Warga mengantre pembagian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dalam rangkaian penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) di Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (13/5). | Destyan Sujarwoko/ANTARA FOTO

Tajuk

Covid-19 dan Kemiskinan

Covid-19 menjadi penyebab angka kemiskinan meningkat.

Tren penurunan tingkat kemiskinan sejak September 2017 terpatahkan gara-gara pandemi virus Covid-19. Virus ini juga berdampak mematikan pada perekonomian masyarakat.

Data terbaru tingkat kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan hal tersebut. Jika persentase penduduk miskin pada September 2019 sebesar 9,22 persen, per Maret 2020 naik menjadi 9,78 persen. Besaran persentase ini bila ditampilkan dalam angka setara dengan penambahan 1,63 juta penduduk miskin sejak September 2017. Atau, jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 26,42 juta orang.

Kenaikan penduduk miskin terakhir kali terjadi pada Maret 2017. Saat itu, jumlah penduduk miskin mencapai 27,77 juta orang atau naik 10,64 persen ketimbang September 2016. Namun, setelah Maret 2017 itu jumlah penduduk miskin menunjukkan tren penurunan. Hingga melonjak kembali pada Maret tahun ini. "Pandemi Covid-19 berdampak luar biasa. Mengganggu aktivitas ekonomi yang memengaruhi pendapatan masyarakat," kata Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (15/7).

 
Pergerakan masyarakat terbatasi, perekonomian pun melambat. Dampaknya dirasakan semua lapisan masyarakat. Namun, kelompok masyarakat kelas bawah terdampak paling tajam.
 
 

Bila kita tengok, awal Maret 2020 adalah kali pertama pemerintah mengumumkan keberadaan kasus Covid-19. Beberapa waktu kemudian, diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk sejumlah provinsi. Penularan virus korona dicegah dengan penjarakan sosial dan fisik agar korban jiwa tidak terus bertambah.

Di sisi lain, PSBB ini menyebabkan perubahan pola perilaku masyarakat. Pergerakan masyarakat terbatasi, perekonomian pun melambat. Dampaknya dirasakan semua lapisan masyarakat. Namun, kelompok masyarakat kelas bawah terdampak paling tajam.

Apalagi, program bantuan sosial pemerintah untuk masyarakat terdampak Covid-19 belum digulirkan pada awal Maret itu. Program bantuan sosial baru diwujudkan pada April. Namun, dampak perlambatan roda perekonomian terus berjalan. Tak sedikit perusahaan merumahkan karyawannya sehingga tingkat pengangguran bertambah.

Pendapatan masyarakat pun mulai berkurang. Pengeluaran konsumsi rumah tangga nyungsep karena penurunan daya beli. Tak heran bila pekerja di sektor informal paling rentan menjadi miskin. Kala itu, sektor pariwisata terdampak paling awal akibat pembatasan pergerakan dan penjarakan fisik.

Namun, selain pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat dan terpuruknya sektor pariwisata, diperparah harga eceran komoditas pokok yang naik. Akibatnya, tak hanya jumlah penduduk miskin yang bertambah.

 
Angka ini menyimpulkan, Covid-19 menjadi penyebab angka kemiskinan meningkat. Sebab, episentrum penyebaran virus korona bermula dari Ibu Kota.  
 
 

Kedalaman dan indeks keparahan kemiskian pun meningkat. Per Maret 2020, indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan dan perdesaan naik, dari posisi 1,50 poin pada September 2019, menjadi 1,61 poin. Indeks keparahan kemiskinan naik tipis dari 0,36 poin menjadi 0,38 poin.

Disparitas kemiskinan di perkotaan dan perdesaan jadi makin lebar. Jumlah penduduk miskin di kota juga lebih banyak daripada di desa. Rasio gini per Maret 2020 naik tipis dari 0,38 pada September 2019 menjadi 0,381 per Maret 2020. DKI Jakarta tercatat paling tinggi peningkatan rasio gini. Rasio gini menggambarkan tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan penduduk.

Angka ini menyimpulkan, Covid-19 menjadi penyebab angka kemiskinan meningkat. Sebab, episentrum penyebaran virus korona bermula dari Ibu Kota.  

Berpeluangkah terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin pada bulan-bulan berikutnya? Sejumlah ekonom memprediksi, kondisi perekonomian global belum membaik hingga akhir tahun.

Bank Dunia memprediksi, pandemi Covid-19 dapat mendorong 71 juta orang ke jurang kemiskinan ekstrem pada 2020. Perkiraan ini berbasis pada proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi global tahun ini yang terkontraksi 5,2 persen. Artinya, tak hanya Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin.

Baik data maupun proyeksi tentang kemiskinan ini menggambarkan tantangan berat upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Target tingkat kemiskinan tujuh persen pada 2024 menjadi tidak mudah. Percepatan pemulihan ekonomi pada 2021 merupakan keniscayaan.

Namun sebelum itu, data tentang penduduk miskin mesti diperbarui. Penambahan jumlah penduduk miskin akibat pandemi harus dimasukkan dalam data terkini. Ini terkait program jaring pengaman sosial yang akan digulirkan. Ketepatan dan kesesuaian target, menentukan sukses tidaknya program jaring pengaman sosial yang disalurkan.

Tidak kalah penting adalah program pemberdayaan ekonomi. Program ini menyasar utamanya pada level usaha mikro kecil menengah yang paling rentan terdampak akibat Covid-19. Mereka mesti dibuatkan program yang memungkinkan bertahan dalam kondisi krisis. Sinergi program pemerintah pusat dengan daerah haruslah erat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat