cover | cover-republika

Halaman 8

Sosok yang Rajin Beribadah

Oleh Sosok yang Rajin Beribadah

 
"Nalurinya kuat sekali akan keberadaan musuh. Misalkan, ia merasakan sebentar lagi tidak aman, ia langsung bergerak. Saat di Wonosari, misalnya, baru bergerak 200 meter, langsung ada musuh. Mungkin, karena beliau dekat dengan Tuhan.
Heru Santoso
 


Selain dikenal karena semangatnya yang pantang menyerah, Panglima Besar Jenderal Soedirman juga dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah. Hal itu pun tergambar dari bekas kediamannya yang telah diubah menjadi museum Sasmitaloka Panglima Jenderal Besar Soedirman. Museum ini terletak di Jalan Bintaran Wetan, Pakualaman, Yogyakarta.

Sajadah dan krekel yang ia gunakan untuk beribadah masih tertata rapi di kamar tidurnya. Tempat shalat itu diletakkan tepat di samping tempat tidurnya yang ada di museum.

Kepala Museum Sasmitaloka Panglima Jenderal Besar Soedirman, Heru Santoso, mengatakan, ada tiga kehebatan Soedirman dalam beribadah berdasarkan sejarah. Pertama, Soedirman merupakan sosok yang selalu menjaga kesuciannya dengan berwudhu. Kedua, saat wudhunya batal, ia akan berwudhu kembali. Bahkan jika tidak dalam masuknya waktu shalat pun, ia tetap akan berwudhu.

Ketiga, karena Soedirman selalu menjaga menjaga wudhunya, saat mendengar suara azan ia pun langsung melaksanakan shalat dalam keadaan apa pun. "Beliau siap setiap saat untuk shalat, tidak ada nanti-nanti. Beliau adalah seseorang yang taat beribadah," kata Heru kepada Republika, Selasa (15/01)

Saat memimpin perang gerilya pun, Hery menambahkan, Soedirman tidak pernah menunda untuk melakukan ibadah. Pun, saat dalam kondisi sakit. Saat bergerilya, Soedirman  memerintahkan kepada ajudannya untuk membawa kendi yang berisi air. Air tersebut ia gunakan untuk berwudhu ketika saat perang gerilya.

Soedirman juga sempat beberapa kali hampir tertangkap oleh Belanda saat mempertahankan kemerdekaan. Namun, sebelum tertangkap, ia pun berhasil menghindari hal tersebut.

"Nalurinya kuat sekali akan keberadaan musuh. Misalkan, ia merasakan sebentar lagi tidak aman, ia langsung bergerak. Saat di Wonosari, misalnya, baru bergerak 200 meter, langsung ada musuh. Mungkin, karena beliau dekat dengan Tuhan," kata Heru lagi.

Untuk mempertingati hari kelahiran dan meninggalnya Soedirman, Museum Sasmitaloka memiliki acara rutin yang diisi oleh keturunan Panglima Besar.

"Peringatan biasanya diawali shalat Isya berjamaah dan dilanjutkan bacaan Yasin dan doa. Diakhiri dengan tausiyah tentang Islam biasanya sama anak bungsunya Pak Teguh. Juga, ada pemberian santunan untuk yatim dan masjid," ujar Heru.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat