Ilustrasi Sungai Cisadane | Republika

Kisah Dalam Negeri

Melihat Karya Seni dari Sampah Sambil Menyusuri Cisadane

Gerakan masyarakat bermunculan untuk melestarikan Sungai Cisadane.

 

EVA RIANTI

 

Nama Banksasuci tidaklah asing bagi warga Kota Tangerang. Bahkan mungkin bagi sebagian orang di luar kota hingga luar pulau yang menyukai kegiatan berbau alam. Tempat wisata yang berlokasi di Kelurahan Panunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang itu menawarkan ragam keindahan alam yang berpadu dengan sosial.  

Pengamatan Republika beberapa waktu lalu, Banksasuci yang tidak lain merupakan akronim dari Bank Sampah Sungai Cisadane ini persis terletak di pinggir Sungai Cisadane. Pengunjung akan disajikan dengan pemandangan sungai yang adem di saung-saung yang disediakan oleh pengelola di sejumlah titik.

Bergerak ke arah barat, pengunjung bisa mampir melihat galeri yang di dalamnya terdapat sejumlah hasil karya seni. Karya-karya seni yang didesain oleh para seniman lingkungan itu berasal dari sampah-sampah olahan yang didapatkan dari Sungai Cisadane. Para pengunjung, terlebih pencinta seni akan sangat tertarik untuk memotret karya-karya seni yang disajikan semacam wall of fame tersebut.

Di sekitar galeri, tampak tempat-tempat kuliner berjejer menjajakan sejumlah panganan, mulai dari makanan ringan hingga berat, serta sejumlah minuman perasa. Pengunjung bisa menikmati kuliner sambil menikmati angin yang sejuk di saung, lengkap pemandangan sungai, serta musik yang kerap kali berdendang di sepanjang hari.

Tita (20 tahun), seorang pengunjung yang menikmati wisata Banksasuci menuturkan, dirinya sudah berkali-kali ke tempat tersebut. Saat ke tempat wisata itu, Tita paling tertarik memanfaatkan waterway. “Ke sini sih biasanya main waterway, nikmatin Sungai Cisadane. Juga main flying fox,” tutur Tita.

Untuk bisa memanfaatkan waterway berupa speed boat, pengunjung perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 15 ribu per orang dengan kapasitas sebanyak 10 orang. Sementara itu, untuk perahu besar berkapasitas 30 orang merogoh kocek sebesar Rp 20 ribu per orang.  

Relawan Banksasuci, Thamrin (40 tahun) mengatakan, banyak hal yang bisa dinikmati sekaligus dipelajari oleh para pengunjung yang bertandang ke tempat wisata tersebut. Dari segi hiburan, selain menikmati sungai, serta melihat sejumlah karya seni, pengunjung juga bisa memanfaatkan transportasi laut atau waterway. Alur dari waterway tersebut, kata dia, menuju ke Taman Gajah.

Lelaki yang sehari-hari berkarya sekaligus berdagang di tempat wisata tersebut mengatakan, Banksasuci diciptakan untuk mendekatkan para pengunjung dengan alam. Di tempat itu, tercipta pengembangan terhadap sumber daya alam sekaligus sosial.

Seperti lahan yang ada di seberang sungai, lanjut dia, tempat yang disebut sebagai 'keraton caping' itu menjadi lahan untuk menanam sayur-sayuran dan buah-buahan. Di sana ada tanaman langka yang sedang dikembangkan, seperti pohon ki tambleg.

“Jadi, di sini belajar juga. Anak-anak jangan kenal ponsel doang, tapi juga kenal alam,” ujar dia.

Ketua Banksasuci Ade Yunus mengatakan, pengunjung wisata Banksasuci pada tahun ini tentu tidak sebanyak daripada tahun sebelumnya karena adanya pandemi Covid-19. Kendati demikian, Banksasuci tidak berhenti berinovasi, di antaranya menyajikan Kapal Katamaran sebagai waterway.

Selain itu, pihaknya juga terus berinovasi dalam pembangunan galeri sebagai pusat karya seni budaya. Ke depannya, dia berujar, akan mengembangkan eco farming dan kebun binatang Cisadane.

“Di kawasan ketahanan pangan nantinya akan dibangun fasilitas jembatan gantung sepanjang 70 meter untuk menikmati eco farming dan Cisadane Zoo,” kata Ade.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat