Anak bermain (ilustrasi) | M Risyal Hidayat/Antara

Keluarga

Jangan Lupa Ajak Anak Bermain

Dengan bermain, otak anak akan berfungsi lebih efektif.

Pandemi Covid 19 yang 'memaksa' pelajar seluruh Indonesia bersekolah secara virtual membuat prihatin Artika Sari Devi. Mantan Puteri Indonesia ini merasa kedua buah hatinya, Abbey (10 tahun) dan Zoey (7 tahun), dituntut untuk terus berada di depan layar.

Untuk mengurangi kebiasaan terus menerus di depan layar itulah, Artika dan sang suami Ibrahim Imran alias Baim mengajak anak-anaknya bermain. "Jadi, saya dan Mas Baim sangat membebaskan anak bermain, bahkan kami yang menginisiasi waktu bermain yang berkualitas bersama anak”, ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai presenter ini.

Artika mengaku paham betul pentingnya bermain. Begitu pula anaknya yang kerap menunjukkan kebutuhan bermain. Untuk itu, ia sudah mengatur jadwal seperti waktu istirahat, bermain, belajar, berkumpul bersama dan lainnya dengan proporsi yang cukup, terutama saat sekolah virtual.

Artika menyediakan ruang bermain khusus untuk anak-anak di mana mereka biasanya bermain Do It Yourself (DIY) menggunakan barang bekas yang ada di rumah, berdandan cantik seperti putri, dan menghindari bermain gawai. Ia membebaskan anak bermain apa saja. "Karena dengan bermain saya paham ada manfaat yang mereka dapatkan,” tambah Artika.

Artika juga melihat bahwa saat bermain, apa pun bisa menjadi stimulus kreativitas termasuk jajanan. Baginya, memilih jajanan yang baik tidak hanya rasanya yang disukai anak tapi juga baik untuk si kecil.

photo
Anak bermain (ilustrasi) - (Thoudy Badai/Republika)

Di tengah penerapan sekolah virtual dan anjuran tetap di rumah, sebenarnya waktu bermain tetap penting bagi anak-anak. Tidak hanya sebagai momen istirahat anak di sela sekolah virtual, tetapi bermain juga dibutuhkan sebagai pengganti manfaat yang biasa mereka dapatkan ketika di sekolah.

Sayangnya, tidak semua orang tua punya pola pikir serupa Artika dan Baim. Tak sedikit orang tua yang berpikir jika bermain bagi anak adalah buang-buang waktu. Bahkan, proses bermain terkadang dianggap kotor, jorok, dan berantakan. 

Psikolog Anna Surti Ariani mengatakan banyak orang tua yang justru tidak rela membiarkan anak bermain. Ada pula yang hanya menyibukkan anak dengan berbagai kegiatan les, sehingga minim sekali waktu bermainnya.

Padahal, sebetulnya dari begitu banyak penelitian dan nasihat para ahli, justru proses bermain itu bisa memberikan begitu banyak manfaat. "Bahkan kadang-kadang tidak diajarkan di sekolah saat mengejar nilai akademis," kata ketua Ikatan Psikologi Klinis Jakarta ini lewat ajang  webinar #MainYuk dari rumah bareng Paddle Pop.

Meski begitu, di masa adaptasi kebiasaan baru sekarang ini memang yang perlu diingat untuk bermain terutama di luar rumah adalah protokol kesehatan. Orang tua perlu membuat kegiatan bermain anak dengan aman dan juga nyaman.  Kendati dalam masa pandemi Covid-19, anak tetap perlu melakukan kegiatan eksplorasi sesuai usia.

Selama di rumah, memang ada tantangan tersendiri, baik bagi orang tua maupun anak. Sebisa mungkin kedua belah pihak harus sama-sama nyaman melakukan proses belajar di rumah. Namun, mendampingi anak belajar bukan berarti tidak mengizinkan anak bermain sama sekali. "Anak bisa stres, bosan, kangen teman, bingung banyak tugas sekolah, kesal orang tua marah terus, ketika ditekan dengan tuntutan-tuntutan. Itu seperti karet akan tegang sehingga sebetulnya tidak efektif dipakai," kata Anna.

Namun, Anna melanjutkan, ketika karet dilonggarkan terlebih dulu, maka bisa dipakai untuk mengikat sesuatu. Begitu juga otak anak yang sebenarnya tidak akan efektif jika terus menerus dipaksa belajar tanpa waktu bermain. Setelah dibiarkan santai, baru kemudian otak anak bisa efektif dipakai kembali.

Hal yang betul-betul memberikan manfaat buat anak bukanlah mainan atau permainan, namun proses bermain yang dilakukan anak. Orang tua bisa membantu anak untuk menciptakan mainan, mengusulkan permainan yang akan dilakukan, dan bermain bersama anak. Dengan demikian, anak bisa mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

Bahkan jika bermain atau berkreasi dari barang bekas pun bisa menanamkan pemahaman tentang konsep daur ulang. Psikolog Anna Surti Ariani menambahkan orang tua boleh saja memberikan ide saat bermain, namun sebaiknya ubah kencenderungan itu menjadi bentuk pertanyaan dari orang. Sehingga dengan orang tua yang bertanya, akan lebih membantu mengeluarkan ide-ide si kecil yang sebenarnya sudah ia miliki dalam benaknya.

 
Anak bisa stres, bosan, kangen teman, bingung banyak tugas sekolah, kesal orang tua marah terus, ketika ditekan dengan tuntutan-tuntutan. Itu seperti karet akan tegang sehingga sebetulnya tidak efektif dipakai.
Anna Surti Ariani, Psikolog
 
 

Manfaat Bermain

Tentu saja bermain adalah bentuk mengisi waktu luang ''Ketika tidak ada tugas wajib dari sekolah misalnya, maka kenapa tidak ajak anak bermain?'' ujar psikolog Anna Surti Ariani.

Rupanya, di balik keriuhan bermain, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh anak. Apa sajakah?

  • Meningkatkan rasa percaya diri

Contohnya, saat membuat menara tinggi, kemudian bisa lebih tinggi dari sebelumnya, maka dia akan merasa berhasil sehingga dapat meningkatkan rasa percaya dirinya.

  •  Memperkaya wawasan

Dengan bermain, anak bisa memperkaya wawasan tentang kondisi yang dihadapinya.  Bermain dapat menstimulus anak menemukan beragam strategi yang akan bermanfaat dalam kehidupannya kini dan nanti.

 

  • Mengasah motorik kasar dan halus

Motorik kasar dapat diasah lewat penggunaan tangan, serta kaki. Sedangkan motorik halus dirangsang dengan mengasah kepekaan sosial maupun emosinya.

  • Belajar mengatasi masalah

Bermain sepak bola atau bermain dengan teman bisa membantu anak menemukan pola mengatasi masalah hingga mendapatkan kemampuan sosial lebih baik. Misalnya anak sedang bertengkar, maka dia kemudian jadi punya ide tentang cara menghadapi masalah.

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat