Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo. | PUSPA PERWITASARI/ANTARAFOTO

Wawasan

Mitigasi Kultural Sangat Penting

Ada beberapa aspek, mitigasi kultural juga penting.

Munculnya hasil riset terkait potensi tsunami di selatan Pulau Jawa diakui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bukan sebagai prediksi. Kepala BNPB Letjen Doni Monardo menilai, hasil riset itu mengkaji umur material kerang yang ada di daratan. Hasilnya, potensi tsunami merupakan peristiwa berulang. 

Doni mengatakan, masyarakat di sekitar pantai harus mulai membiasakan diri menghadapi segala kemungkinan, termasuk potensi tsunami. Mitigasi kultural terhadap gempa dan tsunami dinilai harus dilakukan sejak dini. Berikut petikan wawancara yang disarikan wartawati Republika Rr Laeny SUlityawati.

Bagaimana BNPB menilai munculnya hasil riset potensi tsunami di Selatan Jawa yang mencapai dua meter?

Pihak BNPB yaitu Dr Abdul Muhari juga ikut dalam riset itu. Riset itu sangat penting dan perlu kami apresiasi karena telah memberikan sinyal kepada kita semua untuk hati-hati dan waspada, sehingga kita bisa menyusun mitigasi. Perlu diingat, apa yang disampaikan periset itu adalah potensi, bukan prediksi. 

Potensi ini didapatkan setelah melakukan kajian, riset karena ditemukannya sejumlah material berupa kerang yang berasal dari laut yang relatif dalam, tapi terdapat di daratan. Dari lapisan-lapisan tersebut, dengan teknologi karbon ditemukan usianya diperkirakan 3.000 tahun, 1.800 tahun, kemudian 1.000 tahun, dan 400 tahun, tetapi saya tidak hafal waktu persisnya. Yang jelas ini adalah satu peristiwa yang berulang.

photo
Kepala BNPB selaku Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo (tengah) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/7).  - (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Apa saran BNPB untuk masyarakat di sekitar pantai?

Mereka (penduduk) yang berada relatif dekat dengan pantai itu seharusnya lebih mempersiapkan diri, sehingga masyarakat tidak perlu harus menunggu peringatan dari lembaga manapun. Setiap keluarga harus dilatih, bukan hanya aparatnya, melainkan juga seluruh keluarga. Terutama yang tinggal berada 300 meter sepanjang garis pantai.

Mitigasi yang perlu dilakukan masyarakat?

Ada beberapa aspek, mitigasi kultural juga penting. Artinya, membiasakan masyarakat untuk selalu waspada. Bahkan kalau perlu, menaruh benda-benda yang bisa menjadi alarm.

Contohnya, kaleng-kaleng yang disusun beberapa tingkat, kemudian diletakkan di tempat tidur, sehingga ketika terjadi gempa akan jatuh dan otomatis yang bersangkutan akan terbangun.

Selain itu, kalau gempa terjadi siang hari ada tanda-tanda terlihat air laut surut. Tetapi yang paling gampang adalah ketika merasakan gempa yang durasinya 10 hingga 20 detik. Kalau waktu gempa lama, masyarakat bisa mencari tempat yang lebih tinggi seperti bukit atau bangunan yang kokoh.

Kalau tidak ada, maka solusi yang terakhir adalah pohon yang kokoh ada di sekitar permukiman. Makanya seluruh masyarakat di sepanjang pantai harus sering dilatih.

photo
Kepala BNPB Doni Monardo. - (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Apa mitigasi yang akan dilakukan BNPB?

Kalau mitigasi struktural bisa menanam pohon bakau atau pohon yang punya akar kuat di pinggir pantai. Seperti cemara udang, pohon waru, pohon mahoni, pohon sukun yang punya akar kuat. Kalau disiapkan lebih awal, masyarakat lebih siap dan kita bisa mengurangi risiko seminimal mungkin.

Bagaimana dengan program edukasi ke masyarakat?

Bisa, itu diberikan saat bangku sekolah di jenjang sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga perguruan tinggi. Masyarakat juga bisa secara paralel mendapatkan pencerahan dari BPBD. Selain itu, semua tokoh di sepanjang pantai seperti ulama, tokoh budaya dan daerah hingga tokoh pemuda itu harus mau belajar terkait gempa dan tsunami untuk dijelaskan kepada masyarakatnya.

Edukasi ini sudah berjalan?

Sudah berjalan, tinggal keseriusan dari setiap daerah. Ada daerah yang sungguh-sungguh serius tetapi masih ada yang belum serius. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat