Sejumlah penumpang usai menaiki KRL Commuter Line di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (19/9). Menggunakan masker tanpa jaga jarak tentu tidak akan ada gunanya. | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

BPS: Kepatuhan Jaga Jarak Rendah

Menggunakan masker tanpa jaga jarak tentu tidak akan ada gunanya.

JAKARTA -- Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, 92 persen masyarakat, diwakili oleh responden, patuh menggunakan masker sebagai salah satu protokol kesehatan. Namun, jenis protokol kesehatan relatif rendah dipatuhi masyarakat, yakni terkait physical distancing atau jaga jarak.

Sebanyak 75 persen responden mengaku rutin mencuci tangan. Sedangkan yang secara aktif selalu menjaga jarak 73,54 persen. Angka-angka tersebut diungkap melalui survei daring terkait kepatuhan dan persepsi efektivitas penerapan protokol kesehatan yang digelar BPS pada 7-14 September 2020. Survei ini berhasil menjaring 90.967 responden yang didominasi masyarakat berusia kurang dari 45 tahun.

“Jadi, dari temuan ini secara umum menggembirakan, tetapi kita perlu memperhatikan penerapan baik untuk cuci tangan dan jaga jarak. Karena 3M (mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan) ini pada posisi ideal, harus berjalan paralel,” ujar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam keterangan pers, Senin (28/9).

Kecuk menyebutkan, persentase masyarakat yang mengenakan masker pada September ini meningkat sekitar 8 persen dibandingkan April lalu saat dilakukan survei serupa. Tapi catatan merahnya, persentase masyarakat yang mencuci tangan dan menjaga jarak justru mengalami penurunan, dari April ke September. Secara umum, penggunaan masker masih cukup dipatuhi, kendati mencuci tangan dan jaga jarak justru makin sulit dijalankan.

“Jadi, ke depan tampaknya kita perlu melakukan sosialiasi yang lebih supaya masyarakat betul-betul menerapkan 3M ini secara paralel. Karena menggunakan masker tanpa jaga jarak tentu tidak akan ada gunanya,” kata Kecuk.

Bila dikaitkan dengan jenis kelamin, BPS menemukan fakta bahwa perempuan jauh lebih patuh dalam menjalankan protokol kesehatan dibandingkan laki-laki. Dalam penggunaan masker, misalnya, sebanyak 94,8 persen perempuan taat mengenakan masker, sementara yang laki-laki 88,5 persen. Tingkat kepatuhan yang cukup timpang terlihat pada poin kepatuhan dalam mencuci tangan, dengan skor 80,1 persen untuk perempuan dan 69,5 persen untuk laki-laki.

“Kemudian ketika digandengkan dengan pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, kepatuhannya semakin meningkat,” kata Kecuk.

BPS juga menjaring jawaban dari responden mengenai alasan di balik ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Skor tertinggi, 55 persen, disebabkan tidak ada sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan.

Alasan kedua yang paling banyak dipilih responden, 39 persen, adalah tidak adanya kejadian positif Covid-19 di lingkungan sekitarnya. Sementara alasan ketiga terbanyak, 33 persen, tidak patuh protokol kesehatan karena dianggap menyulitkan pekerjaan.

Kecuk manambahkan, sebanyak 17 dari 100 orang responden mengaku percaya diri tak mungkin tertular Covid-19. Terkait persepsi kemungkinan terinfeksi virus korona, 12,5 persen responden meyakini diri mereka ‘tidak mungkin’ untuk tertular dan 4,5 persen menilai ‘sangat tidak mungkin’.

photo
Sejumlah penumpang berada di dalam gerbong KRL Commuter Line menuju Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (19/9). Menggunakan masker tanpa jaga jarak tentu tidak akan ada gunanya. - (Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO)

Menariknya, persepsi responden bahwa mereka ‘tidak mungkin’ dan ‘sangat tidak mungkin’ tertular Covid-19 cukup terkait erat dengan tingkat pendidikan. Bila dilihat dari persentasenya, jawaban ‘sangat tidak mungkin’ dan ‘tidak mungkin’ tertular Covid-19 paling banyak ditemui pada responden dengan latar pendidikan SD dan SMP. Masing-masing menyumbang persentase 33,69 persen dan 32,58 persen.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, jawaban ‘tidak mungkin’ dan ‘sangat tidak mungkin’ tertular Covid-19 semakin sedikit ditemui. Di jenjang SMA dan sarjana masing-masing persentasenya hanya 25,46 persen dan 13,41 persen.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, 17 persen responden yang percaya diri tak akan tertular Covid-19 mewakili sekitar 45 juta penduduk Indonesia (asumsi total penduduk 270 juta orang). Padahal, risiko tertular tetap ada sepanjang protokol kesehatan tidak dijalankan.

Bila 17 persen responden tadi ternyata melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19 tanpa gejala dan tidak menjalankan protokol kesehatan, risiko tertular cukup tinggi.

“Jadi, seluruhnya harus ikut terlibat. Kalau kita saja sendirian patuh kepada protokol kesehatan lantas orang-orang di sekitar kita tidak patuh, ya cepat atau lambat kita pasti akan tertular,” kata Doni.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat