Ilustrasi merawat kucing. | EPA

Kisah Dalam Negeri

Bergerilya Merawat Kucing

Kucing perlu makan dan perawatan agar tetap hidup.

OLEH MEILIZA LAVEDA

Sepanjang Jalan Pasir Naga, Parung, Bogor, tampak sepi. Siapa sangka di kawasan tersebut terdapat Rumah Kucing Parung (RKP) yang didirikan pasangan suami istri, Dita Agusta (45 tahun) dan Mohammad Lutfi (55 tahun).

Menyusuri rumah kucing tersebut, pengunjung kemudian disambut oleh kucing. Tampak dari pintu dapur sudah terlihat belasan ekor kucing. Kucing-kucing tersebut terlihat bersih dan terawat. Suara mengeong kerap menghiasi telinga pengunjung yang mendatangi rumah penampungan tersebut.

Dita menuturkan, awalnya ide untuk rumah kucing sudah ada sejak 2014. Namun, Dita tidak merencanakan rumah penampungannya dibuka untuk umum. Sebagai pencinta hewan sejak tahun 2000, saat itu Dita telah memiliki 30 ekor kucing peliharaan. Rata-rata kucing miliknya hasil dari penyelamatan di jalan. 

Kemudian pada 2015, beberapa dari temannya datang untuk meminta tolong agar kucing mereka ditempatkan di rumahnya. Mulai dari situlah, keluarga sepakat untuk membuat rumah penampungan untuk kucing yang butuh rumah aman.

Lahan RKP terletak di bagian belakang rumah. Kini, Dita sedang merawat 300 ekor kucing. Mayoritas kucing yang dirawat berjenis kucing lokal. "Kalau kucing berbulu panjang, sekarang sudah banyak yang rawat. Sedangkan, kalau kucing lokal jarang. Apalagi, mereka yang tinggal di jalan, cari makan susah. Makanya, saya lebih berfokus kepada kucing lokal," tutur Dita kepada Republika, Senin (13/7). 

Dita menerima kucing dari manapun. Dahulu, ia aktif menyelamatkan kucing yang telantar, sakit, bahkan yang luka di jalanan. Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang datang untuk meminta tolong Dita merawat kucingnya. Namun, ia menegaskan adanya rumah kucing juga perlu ada bantuan. Bagaimanapun, kucing perlu makan dan perawatan agar tetap hidup. 

Untuk mengendalikan jumlah kucing yang ada di RKP, Dita turut aktif mencari pengadopsi. Semua kucing yang berada di RKP sudah dalam kondisi steril. Oleh karena itu, kucing tersebut cocok untuk diadopsi. Biasanya Dita aktif dalam laman media sosial atau acara-acara, seperti pameran hewan untuk mencari pengadopsi.  

photo
Relawan pecinta satwa yang tergabung dalam Cat Lover Peduli Covid-19 mengikuti pengobatan gratis untuk kucing saat acara Kenduri Satwa di Galeri Joli Jolan Solo, Jawa Tengah, Sabtu (13/6/2020). Selain pemeriksaan kesehatan kucing oleh dokter hewan, kenduri satwa juga diisi edukasi cinta satwa dan dimanfaatkan sebagai ajang kumpul para relawan penolong satwa di Soloraya dengan disesuaikan protokol pencegahan Covid-19 - (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Seorang pengadopsi tidak perlu membayar biaya adopsi. Cukup dengan membayar materai sebesar Rp 10 ribu dalam perjanjian yang telah dibuat. Pengadopsi harus bertemu langsung dengan Dita dan tidak bisa diwakilkan siapa pun guna melihat kelayakan orang tersebut untuk merawat kucing dengan baik. 

Ia juga bersyukur semakin hari semakin banyak yang mengenal Rumah Kucing Parung sehingga banyak orang yang berdonasi untuk kesejahteraan kucing. Selain itu, donasi tersebut juga bisa dibuat anggaran untuk membayar karyawan sebanyak lima orang. Donasi yang diterima tidak hanya berupa uang, tetapi juga kebutuhan kucing lainnya. 

"Donasi yang saya terima tidak hanya berupa uang. Kalau ada orang yang mau donasi makanan, juga kita terima, berapa pun jumlahnya," ujar dia. 

Niat baik Dita dan suami tak jarang menghadapi kendala, salah satunya kendala ekonomi. Terlebih, saat pandemi Covid-19, donasi yang diterima sangat menurun. 

Akan tetapi, hal tersebut tidak membuatnya berhenti. Tak jarang, ia harus merogoh kocek sendiri untuk membeli makanan, perawatan kucing, dan upah karyawan jika donasi kurang. “Selama sehari, saya bisa menghabiskan sekitar Rp 1 juta untuk biaya perawatan dan makan kucing,” kata dia. 

Salah satu karyawan, Nina, mengatakan, rutinitas kegiatan bekerjanya dimulai pada pagi hari untuk membereskan kandang dan pupuk. Tak lupa ia mengganti air minum dan makanan yang selalu tersedia.

Selain itu, peletakan kucing juga sudah diatur. Kucing-kucing yang sedang hamil atau baru beranak biasanya ditaruh di kandang agar tidak terlepas dari anak-anaknya, termasuk kucing yang baru dirawat juga ditaruh di kandang. Sebab, kata dia, kucing baru kerap bertengkar dengan kucing yang lain.

“Untuk kucing yang kurang sehat, juga dipisahkan. Para karyawan juga merawat kucing yang sedang sakit, seperti sakit mata, budukan, skabies, belekan, dan flu. Untuk penyakit yang lebih parah, kucing akan diarahkan menuju rumah sakit hewan untuk menerima pengobatan yang lebih serius,” ujar Nina. 

photo
Relawan pecinta satwa yang tergabung dalam Cat Lover Peduli Covid-19 mengikuti pengobatan gratis untuk kucing saat acara Kenduri Satwa di Galeri Joli Jolan Solo, Jawa Tengah, Sabtu (13/6/2020). Selain pemeriksaan kesehatan kucing oleh dokter hewan, kenduri satwa juga diisi edukasi cinta satwa dan dimanfaatkan sebagai ajang kumpul para relawan penolong satwa di Soloraya dengan disesuaikan protokol pencegahan Covid-19 - (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat