Ilustrasi sikap moderat dalam beragama yang berdampak pada menguatnya persatuan bangsa. | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Kelompok Moderat Harus Lebih Aktif di Media Sosial

sikap moderat merupakan kunci untuk mempersatukan berbagai elemen bangsa.

 

 

JAKARTA – Kelompok moderat harus lebih terampil supaya tidak kalah aktif di media sosial (medsos) dari kelompok konservatif. Berdasarkan hasil penelitian, kalangan berpaham moderat cenderung diam di medsos, sementara yang berpaham konservatif lebih aktif bersuara.

"Mestinya yang moderat itu harus lebih bersuara dibanding yang konservatif, kalangan moderat harus mengimbangi dengan narasi moderat (di medsos)," kata Kepala Pusat Litbang Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag), Prof Adlin Sila kepada Republika, Selasa (17/11).

Ia menerangkan, fenomena digital memang membuat semua orang jadi gagap. Untuk itu, semua orang harus punya strategi baru, makanya ada literasi digital. Literasi digital bukan hanya untuk para pengguna internet, melainkan juga mereka yang moderat harus punya keterampilan baru untuk mengendalikan jamaah dan umatnya supaya tetap moderat.

Menurut dia, kelompok moderat di medsos memang datang belakangan. Contohnya, kelompok moderat melakukan klarifikasi informasi yang dibagikan oleh kelompok ekstrem kanan atau kiri di medsos. Artinya, kelompok moderat datang belakangan untuk mengklarifikasi.

"Justru yang moderat ini jangan terlalu lambat dalam merespons, harus cepat, kalau ada (informasi) yang keliru, diluruskan, jadi memang harus aktif memberikan kontranarasi," ujar Adlin.

Sebelumnya, Koordinator Riset Media and Religious Trend in Indonesia (Merit) Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Iim Halimatusa’diyah menyampaikan hasil penelitian bertema '’Beragama di Dunia Maya: Media Sosial dan Pandangan Keagamaan di Indonesia'’. 

Hasil penelitian itu mengonfirmasi adanya dominasi konservatisme agama di dunia maya. Aktor sentral dalam konstruksi narasi keagamaan di media sosial dikuasai oleh akun-akun yang cenderung berpaham Islamis dan konservatif. Akun-akun tersebut memiliki potensi viralitas tweet keagamaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang moderat. 

"Meskipun paham moderat memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan (paham) Islamis, tapi sifat partisipasinya yang cenderung diam jauh terkalahkan oleh gerakan Islamis yang lebih aktif bersuara," ujar Iim saat merilis hasil penelitian itu secara daring, Senin (16/11).

Cendekiawan Muslim Prof Azyumardi Azra turut menanggapi hasil penelitian tersebut. Menurut dia, dominasi tersebut menjadi hal yang tidak baik karena bisa menjadi langkah mundur bagi kalangan umat Islam. 

"Termasuk juga bisa menciptakan konflik sesama Muslim," tutur mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu kepada Republika.

Menurut Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Jakarta itu, diperlukan arus utama umat Islam Indonesia yang wasathiyah (moderat). Paham keagamaan yang moderat harus lebih aktif di berbagai lini dakwah, seperti pada pendidikan dan medsos. 

Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI KH Noor Achmad juga menilai, dominasi narasi keagamaan konservatif di medsos merupakan pertanda tidak baik. Sebab, di saat terjadi kompetisi teknologi informasi, siapa pun yang menguasai informasi dengan kecanggihan teknologinya itulah yang akan jadi pemenang.

Meski demikian, ia yakin, umat Islam yang berpaham keagamaan moderat bisa lebih aktif dalam menyampaikan dakwah-dakwahnya melalui platform media sosial. Kalangan yang harus disasar adalah anak-anak muda yang minim pengetahuan soal Islam moderat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat