Suasana di Laboratorium LBMI Eijkman Jakarta (4/11/1993). Lembaga Biologi Molekuler Eijkman adalah lembaga penelitian pemerintah yang bergerak di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. | DOKREP

Nasional

Vaksin Dalam Negeri Dikebut

Vaksin yang dikembangkan Eijkman berbeda dengan yang dikembangkan Sinovac.

JAKARTA – Tren penambahan kasus positif Covid-19 yang terus menanjak hingga akhir Juli 2020 ini membuat urgensi produksi vaksin kian meningkat. Kondisi ini membuat Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mempercepat langkah untuk merampungkan penelitian terkait vaksin Covid-19. 

Per Ahad (26/7), jumlah konfirmasi kasus positif di Indonesia telah mencapai 98.778 orang. Eijkman sendiri merupakan salah satu institusi yang ditunjuk Presiden Jokowi untuk memimpin riset terkait vaksin Covid-19. Selepas riset rampung, produksi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma. 

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, mengatakan, sampai saat ini progres persiapan vaksin Covid-19 baru menyentuh 30 persen. Kendati angkanya terbilang masih rendah, namun Amin menyebutkan bahwa progres yang sudah dijalani ini justru merupakan fondasi atau dasar dari tahapan riset selanjutnya.

“30 persen itu adalah kalau kita bikin rumah, kita bikin pondasinya dulu bagian terpenting. Biasanya setelah pondasi selesai ke depan akan lebih cepat,” kata Amin, Ahad (26/7).

Eijkman diberi batas waktu sampai Maret 2021 untuk merampungkan riset terkait vaksin Covid-19. Terkait batas waktu yang diberikan pemerintah ini, Amin optimistis bisa menepatinya. Bahkan ia yakin produksi vaksin atas prakarsa Eijkman bisa dilakukan setidaknya Februari 2021 mendatang.

“Insya Allah bisa lebih cepat. Tapi ya tidak lebih cepat 6 bulan juga, agak sulit. Tapi kami berupaya proses yang bisa diperpendek akan kami lakukan. Tapi terkait dengan tumbuhnya sel dan virus tak bisa dipercepat,” ujar dia.

Untuk saat ini, riset vaksin Covid-19 yang dijalankan Eijkman sudah sampai proses pengembangan antigen, berupa protein rekombinan. Protein ini mewakili protein //spike// atau protein S dan protein N atau nucleocapsid yang menjadi sasaran vaksin. “Karena dua mekanisme itu adalah dua mekanisme yang harus diblok oleh antibodi,” ujar Amin.

Beda tipe

Vaksin yang dikembangkan oleh Eijkman berbeda dengan vaksin yang dikembangkan oleh Bio Farma bersama produksi vaksin asal China, Sinovac Biotech Ltd. Amin pun menjelaskan perbedaan mendasar antara vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac-Bio Farma dan Eijkman-Bio Farma.

“Bedanya adalah di platform. Vaksin Sinovac menggunakan virus utuh, mereka mengkultur virusnya, kemudian setelah diperoleh virus dalam jumlah besar kemudian virusnya dimatikan dengan bahan kimia. Kemudian setelah dibersihkan, langsung bisa dipakai. Ya makanya prosesnya lebih cepat,” kata Amin.

Amin beranggapan, vaksin yang diproduksi di dalam negeri dengan hasil riset yang sepenuhnya dilakukan di dalam negeri lebih menguntungkan ketimbang impor. Vaksin yang benar-benar dikembangkan di Indonesia, kata dia, akan terbebas dari biaya-biaya tambahan seperti beban paten.

“Kemudian kita lebih memiliki kepastian tentang kapasitas produksi karena semuanya dalam kendali Indonesia,” ujar Amin.

Di luar penelitian vaksin yang masih terus berlanjut, Amin meminta masyarakat benar-benar tetap menjalankan protokol kesehatan demi menekan penularan virus korona. Menurutnya, adanya vaksin pun tak lantas membuat masyarakat bisa terbebas dari protokol kesehatan yang ketat.

Menurut Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, vaksin Covid-19 menjadi alternatif apabila daya tahan tubuh tidak bisa melawan Covid-19. “Kalau tidak bisa (mencegah masuknya Covid-19), maka ada vaksin. Karena itu seluruh dunia, 200 lebih negara kini berlomba-lomba berinisiatif membuat vaksin Covid-19,” ujar dia.

Dia menyebut, negara yang terlebih dahulu akan memproduksi vaksin ini adalah Cina yaitu vaksin Sinovac yang kini sudah masuk di tahap uji klinis. Eijkman, kata dia, juga sedang berusaha mengupayakan vaksin ini dengan menggandeng Bio Farma.

“Jadi mari bertanding sama-sama yang cepat. Pasti bangga kalau punya vaksin dari Indonesia,” kata Wiku.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat