Pengungsi Rohingya mengenakan masker seturunnya dari kapal di Pantai Lancok, Aceh Utara, Kamis (25/6). | EPA/HOTLI SIMANJUNTAK

Kabar Utama

Pengungsi Rohingya Tidur Beralaskan Tikar

Pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh dilaporkan masih dalam kondisi memprihatinkan.

OLEH FERGI NADIRA, BAMBANG NOROYONO, ZAHROTUL OKTAVIANI

Sebanyak 99 pengungsi Rohingya yang diselamatkan warga Aceh di laut Aceh Utara dilaporkan masih dalam kondisi memprihatinkan dan membahayakan keselamatan jiwa mereka. Para pengungsi saat ini ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhoksemauwe, Aceh dan tidur beralaskan tikar sepanjanga akhir pekan ini.

"Kondisinya mulai membaik, hanya ya masih ada kendala kesehatan kulit dan pencernaan. Karena terlalu lama dalam kapal, dan tidak teratur makan," ujar Rima Shah Putra, direktur Yayasan Geutanyoe yang berbasis di Aceh, kepada Republika, Ahad (28/6). Di antara para pengungsi, ada 1 bayi, 17 anak perempuan, 10 anak lelaki, 53 perempuan dan 18 laki-laki.

"Mereka masih terpaksa tidur di atas tikar dan lantai, menunggu bantuan kasur," ujarnya. Pada Ahad (28/6) sore, baru tiba kasur-kasur kapuk khas Palembang dan bantal yang didatangkan Yayasan Geutanyoe. “Sekadar pelengkap menunggu penempatan di lokasi baru yang lebih layak," kata Rima menambahkan.

Masyarakat Aceh Utara dan lembaga-lembaga sosial sejauh ini aktif memberikan bantuan kemanusiaan. Yayasan Geutanyoe bersama perkumpulan suaka mengapresiasi setinggi-tingginya tindakan masyarakat Aceh yang mendaratkan perahu para Pengungsi Rohingya dari perairan Aceh Utara.

 
Mereka masih terpaksa tidur di atas tikar dan lantai, menunggu bantuan kasur.
 
 

"Masyarakat Aceh juga berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Bupati Aceh Utara (Muhammad Thaib) untuk memberikan penampungan dan tindakan terhadap pengungsi yang membutuhkan perawatan medis," ujar Rima.

Kapal yang membawa para pengungsi Rohingya itu didapati nelayan terombang-ambing sekitar empat mil laut dari pesisir Pantai Lancok, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara pada Kamis (25/6). Meski ikut menyalurkan bantuan makanan dan cairan disinfektan ke kapal pengungsi, pemerintah dan aparat setempat sempat berupaya mendorong kembali kapal ke tengah lautan saat sempat mencapai 30 meter dari tepi pantai.

Warga dan nelayan setempat yang melihat para pengungsi di atas kapal kemudian jatuh iba dan mendesak kapal itu ditarik ke darat. Mereka menyaksikan banyak anak-anak dan perempuan di kapal yang kondisinya juga sudah rusak tersebut. 

"Tarik kemari sekarang, biar kami yang beri makan," ucap salah seorang warga dilansir Serambinews. Sebagian warga yang menyaksikan di tepi pantai menangis, lainnya meluapkan amarah ke pihak aparat dan pemerintah setempat.

Pada sore hari, warga dan nelayan  akhirnya habis kesabaran dan menarik kapal ke tepian dan menurunkan para pengungsi dimulai dari anak-anak, kemudian perempuan dan para pria. Pada petang hari, para pengungsi diberangkatkan dari Pantai Lancok ke  lokasi penampungan sementara di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe kawasan Punteut, Kecamatan Blang Mangat.

Komandan Korem 011/Lilawangsa Kolonel Sumirating Baskoro menekankan, langkah pertama yang perlu segera dilakukan ialah mencari tempat penampungan yang layak. Menurut dia, informasi dari kepala Imigrasi Lhokseumawe bahwa kondisi bekas kantor itu sudah tidak layak pakai sebagai tempat penampungan.

“Bukan hanya kondisi bangunannya, tapi juga kondisi prasarananya sudah rusak dan sanitasinya tidak ada," kata dia. Maka dia mengajak para pihak segera mencari solusi agar segera terwujud lokasi penampungan yang layak bagi para pengungsi.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini memastikan  berlakunya protokol kesehatan guna mencegah penularan virus korona tipe baru atau Covid-19 di kalangan migran etnis Rohingya. Pelaksana Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah mengatakan, Kemenlu bekerja bersama Pemerintah Daerah setempat dalam hal ini berkerja sama dengan Badan PBB untuk Urusan Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan International Organisastion and Migration (IOM).

Pihak-pihak tersebut akan segera melakukan upaya-upaya lebih lanjut terkait penanganan 99 orang migran etnis Rohingya. "Fokus utama sekarang adalah pemenuhan kebutuhan dasar, pemberian penampungan sementara, dan pelayanan kesehatan," ujar Faiza saat dihubungi Republika.

Otoritas Indonesia juga tengah menyelidiki kemungkinan adanya unsur penyelundupan manusia sehingga para pengungsi tersebut menjadi korban. Ia menekankan, penyelundupan manusia adalah kejahatan yang harus dihentikan dan memerlukan kerja sama kawasan dan internasional.

Perjalanan laut yang tidak aman ini dipastikan akan terus terjadi sepanjang akar masalah tidak diselesaikan. Bagi Indonesia, upaya menciptakan kondisi kondusif di Negara Bagian Rakhine penting untuk terus dilakukan agar etnis Rohingya dapat kembali secara sukarela, aman dan bermartabat di rumah mereka di Rakhine.

Dalam pertemuan informal para menteri luar negeri ASEAN atau Asean Ministerial Meeting (AMM) secara virtual beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi juga sempat menyinggung soal boat people atau manusia perahu yang tidak lain adalah para pengungsi Rohingya yang berupaya kabur dari kamp-kamp pengungsi menggunakan kapal. 

"Saya menekankan bahwa mereka (para pengungsi-red) lagi-lagi menjadi korban penyelundupan dan perdagangan manusia. Oleh karena itu untuk mencegah yang berarti prevenetif measures, mencegah mereka untuk melakukan perjalanan lauy yang dapat membahayakan kehidupan mereka," ujar Menlu Retno.

Sedangkan Amnesty Internasional mencatat, sekitar 90 sampai 150 etnis minoritas Myanmar tersebut, melarikan diri melewati perairan Aceh Utara, pada Rabu (24/6).  

Direktur Eksekutif Amnesty Indonesia Usman Hamid, mendesak mereka diberikan kebutuhan dasar, seperti makan, pakain, air bersih, dan tempat tinggal sementara yang layak. “Apalagi, banyak diantara pengungsi Rohingya ini, adalah anak-anak,” kata Usman dalam rilisnya kepada Republika

photo
Warga Aceh menolong pengungsi Rohingya turun dari kapal pengungsi di Pantai ancok. Aceh Utara, Kamis (25/6). - (EPA/AZIZ ABDI)

Amnesty, kata Usman menyarakan, Pemerintah Indonesia punya komunikasi yang luas dengan negara-negara tetangga Asia Tenggara (ASEAN) agar punya misi yang sama menyelamatkan para pengungsi Rohingya. Menurut Usman, di bawah hukum internasional, negara-negara di kawasan wajib hukumnya menyalamatkan pengungsi yang mencari perlindungan di wilayah negara yang disinggahi. “Menolak para pengungsi (Rohingya) ini, sama saja dengan melegalkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia,” kata Usman. 

Amnesty Internasional mencatat saat ini sekitar 750 ribu etnis Rohingya di Myanmar, berstatus pengungsi. Kebanyakan para pengungsi ini adalah perempuan, dan orang tua, serta anak-anak dan balita. Sejak 2012, etnis muslim yang menjadi minoritas di Myanmar tersebut, dikatakan Amnesty menjadi korban aksi genosida pemerintahan junta Myanmar. Ribuan di antara mereka, tewas dalam banyak aksi kekerasan militer yang terjadi di Negara Bagian Rakhine.

Mereka yang berhasil keluar dari Myanmar, kebanyakan memilih untuk mengungsi ke Bangladesh. Tak sedikit juga yang nekat mengarungi laut lepas dengan perahu seadanya, untuk menyelamatkan diri menuju Indonesia, dan Malaysia. Muslim Rohingya yang nekat mengarungi lautan lepas untuk menyelamatkan diri, juga tak sedikit yang mengalami karam, dan tewas di lautan. Gelombang pengungsian Muslim Rohingya ini, sudah terjadi sejak 2012. 

Arakan Rohingya National Organisastion (ARNO) mengapresiasi pemerintah dan penduduk Indonesia dalam menyelamatkan para pengungsi Rohingya yang terdampar di laut Aceh. Sebanyak 99 pengungsi Rohingya yang kebanyakan perempuan kini ditampung di Kantor Imigrasi Lhoksumawe.

"Kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada orang-orang dan pemerintah Indonesia atas upaya dermawan mereka menyelamatkan sekitar 100 pengungsi Rohingya yang terdampar dan berada dalam kesulitan di laut di Aceh," ujar pernyataan ARNO.

ARNO merasa Indonesia sangat ramah memberi para pengungsi tempat berlindung sementara dan bantuan oleh dalil kemanusiaan. Menurut kelompok tersebut, bantuan Indonesia telah dianggap sebagai demonstrasi nyata dari persaudaraan, kepemimpinan dan gerakan kemanusiaan yang menonjol.

photo
Tinjauan dari udara kapal yang mengangkut para pengungsi Rohingya di laut Aceh Utara, Kamis (25/6). - (AP/Zik Maulana)

"ARNO meminta agar pemerintah Indonesia terus memberikan bantuan sementara sampai sumber daya yang memadai tersedia bagi para pengungsi untuk mendapatkan tempat berlindung yang aman dan sumber makanan," ujar ARNO.

Bantuan Indonesia di Aceh juga diharapkan agar  Rohingya kembali ke rumah dengan cara yang aman dan bermartabat. Dalam hal ini, ARNO menyerukan kepada para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk mengatasi akar penyebab krisis Rohingya dan masalah pengungsi.

Filantropi 

Sejumlah lembaga amil zakat, infak, dan sedekah (LAZ) turun tangan membantu para pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh. Berbagai kebutuhan sudah mulai dikirimkan sejak para pengungsi mendarat. 

"Dompet Dhuafa Aceh sejak Kamis malam segera asesmen, advokasi dengan pemda dan lembaga terkait serta memberikan bantuan kesehatan darurat di lokasi. Kami membawa serta para tim medis dan tenaga kesehatan," ujar Pimpinan Dompet Dhuafa Cabang Aceh, dr Nuril, Ahad (28/6).

Tim medis diturunkan untuk memberikan bantuan penanganan kesehatan pengungsi Rohingya, utamanya bagi lansia, wanita, juga anak-anak. Dompet Dhuafa juga mendirikan pos hangat untuk mereka.

Dalam usaha memberikan pertolongan, protokol kesehatan Covid-19 tetap dilakukan oleh tim Medis Dompet Dhuafa Aceh. "Seluruh pengungsi Rohingya juga telah menjalani rapid test dan hasil keseluruhannya dinyatakan nonreaktif," kata dia.

photo
Seorang pria etnis rohingya menjalani identifikasi dan pemeriksaan di tempat penampungan sementara, bekas kantor Imigrasi Punteuet, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (26/6). Hasil identifikasi dan pemeriksaan tes diagnosa cepat (rapid test) Covid-19 menyatakan sebanyak 99 orang etnis Rohingya dinyatakan nonreaktif - (ANTARA FOTO/RAHMAD)

Dompet Dhuafa Aceh mengajak masyarakat mendoakan serta berpartisipasi dalam donasi untuk memenuhi kebutuhan mendesak para pengungsi Rohingya di Aceh. Beberapa kebutuhan yang dibutuhkan, seperti pendampingan kesehatan anak dan perempuan, paket obat-obatan, juga hygiene kit.

Sementara Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberangkatkan tiga armada kemanusiaan untuk penanganan imigran Rohingya di Aceh. Armada humanity food truck, humanity water truck, dan sebuah pikap kabin ganda diberangkatkan langsung dari Wakaf Distribution Center di Gunung Sindur, Parung, Kabupaten Bogor, menuju Lhokseumawe, Aceh Utara.

Tim Disaster Emergency Response Aksi Cepat Tanggap Daryadi Kuncoro menerangkan, tiga armada kemanusiaan tersebut akan mendukung pelayanan dapur umum dan aksi dermawan dalam memenuhi kebutuhan pengungsi Rohingya.

Humanity food truck akan menyediakan hidangan bergizi. Sementara humanity water truck akan mendukung kebutuhan air bersih bagi rombongan "manusia perahu" itu. "Di tengah pandemi Covid-19 ini, kami juga tetap mengikuti peraturan yang berlaku," ujar Daryadi dalam keterangan yang didapat Republika, Ahad (28/6). Tim ini diperkirakan akan tiba di Lhoksumawe dalam waktu 3-4 hari. 

Langkah ACT dalam membantu pengungsi Rohingya sudah dilakukan sejak 2012. Hingga kini, beragam bantuan untuk pengungsi Rohingya terus diberikan. Baik kepada mereka yang terisolasi di Rakhine, Myanmar, maupun di kamp pengungsian di Cox's Bazar.  

Sementara, CEO Rumah Zaka Nur Efendi menyebutkan, pihaknya telah melakukan asesmen kebutuhan sejak hari pertama. "Tiga relawan kita sudah berada di lokasi dan melakukan asesmen awal terkait kebutuhan apa yang mendesak saat ini dan dibutuhkan oleh pengungsi Rohingya ini," ujar Efendi saat dihubungi Republika, Ahad (28/6).

photo
Sejumlah etnis Rohingya menunggu di ruangan setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dan identifikasi di tempat penampungan sementara di bekas kantor Imigrasi Punteuet, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (26/6). - (ANTARA FOTO/RAHMAD)

Dari hasil pengamatan awal, yang menjadi perhatian dan kebutuhan adalah kesehatan. Selain itu, para pengungsi ini diketahui minim persediaan makanan. Selama berlayar di lautan, mereka tidak membawa banyak bekal.

"Kita berikan stok makanan, salah satunya kornet Superqurban Rumah Zakat. Kita kolaborasi juga dengan pihak terkait untuk makanan," katanya. Rumah Zakat juga telah mengirimkan kebutuhan pakaian lengkap, baik bagi laki-laki, perempuan, maupun bayi.

Kondisi kesehatan pengungsi asal etnis Rohingya di Aceh sempat mengkhawatirkan. Salah seorang petugas medis yang bergabung dengan tim Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Utara, dr Niza Novrizal, mengatakan, kebanyakan para pengungsi mengalami malnutrisi. Mereka juga mengalami dehidrasi atau kurang cairan, gangguan pencernaan, serta demam. Kebanyakan anak-anak dari pengungsi asal Myanmar itu juga menderita diare. 

“Kebanyakan para pengungsi mengalami gatal-gatal. Kami dari tim medis Aceh Utara memberikan pengobatan langsung,” katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat