.Petugas kesehatan melayani nasabah untuk konsultasi kesehatan di kantor cabang Bank Mantap, Jakarta, Jumat (19/5). Pensiunan mesti merencanakan keuangan setelah tak lagi bekerja. | Republika/ Wihdan

Perencanaan

Melek Dana Pensiun

Disiplin untuk mengedit dan mengaudit gaya hidup dengan mengutamakan gaya hidup sehat.

Dana pensiun idealnya dipersiapkan sejak dini. Sangatlah penting untuk menata gaya hidup sehari-hari dan mengatur kembali prioritas serta tujuan hidup di masa depan. Perencana keuangan Aliyah Natasha mengungkap tiga poin pembelajaran sederhana yang dapat berdampak besar pada penghematan uang untuk menabung dana pensiun.

Pertama, ungkap Aliyah, mulai membuat perencanaan sederhana. Rencana tersebut harus dapat menjawab pertanyaan, seperti nilai total kebutuhan hidup masa pensiun, audit jumlah aset dan liabilitas yang dimiliki, cek kebiasaan investasi dan kebiasaan untuk pantau, serta ketahanan sumber dana masa pensiun.

Kedua, pentingnya attitude yang memiliki peran kunci dalam kesuksesan perencanaan dana pensiun tersebut. Disiplin untuk mengedit dan mengaudit gaya hidup dengan mengutamakan gaya hidup sehat, membangun life goals yang baru, belajar hidup sederhana, dan proaktif dalam mencari berita, serta informasi agar melek investasi, menjadi kunci pemahaman guna membangun kelangsungan kesejahteraan hidup kita dan keluarga.

“Menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman menjadi poin terakhir yang penting dilakukan, sebab keberlangsungan dan kebahagiaan hidup berasal dari keluarga dan kestabilan finansial. Karenanya, nikmati waktu dan kebersamaan dengan keluarga dan teman,” kata Aliyah.

Sementara itu, terdapat empat langkah konkret yang dapat segera direalisasikan saat ini juga. Misalnya, mempersiapkan dana darurat, melek investasi, pivot skills untuk mendapatkan penghasilan tambahan, serta yang paling penting adalah proteksi, baik proteksi jiwa, kesehatan, diri, maupun kesejahteraan secara maksimal.

 
Menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman menjadi poin terakhir yang penting dilakukan.
ALIYAH NATASHA, Perencana Keuangan
 

Kesadaran masih rendah 

Kesadaran masyarakat dalam menyiapkan dana pensiun masih sangat rendah. Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2018, peserta dana pensiun baru mencapai 6,01 persen dari total pekerja Indonesia, sedangkan Bloomberg mencatat, laporan keuangan perusahaan TBK terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki aset untuk kewajiban imbalan pasti hanya 16 persen.

Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi virus Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat secara global, tetapi juga pada perekonomian dan sektor bisnis. Dampak pada sektor bisnis ini yang mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada pekerja secara serentak di berbagai industri.

Di Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan melalui Dirjen Pembinan Pelatihan dan Produktivitas, jumlah pekerja yang terkena PHK mencapai 2,8 juta jiwa.

Bila mengacu pada data dari OJK untuk kepesertaan dana pensiun pekerja, di Indonesia masih banyak perusahaan yang tidak atau belum mempersiapkan program dana pensiun bagi karyawannya. Ini mengakibatkan permasalahan baru saat mereka tidak memiliki modal lagi dan harus merumahkan karyawannya.

Di sinilah mengapa penting sebuah perusahaan berpartisipasi dalam program dana pensiun, seperti DPLK, yaitu agar tidak mengganggu cash flow perusahaan. “Program dana pensiun pun dapat memberikan jaminan kepada karyawan untuk memperoleh penghargaan selayaknya melalui total dana pensiun yang telah terkumpul,” kata Head of Pension Department, PT Avrist Assurance, Firmansyah, dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Saat kondisi finansial menantang seperti sekarang, kata dia, program dana pensiun dapat membantu pihak penyedia lapangan kerja (perusahaan) dan pihak pekerja (karyawan) untuk bersama-sama bertemu di satu titik solusi mutual, yaitu saat PHK harus dilakukan untuk menurunkan beban operasional perusahaan dan karyawan menerima dana pensiun sesuai lama bekerja di perusahaan tersebut. Dengan begitu, pekerja dapat mempertahankan kesejahteraan keuangan sembari mencari pekerjaan lain.

Dia menekankan pentingnya proteksi finansial untuk menjamin masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu, dia menganjurkan kepada masyarakat untuk mempersiapkan finansial masa depannya sedini mungkin di dalam usia produktif. Ini juga penting untuk menghindari kendala ketika seorang individu memasuki usia nonproduktif dan tabungan tidak menjamin kesejahteraan usia lanjut, sehingga ia bergantung pada anak-cucunya.

“Itulah sebabnya kami semakin gencar dalam memberikan edukasi berkelanjutan mengenai DPLK, karena cara kita mengelola keuangan saat ini akan menjadi faktor penentu kesejahteraan masa depan kita. Inilah juga mengapa penting untuk memberikan edukasi ini kepada generasi milenial dan Gen-Z, yang notabene sudah dan akan memasuki usia produktif,” kata Firmansyah.

photo
Seorang pensiunan PNS memperlihatkan kartu ATM yang baru diterimanya oleh petugas bank di Medan, Sumatra Utara, Rabu (1/4/2020). Pensiunan PNS kini tidak perlu mengambil uangnya secara langsung lewat bank melainkan melalui ATM kantor bayar masing-masing terkait pencegahan virus Covid-19 - (ANTARA FOTO)

Pada kenyataannya, bagi milenial, menyiapkan dana pensiun memang bukan perkara mudah. Abdurrahman (27 tahun) seorang pekerja lepas mengaku belum terpikir untuk mempersiapkan dana pensiun.

“Tabungan pasti punya, tapi sekarang nabung buat modal menikah dulu sih. Kalau menabung untuk dana pensiun enggak,” kata Abdurrahman.

Dia mengamini, dana pensiun penting untuk menjamin hari tuanya kelak. Namun, sejauh ini dia lebih tertarik menginvestasikan uang untuk modal usaha, atau menabung untuk membeli sejumlah aset, seperti emas, saham, tanah, dan rumah. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat