Petugas Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan pendataan untuk sensus penduduk secara tatap muka di permukiman warga di Dusun Bantarkaler, Desa Darmaraja, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (2/9). | ADENG BUSTOMI/ANTARA FOTO

Opini

Membangun Data Akurat

Pembangunan untuk menuju Indonesia maju bisa tak sesuai harapan jika data yang tersedia tak akurat.

LILIS ANISAH, Statistisi Muda BPS Provinsi Jawa Tengah

Berapa jumlah penduduk? Bagaimana penyebaran dan karakteristik kependudukannya sampai level terkecil? BPS mencatat dari hasil sensus penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk Indonesia pada 2010 sebanyak 237. 641. 326 jiwa.

Sepuluh tahun lalu, penduduk di wilayah perdesaan sedikit lebih banyak (50,21 persen) daripada di perkotaan (49,79 persen). Sepuluh tahun lalu, rata-rata banyaknya penduduk Indonesia per satuan luas atau biasa disebut kepadatan penduduknya, 124 jiwa per km persegi.

Laju pertumbuhan penduduk yang dimaknai sebagai rata-rata peningkatan jumlah penduduk per tahun dari 2000 ke 2010 sebesar 1,49 persen per tahun. Penduduk laki-laki berdasarkan  SP2010 sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan 118. 010.413 jiwa.

Dengan seks rasio 101, diartikan terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Median umur penduduk 2010 adalah 27,2 tahun. Angka ini menunjukkan, penduduk Indonesia termasuk kategori menengah (intermediate) karena median umur di kisaran 20-30.

 
Persentase penduduk Indonesia usia lima tahun ke atas berpendidikan minimal tamat SMP/sederajat sebesar 40,93 persen. 
 
 

Rasio ketergantungannya sebesar 51,31. Angka ini mengandung makna setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah.

Berdasarkan SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 2,51 persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 6,04 persen. Indikator untuk mengetahui kualitas SDM terkait pendidikan, antara lain, pendidikan yang ditamatkan dan angka melek huruf (AMH).

Persentase penduduk Indonesia usia lima tahun ke atas berpendidikan minimal tamat SMP/sederajat sebesar 40,93 persen. Kenyataan ini menunjukkan, kualitas SDM menurut tingkat pendidikan formalnya relatif masih rendah.

AMH penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 92,37 persen, yang berarti setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 92 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

Terkait ketenagakerjaan, hasil SP 2010 mencatat jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) 169,0 juta jiwa, terdiri atas 84,3 juta laki-laki dan 84,7 juta perempuan.

Dari jumlah tersebut, penduduk 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi; biasa diistilahkan sebagai angkatan kerja, yaitu mereka yang bekerja, mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha sebesar 107,7 juta jiwa, terdiri atas 68,2 juta laki-laki dan 39,5 juta perempuan.

 
Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, data adalah jenis kekayaan baru yang lebih berharga dari minyak.
 
 

Dipilah berdasarkan daerah tempat tinggal, angkatan kerja yang tinggal di perkotaan 50,7 juta orang dan di perdesaan 57,0 juta orang. Dari jumlah angkatan kerja itu, penduduk yang bekerja 104,9 juta jiwa dan yang mencari kerja 2,8 juta jiwa.

Demikianlah sekilas gambaran hasil dari SP2010. Gambaran serupa seharusnya akan kita peroleh dari hasil SP2020. Berbagai kondisi yang terjadi, adanya pandemi dan lain sebagainya, menjadikan pelaksanaan SP2020 sedikit berbeda.

Tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia menggunakan metode kombinasi, yaitu menggunakan data Adminduk Dukcapil dari Kemendagri sebagai basis data dasar dalam sensus penduduk, dengan tujuan menghasilkan data satu kependudukan.

Catatan Dukcapil menunjukkan, jumlah penduduk menurut kartu tanda penduduk (KTP). Hasil SP2020 akan mencatat jumlah penduduk menurut KTP ataupun tempat tinggal. Keduanya diperlukan dalam evaluasi ataupun perencanaan pembangunan dalam berbagai bidang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, terdapat enam prasyarat fondasi yang harus dimiliki Indonesia agar mampu menjadi negara maju. Yakni, infrastruktur layak sebagai pendukung mobilitas dan pembangunan.

Lalu, penguatan SDM yang dipenuhi melalui pendidikan riset, program kesehatan, dan perlindungan sosial. Selanjutnya, penyediaan teknologi melalui pengayaan inovasi dan teknologi untuk menjawab tantangan industri.

Di sisi lain, perbaikan birokrasi melalui perbaikan kualitas layanan dan efisiensi proses bisnis. Juga, pengelolaan tata ruang wilayah yang baik didukung sistem integratif, serta sumber daya ekonomi dan keuangan yang dipenuhi lewat APBN sehat untuk mendukung target pada 2045.

Hampir keseluruhan syarat fondasi itu memerlukan dukungan data kependudukan yang akurat. Hasil SP2020 sangat bermanfaat bagi harapan Indonesia maju.

Setelah berakhirnya Sensus Penduduk Online pada 29 Mei 2020, BPS melanjutkan perhelatan besar sensus penduduk dengan pendataan pada September 2020. Data hasil sensus ini tidak hanya bermanfaat bagi perencanaan masa kini, tetapi juga proyeksi sampai 30 tahun ke depan.

Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, data adalah jenis kekayaan baru yang lebih berharga dari minyak. Sebagai salah satu kunci utama perencanaan pembangunan bangsa, kebutuhan akan data akurat menjadi penting bagi pemegang kewenangan dan penentu kebijakan.

Namun, rencana pembangunan untuk menuju Indonesia maju bisa saja tak sesuai harapan jika data yang tersedia tak akurat, terutama karena ketidakbenaran data yang diberikan responden. Diharapkan, masyarakat memberi jawaban sesuai fakta dalam SP 2020. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat