Karyawati menunjukan emas batangan di salah satu Bangking Hall Bank Syariah di Jakarta. | Republika/Agung Supriyanto

Tajuk

Mimpi Menjadi Pusat Ekonomi Syariah

Sudah sepantasnya Indonesia memiliki bank syariah yang kuat.

Sejarah baru terjadi dalam industri perbankan syariah Indonesia. Sebuah bank syariah besar hasil merger tiga bank syariah milik pemerintah akan segera diwujudkan.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara resmi menggabungkan tiga bank umum syariah anak usaha bank BUMN. Ketiga bank tersebut adalah PT Bank BNI Syariah, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri.

Proses merger tiga bank syariah anak usaha bank BUMN resmi dimulai pada Senin (12/10), dengan ditandatanganinya conditional mutual agreement (CMA). Sedangkan realisasi merger dengan skala yang lebih besar ini akan rampung awal 2021.

Penggabungan tiga bank syariah pelat merah itu akan membuat Indonesia memiliki bank syariah yang besar dan kuat. Bank syariah hasil merger diperkirakan akan memiliki aset awal sekitar Rp 220-Rp 225 triliun. Dengan jumlah aset tersebut, bank syariah akan masuk ke posisi tujuh atau delapan dalam daftar 10 besar bank terbesar nasional.

 
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, perbankan syariah mampu bertahan di tengah pengaruh buruk pandemi Covid-19.
 
 

Bank Syariah Mandiri merupakan pemilik aset terbesar dengan nilai Rp 112,12 triliun per Agustus 2020. Sedangkan aset BNI Syariah Rp 49,97 triliun dan BRI Syariah sebesar Rp 51,8 triliun.

Merger bank syariah BUMN merupakan bagian dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia, yang dicanangkan pemerintah untuk memperkuat ekonomi nasional. Selama ini industri perbankan syariah  membuktikan, memiliki prospek besar untuk tumbuh dan menjadi penopang ekonomi nasional.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, perbankan syariah mampu bertahan di tengah pengaruh buruk pandemi Covid-19. Bahkan, kinerja industri perbankan syariah tercatat lebih baik dibandingkan kondisi perbankan konvensional.

Berdasarkan pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah per Juni 2020, mencapai 10,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan konvensional yang sebesar 1,49 persen (yoy) pada periode tersebut.

Selain itu, perbankan syariah mencatat kenaikan DPK yang lebih tinggi dibandingkan bank-bank konvensional. Pada periode yang sama, pertumbuhan DPK perbankan syariah di Indonesia mencapai 9 persen (yoy), sementara industri perbankan konvensional 7,95 persen (yoy).

Dari sisi permodalan, bantalan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan syariah juga terjaga di angka 21,20 persen per Juni 2020. Rasio ini jauh di atas ambang batas kecukupan modal yang diatur otoritas sekitar 12-14 persen.

Kita berharap, merger tiga bank syariah ini mampu menjadi penggerak ekonomi Indonesia. Tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga tingkat global. Apalagi, Indonesia mempunyai modal sebagai negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar di dunia.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sudah sepantasnya Indonesia memiliki bank syariah yang kuat.  Menurut Erick, Indonesia harus bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

Merger tiga bank syariah pemerintah ini menjadi langkah besar bagi Indonesia untuk mewujudkan mimpi menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Jalan terjal pasti mengadang di depan. Tapi, bukan tidak mungkin. Kita punya potensi untuk menggapainya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat