Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Sebaik-baik Rumah

Sejatinya setiap orang mengidamkan rumah yang bagus dalam membina keluarga.

Oleh HASAN BASRI TANJUNG

OLEH HASAN BASRI TANJUNG

Sejatinya setiap orang mengidamkan rumah yang bagus dalam membina keluarga. Nabi Muhammad SAW berpesan, ada empat indiktor kebahagiaan seseorang, yakni istri salehah, tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman, dan rumah yang lapang (HR Ahmad). 

Namun demikian, rumah bukanlah sekadar bangunan fisik yang indah dan luas serta dilengkapi aksesori bernilai tinggi. Sebab, ia adalah wadah kaderisasi dalam melahirkan insan beriman dan beramal saleh yang berhias keadaban.

Keutamaan sebuah rumah ditentukan oleh pancaran cahaya keimanan yang menerangi lingkungan sekitarnya. Nabi SAW mengingatkan agar rumah kita jangan menjadi kuburan karena tiada shalat dan lantunan Alquran di dalamnya (HR Bukhari).

Oleh sebab itu, rumah atau keluarga yang baik (khair al-usrah) adalah ketika kehadirannya menjadi inspirator, motivator, dan fasilitator kesuksesan orang lain, terutama anak yatim dan miskin (dhuafa). “Sebaik-baik rumah kaum Muslimin adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin adalah rumah yang menampung anak yatim tetapi diperlakukan dengan buruk.” (HR Ibnu Majah). 

Pesan Nabi SAW tersebut mengisyaratkan dua hal penting. Pertama, keberadaan yatim hakikatnya menjadi jalan meraih surga dan rumah yang menampungnya akan dilimpahi keberkahan. Memuliakan mereka seperti anak sendiri dan memberi makan seperti makanan kita (HR Ibnu Majah).

Sekiranya belum mampu sepenuhnya, kita bisa menanggung sebagian (pendidikan), terutama yang masih kerabat (QS 90: 15). Ganjaran bagi orang yang menanggung yatim adalah berdampingan dengan baginda Nabi SAW kelak di surga (HR Bukhari). 

Kedua, jangan menjadikan yatim sebagai alat pencitraan demi kepentingan pribadi, apalagi mengeksploitasi hak-hak dan hartanya. Orang yang memakan harta yatim tak ubahnya menelan api neraka dan hidupnya akan sengsara di dunia dan akhirat (QS 4:10). Meskipun taat menjalankan ibadah ritual, mereka di hadapan Allah SWT tak bermakna dan disebut pendusta agama (QS 107: 1-3).

Memberdayakan anak yatim dan miskin adalah hal yang sangat penting. "Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, ‘Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.’ Dan jika kamu mempergauli mereka maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan ....” (QS 2: 220). 

Prof M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa jika hanya berpikir tentang dunia, anak yatim dan orang lemah tidak akan terbantu karena tidak ada imbalan duniawi yang akan diperoleh dari mereka. Tetapi, jika berpikir tentang akhirat, pasti anak yatim termasuk yang dipikirkan nasibnya. Mendidik, bergaul, memelihara, serta mengembangkan harta mereka yang dilakukan dengan baik dan wajar. Itulah sikap yang dituntut terhadap anak-anak yatim. 

Walhasil, kehadiran anak yatim dan miskin menjadi jalan ke surga. Allahu a’lam bish-shawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat