Kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden berbicara dalam kampanye di Belle Isle Casino di Detroit, Michigan, akhir pekan lalu. | AP Photo/Andrew Harnik

Internasional

Biden Menang di Jajak Pendapat

Republik dan Demokrat sudah siap dengan ribuan pengacara jika hasil pilpres berselisih tipis.

WASHINGTON -- Satu hari menjelang kampanye pemilihan presiden (pilpres) ditutup, Senin (2/11), jajak pendapat menunjukkan calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden lebih unggul dari pejawat Presiden Donald Trump. Jajak pendapat tersebut digelar Reuters/Ipsos di negara bagian bekas wilayah industri yang disebut Rust Belt.

Empat tahun yang lalu Trump menang tipis di negara-negara bagian Rust Belt. Namun, di jajak pendapat kali ini menunjukkan Biden unggul 10 persen di negara bagian yang menentukan, seperti Wisconsin dan Michigan. Ia juga unggul tujuh poin di Pennsylvania.

Dalam jajak pendapat yang digelar Reuters/Ipsos sejak awal September lalu Biden selalu lebih unggul di tiga negara bagian itu. Dua pekan terakhir keunggulannya semakin tinggi.

Reuters/Ipsos menggelar jajak pendapat di enam negara bagian Wisconsin, Pennsylvania, Michigan, North Carolina, Florida dan Arizona. Negara-negara bagian tersebut tampaknya menentukan siapa pemenang pemilihan presiden AS 2020.

photo
President AS Donald J Trump menghadiri kampanye di Rome, Georgia, AS akhir pekan lalu. - (EPA-EFE/BRANDEN CAMP)

Saat berita ini ditulis, sekitar 35 persen pemilih dewasa mengatakan telah memilih lebih awal. Jumlah tersebut diperkirakan mencapai 93 juta pemiilh. 

Hasil jajak pendapat ini sejalan dengan ramalan profesor sejarah yang ramalannya mengenai pilpres AS selalu tepat. Profesor Allan Lichtman menilai Biden akan menang. 

Penilaiannya menggunakan metode yang dinamakan Keys to White House. Dilansir the Jerusalem Post, Senin (2/11) Lichtman menjelaskan, metodenya di stasiun televisi Fox News. 

Metode yang pertama kali dicetuskan tahun 1981 bersama ilmuwan Rusia Vladimir Keillis-Borok dan dipublikasikan ke dalam buku tahun 1996 ini terinspirasi studi gempa bumi.

Metode itu memiliki 13 faktor atau yang disebut "kunci" yang menjadi indikator hasil pemilihan presiden. Sebagian besar berdasarkan performa petahana dan partainya. 

Lichtman berhasil meramalkan kemenangan Donald Trump pada tahun 2016 lalu. Padahal, pengamat lain memprediksi kemenangan Hillary Clinton. Trump menyadari hal itu dan mengucapkan terima kasih pada Lichtman dalam artikelnya di the Washington Post. 

"Sekarang Trump pejawat, sekitar tujuh faktor yang menentangnya, prediksi saya Donald Trump akan menjadi presiden satu periode pertama setelah George HW pada tahun 1992 yang gagal terpilih kembali dan Joe Biden akan menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya," kata Lichtman. 

Akhir dunia 

Dalam detik-detik akhir kampanye, Trump dan Biden saling menggambarkan lawan tidak layak untuk memimpin. Keduanya juga saling menuding bahwa jika sang lawan memimpin dalam empat tahun berikutnya, AS akan mengalami masa-masa apocalypse yang menuju kehancuran dunia. 

photo
Mantan presiden AS Barack Obama berbicara dalam kampanye mendukung mantan wakilnya Joe Biden yang maju sebagai kandidat presiden di Detroit. - (AP Photo/Andrew Harnik)

"Rencana Biden akan menjadikan Amerika menjadi penjara negara yang mengunci kalian semua, sementara para perusuh ekstrem kiri bebas menggasak dan menjarah," kata Trump di lowa, Ahad.

Sebaliknya, Biden mengatakan, Amerika seharusnya berada di titik penentuan "untuk mengakhiri kepresidenan yang menyalakan api kebencian."

"Saat Amerika disebut, saya yakin pesannya jelas: ini saatnya Donald Trump berkemas dan pulang," kata Biden di Philadelphia, Ahad. "Cukup sudah dengan kerusuhan, cicitan, kemarahan, dan kebencian."

Dalam perkembangan lain, Partai Republik dan Partai Demokrat tenyata sudah siap dengan barisan pengacara jika hasil pilpres ini berbeda tipis. Ribuan pengacara siap berderap ke pengadilan untuk memastikan setiap kotak suara dihitung dengan transparan. 

Hal ini berkaca pada hasil pilpres 2000 yang akhirnya diputuskan di Mahkamah Agung. Namun, kali ini ada asumsi yang berkembang bahwa pertikaian di ranah hukum bakal terjadi. Hanya hasil suara yang benar-benar terpaut jauh yang akan menghentikan langkah hukum. 

Trump sudah menyiapkan John Gore, salah satu petinggi kelas atas di Kementerian Kehakiman di bawah pemerintahan Trump. Sedangkan, Biden sudah menyiapkan Donald Verrilli, pengacara Mahkamah Agung era mantan presiden Barack Obama. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat