Petugas membersihkan sisa-sisa kerusuhan di Malmo, Swedia, Sabtu (29/8). | Johan Nilsson/TT News Agency via AP

Internasional

Kristen dan Muslim Swedia Kecam Pembakaran Alquran

Kami tak ingin pembakaran tulisan ayat suci seperti Alquran, Injil, atau Taurat menjadi legal di Swedia.

STOCKHOLM -- Dewan Kristen Swedia mengecam pembakaran Alquran yang dilakukan kelompok rasialis ekstrem kanan di Swedia dalam beberapa pekan terakhir. Menurut mereka, tindakan itu merupakan perbuatan barbar.

Anadolu Agency melaporkan, dalam pernyataan yang dirilis pada Ahad (13/9), 10 pendeta Kristen terkemuka di Swedia, termasuk Uskup Agung Gereja Protestan Swedia Antje Jackelen, menyatakan menentang tindakan anti-Muslim. Mereka dengan tegas menjaga jarak dari aksi "pelanggaran yang disengaja terhadap keimanan seseorang".

Mereka menyebut pembakaran Alquran oleh kelompok rasialis sebagai tindakan barbar. Serangan semacam itu meningkatkan polarisasi di antara masyarakat "pada saat Swedia perlu bersatu dalam hal martabat dan hak setiap orang".

Aksi membakar Alquran dilakukan Kamis (10/9) lalu. Pembakaran dilakukan di Rinkeby, lingkungan yang didominasi Muslim di Stockholm. Menurut laporan Daily Aftonbladet, protes anti-Islam di Swedia itu bermula sejak Rasmus Paludan dilarang masuk ke Swedia. 

Paludan adalah pemimpin partai ekstrem kanan Denmark, Partai Hard Line atau (Stram Kurs). Laman Sputnik melaporkan, Paludan berencana melakukan peluncuran tur pembakaran Alquran di Swedia. Aksi itu untuk memprotes penyebaran Islam dan diklaim sebagai perayaan atas kebebasan berbicara. Namun, Paludan dihentikan petugas di perbatasan Swedia. 

"Tujuannya untuk menghentikan Islamisasi di Swedia. Untuk menarik kembali Islamisasi ke tahun 1960-an atau lebih. Seharusnya ada sekitar satu juta orang yang melakukan perjalanan kembali ke negara-negara Muslim tempat mereka berasal atau pindah ke agama lain selain Islam," kata Paludan. 

Sejak saat itu, muncul sejumlah aksi anti-Islam di Malmo pada 28 Agustus. Tiga orang di antara mereka dilaporkan menendang sebuah Alquran di lapangan terbuka Malmo. Pembakaran juga terjadi dan aksi-aksi itu memicu kerusuhan. Sedikitnya 10 orang ditangkap dan beberapa petugas polisi terluka. 

Menyusul semua insiden tersebut, 15 kelompok jamaah Muslim Swedia menyerukan agar undang-undang Swedia melarang pelecehan terhadap agama. Menurut mereka, seharusnya hukum melarang secara jelas pembakaran tulisan ayat suci.

"Kami tidak ingin pembakaran tulisan ayat suci seperti Alquran, Injil, atau Taurat menjadi legal di Swedia dan begitu juga pelecehan terhadap agama apa pun seharusnya dilarang," ujar Imam Hussein Farah Warsame kepada harian Dagens Nyheter dan dikutip Sputnik

Komunitas Islam Swedia telah berkembang melalui migrasi massal mulai tahun 1960-an. Perkiraan Pew Research 2017 menunjukkan Muslim menyumbang 8,1 persen dari total populasi Swedia, yakni sekitar 10 juta jiwa.

Jumlah Muslim di Swedia terus tumbuh karena proses migrasi yang terus berlanjut, dan tren demografis saat ini yang mencakup angka kelahiran lebih rendah di antara etnis Swedia. 

photo
Asap membubung dari ban-ban yang dibakar dalam aksi unjuk rasa di Rosengard, Malmo, Swedia, Jumat (28/8). - (TT News Agency via AP)

Pekan lalu, umat Islam Pakistan juga melakukan protes menentang penerbitan ulang karikatur yang menghujat Nabi Muhammad SAW, oleh sebuah majalah Prancis, Charlie Hebdo. Dalam aksi yang sama, mereka juga menyerukan gerakan global melawan Islamofobia.

Demonstrasi melawan gelombang baru gerakan anti-Islam di komunitas Eropa diadakan setelah shalat Jumat di kota Islamabad, Pakistan. Ratusan aktivis politik, agama, serta sipil, terutama pengurus Majlis Wahdat-e-Muslimeen Pakistan (MWM) dan Organisasi Mahasiswa Imamia, menggelar unjuk rasa menentang tindakan penghinaan yang dilakukan Charlie Hebdo.

Dalam protes tersebut, dengan lantang mereka mengutuk keras sikap diam para penguasa Barat atas Islamofobia dan kekerasan terhadap komunitas Muslim. Para pengunjuk rasa juga menyerukan adanya tanggapan yang efektif dari dunia Islam.

Para penguasa Muslim yang berpengaruh diharap memberikan suara terhadap konspirasi Barat yang ingin merusak persatuan Islam dan penghinaan terhadap kepercayaan Muslim.

Aktivis Pakistan menuntut pemerintahannya mengambil sikap tegas melawan Islamofobia di Barat. Pertanggungjawaban diharap bisa diberikan para penguasa Eropa di forum internasional.

Mereka lantas menggambarkan gerakan anti-Islam dan konspirasi di berbagai belahan dunia sebagai bagian dari rencana jahat hubungan AS-Zionis. Tujuannya, untuk mengalihkan perhatian publik dunia dari kegaduhan lain, seperti menyerang Yaman dan mengganggu kekuatan di negara-negara Islam. Para pengunjuk rasa juga menyalahkan diamnya beberapa yang disebut penguasa Muslim di Timur Tengah atas tindakan menghina mereka di Barat.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi, menyatakan keprihatinan yang serius tentang kebangkitan Islamofobia, rasisme, dan promosi kebencian terhadap orang-orang di negara lain. “Tindakan memalukan itu telah melukai perasaan jutaan Muslim,” katanya, dilansir di ABNA, Sabtu (12/9).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat