Ilustrasi siswa masuk sekolah di Pandeglang Banten. | ANTARA FOTO/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS

Nusantara

Pembelajaran Ganjil Genap di Pandeglang

Sekolah di Pandeglang berharap pandemi segera usai agar anak-anak dapat belajar seperti sedia kala.

 

Konsep ganjil genap tak hanya diberlakukan untuk mengatur lalu lintas. Di Pandeglang, sistem ini diberlakukan untuk pembelajaran tatap muka (luring).

Sebanyak 427 Sekolah Dasar (SD) dan 104 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Pandeglang telah memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sejak Senin (11/8). Teknis pembelajaran yang diterapkan akhirnya dilakukan dengan skema ganjil genap bagi tiap sekolah yang memulai pembelajaran.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang Taufik Hidayat menjelaskan skema ini mengatur agar ruang kelas tidak terisi kapasitas secara penuh demi menerapkan protokol kesehatan. Para siswa SD atau SMP yang bernomor urut absen ganjil akan bersekolah di hari Senin hingga Rabu, sementara siswa dengan nomor urut genap akan bersekolah setiap hari Kamis hingga Sabtu.

"Karena idealnya satu kelas hanya boleh 50 persen kapasitas ruangan, dengan terbatasnya ruang kelas maka kita bagi harinya menjadi ganjil genap. Setiap Senin sampai Rabu untuk anak-anak dengan nomor absen ganjil dan Kamis sampai Sabtu untuk yang genap, jadi satu orangnya hanya tiga hari dalam seminggu," kata Taufik Hidayat, Selasa (11/8).

Skema ganjil genap ini dikatakannya sesuai dengan Surat Edaran dari Bupati Pandeglang terkait pembelajaran tatap muka. Agar tidak terjadi kerumunan juga waktu masuk siswa juga dibedakan dengan jeda 30 menit.

“Misalnya kelas satu, dua, tiga masuk jam 07.00 WIB, sementara kelas lainnya masuk jam 07.30 WIB," ujar dia.

Menurutnya penerapan belajar tatap muka sudah dilakukan bagi 47 persen SD dari total 864 sekolah dan 68 persen SMP dari total 152 sekolah. Jumlah ini dimungkinkan bertambah atau bahkan berkurang seiring dengan evaluasi gugus tugas dan permintaan tambahan dari sekolah lain untuk pelaksanaan PTM.

Taufik mengatakan, beberapa tahapan harus dipenuhi sekolah sebelum melakukan belajar tatap muka di sekolah, seperti membuat surat keterangan persetujuan orang tua siswa hingga kesiapan fasilitas kesehatan. 

"Kita juga lihat kesiapan fasilias cuci tangan memenuhi atau tidak, kemudian juga kebersihan sekolah. Ada juga terkait kesiapan sekolah untuk mendesain dalam rangka jaga jarak  antar siswa dengan yang lain, ini semua harus dipenuhi," ujar dia.

Sementara Jubir Gugus Tugas Penanganan Vovid-19 Pandeglang, Achmad Sulaeman menuturkan pelaksanaan belajar tatap muka ini akan selalu dievaluasi. Jika nantinya ada sekolah yang dinilai abai terkait protokol kesehatan, maka gugus tugas bisa menutup kegiatan belajar di sekolah tersebut.

"Seperti di Karang Tanjung itu kan baru ada kasus baru, maka kita belum perbolehkan untuk membuka belajar tatap muka. Kita juga akan evaluasi terus, mengecek apakah benar masih ada sarana cuci tangan, sabunnya atau murid pakai masker atau tidak, kalau tidak melaksanakan maka kita beri teguran dulu baru ditutup kalau tetap seperti itu," kata Sulaeman.

Gugus tugas disebutnya mengharuskan tiap sekolah yang sudah membuka belajar tatap muka untuk melengkapi semua fasilitas penunjang kesehatan. "Siswa tetap harus pakai masker, di kelas harus ada hand sanitizer, gurunya juga mencontohkan, kemudian kalau ada anak yang mengeluh sakit apapun tidak boleh masuk," kata dia.

Upaya swab untuk masyarakat disebutnya juga telah dilaksanakan di delapan kecamatan, bagi warga umum hingga guru di sekolah. Kendati demikian, Achmad mengaku kesulitan jika harus melakukan tes swab di masing-masing sekolah karena keterbatasan perlengkapan alat pelindung diri (APD).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat