Ilustrasi siswa belajar. | ANTARA FOTO/Septianda Perdana

Kisah Dalam Negeri

Keluhan Siswa Belajar Jarak Jauh

Siswa menilai belajar jarak jauh akan menambah beban.

MEILIZA LAVEDA 

Tahun ajaran baru 2020/2021 mulai dilaksanakan pada Senin, 13 Juli, ini. Sekolah di DKI Jakarta belum menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilakukan secara tatap muka. Meski begitu, beberapa sekolah sudah melaksanakan persiapan pengajaran jarak jauh. 

Salah satu siswi sekolah menengah atas (SMA), Anastasya Julya (15 tahun), menuturkan, persiapan KBM dan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sudah disosialisasikan dari pihak sekolah secara daring. 

Sebagai siswi yang baru masuk SMA, proses pendaftaran ulang sudah dilakukan melalui daring. Masa MPLS, kata dia, berlaku tiga hari, mulai dari Senin (13/7) hingga Rabu (15/7). “Karena aku siswa baru, pihak sekolah menyampaikan akan ada MPLS sampai Rabu. Baru mulai belajarnya Kamis,” tutur Anastasya, Ahad (12/7).

Nantinya, baik MPLS maupun belajar akan dilakukan melalui aplikasi Zoom. Menurutnya, sistem KBM jarak jauh tidak efektif. Terlebih persoalan pemahaman materi, kata dia, lebih baik KBM secara tatap muka di sekolah. 

Selain itu, persoalan pemakaian kuota internet juga menjadi kendala baginya. Sebab, setiap hari akan melakukan kegiatan via daring yang nantinya akan memakan kuota cukup besar. 

Sementara, untuk buku pelajaran, Anastasya menjelaskan, pihak sekolah sudah menyiapkan. Namun, masih menunggu jadwal untuk pengambilan buku. Selama menunggu, murid baru diperkenankan untuk memakai e-book yang akan disediakan atau bisa mencari materi di internet. 

Siswa lain yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kelas 9 di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Abdul Rahman (14 tahun), mengatakan, pihak sekolah sudah menyosialisasikan tentang KBM jarak jauh. 

Hal ini disampaikan melalui rapat yang digelar pihak sekolah bersama wali murid khusus untuk siswa kelas 9 pada Jumat (10/7) lalu. Selain itu, informasi terkait KBM daring beserta peraturannya juga telah diberitahu oleh wali kelasnya. 

“Sudah dikasih tahu tentang pembelajaran jarak jauh sama peraturannya pas Jumat kemarin dari informasi dari wali kelas,” kata Rahman. 

Sebelum melaksanakan KBM daring, sesuai dengan peraturan sekolah, setiap tahun awal ajaran baru pihak sekolah akan mengadakan pre-test. Abdul menjelaskan pekan pertama akan digunakan untuk pre-test pada setiap mata pelajaran. 

Materi yang akan diuji, yakni materi yang diajarkan pada kelas 8. Ia menuturkan, hal ini dilakukan demi mengulang kembali materi pada tahun ajaran sebelumnya, apakah siswa masih paham atau tidak. Pelaksanaan pre-test juga diselingi dengan kegiatan lain, seperti tadarus dan shalat Dhuha.

Kendati tidak sabar untuk melewati tahun terakhir di masa SMP, Abdul mengatakan, KBM via daring memiliki banyak kekurangan. Pertama, materi yang dijelaskan guru via Zoom, kata dia, sulit dipahami. “Saya enggak suka belajar pakai Zoom,” gerutunya. 

Selain itu, sejak belajar dari rumah, ia tidak bisa bertemu dengan teman-temannya. Menurutnya, adanya teman bisa menambah semangat belajar. Walaupun demikian, sebagai siswa kelas 9 yang akan lulus tahun depan, ia hanya bisa pasrah menerima keputusan pemerintah.

“Habis mau gimana lagi, memang sih kalau belajar di sekolah ngeri juga lagi korona gini,” ujar dia. 

Sementara itu, salah satu siswa sekolah dasar (SD) yang terletak di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Mazaya K (9 tahun), mengatakan, pembelajaran via daring akan menggunakan aplikasi Google Meet dari arahan pihak sekolah. Ia mengaku, pembelajaran via daring sangat membosankan.

“Bosen banget kalau belajar di rumah. Enggak ramai kayak di sekolah,” ujar Mazaya.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat