Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Hikmah Pandemi Bagi Keluarga Muslim

Empat kunci agar keluarga Muslim dapat saling menguatkan pada masa krisis pandemi.

Oleh MARYAM QONITAT

OLEH MARYAM QONITAT

Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan ekonomi, tapi juga berpotensi berdampak terhadap keretakan rumah tangga atau terganggunya keharmonisan hubungan suami istri. Hal ini disebabkan banyaknya para suami sebagai kepala keluarga yang kehilangan pekerjaannya atau berkurang pemasukannya. 

Potensi keretakan rumah tangga dapat terjadi jika para suami dan istri tidak memperhatikan hal-hal utama dalam menghadapi ujian pandemi ini. Ada pelajaran yang seyogianya diambil oleh keluarga Muslim di Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Pertama, bersabar saat pemasukan kepala keluarga berkurang drastis atau bahkan hilang pekerjaannya. Bersabar mudah diucapkan, tapi butuh diperjuangkan. Ada 103 kali kata sabar diulang dalam Alquran dengan turunan maknanya. Ini menunjukkan bahwa sabar bukan semata sifat yang disematkan kepada orang yang akan dibersamai oleh Allah (QS al-Baqarah: 153).

Namun, sifat sabar juga bermakna kata kerja yang tidak berhenti di satu momen kehidupan, tapi berterusan tiada habisnya. Suami seyogianya bersabar atas penghasilan yang ia dapatkan. Istri seyogianya bersabar atas nafkah yang ia terima dari suaminya. 

Kedua, suami adalah qowwam yang berarti pemimpin atau kepala keluarga yang bertanggung jawab memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya dalam kondisi apa pun selama ia mampu secara jiwa dan raganya.

Karenanya, hilangnya pekerjaan atau kondisi wabah bukanlah excuse yang bisa dijadikan oleh suami untuk tidak bekerja keras semampu yang bisa ia lakukan karena Allahlah pemegang rezeki. Manusia hanya diwajibkan untuk berikhtiar, bertawakal, serta tak putus asa dari rahmat-Nya.

Ketiga, dukungan dan pengertian dari istri. Berkurangnya pemasukan suami dalam kondisi pandemi Covid-19 bukanlah karena kemauan suami. Namun, kondisi yang menjadikannya seperti itu. Hal inilah yang perlu dipahami oleh para istri. Suami yang masih berusaha keras untuk mencari nafkah walau jumlahnya tidak banyak haruslah dihargai.

Seperti kisah Asma’ binti Abu Bakar, sang putri khalifah pertama yang bersabar dengan harta yang dimiliki oleh suaminya Zubair Bin Awwam. Zubair tidak mempunyai harta selain kuda. Namun, ia tetap membantunya merawat kuda, memberikannya makan dan minum, bahkan ia membuat sendiri adonan roti. Berkurangnya pemasukan suami bukanlah alasan utama yang bisa dijadikan oleh para istri untuk menggugat cerai suaminya. 

Keempat, akhlak adalah yang utama. Mungkin harga diri suami menjadi terusik ketika pemasukan berkurang. Mungkin ketenangan istri berubah menjadi kegelisahan. Kekhawatiran terus menerus akan masa depan yang tidak menentu. Biaya pendidikan menjadi beban. Biaya makan terkurangi. Tetapi, ada yang tidak boleh berubah, yaitu akhlak. Akhlak suami kepada istri. Begitupun akhlak istri kepada suami. Suami tetaplah qowwam yang harus dihargai. Istri tetaplah makmum yang harus dijaga.

Empat hal tersebut merupakan kunci agar keluarga Muslim dapat saling menguatkan pada masa krisis pandemi ini. Krisis ekonomi adalah sementara. Namun, ikatan kasih sayang antara keluarga haruslah selamanya. Bersabarlah dan jadikanlah shalat sebagai penolong utama karena qanaahlah kunci utamanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat