sistematis dan masif, terutama di kalangan generasi milenial agar tumbuh kesadaran mereka untuk mencintai wakaf dan mau berwakaf. "Termasuk di kalangan kampus juga perlu diperkuat bersama BWI," katanya. 

Kemenag dan kementerian terkait, lanjut Menag, terus menjalin kerja sama dan sinergi program dalam mendukung perwakafan. Bersama Kementerian Ketenagakerjaan, misalnya, sedang disiapkan  standar kompetensi kerja nasional Indonesia untuk nazir wakaf. "Dan masih banyak kerja sama yang kami jalin, baik dengan kementerian, lembaga maupun organisasi internasional," ujarnya.

Menag juga mengapresiasi kegiatan Wakaf Goes to Campus yang diinisiasi BWI. Program yang dirangkai dengan beragam kegiatan itu dinilai relevan dan sejalan dengan Tridharma Perguruan Tinggi, terutama poin ketiga, yaitu pengabdian masyarakat.

photo
Pegawai Mandiri Syariah menerangkan fitur wakaf sukuk CWLS Aceh pada kepada nasabah, di Jakarta, sebelum pandemi Covid-19 - (Yogi Ardhi/Republika)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat