Warga berjalan di pasar, di Guangzhou, Cina, Senin (22/6). Cina berlomba menahan gelombang kedua kasus Covid-19 yang kebanyakan berada di Beijing. | EPA-EFE / ALEX PLAVEVSKI

Kisah Mancanegara

Warga Beijing Enggan Makan Seafood

Warga takut tertular infeksi virus korona yang kembali muncul di Beijing.

OLEH RIZKY JARAMAYA, KAMRAN DIKARMA

Masyarakat Cina kehilangan selera untuk mengonsumsi ikan salmon setelah kasus infeksi virus korona kembali muncul di sebuah pasar di Beijing. Setelah dilakukan pelacakan, virus korona diduga berasal dari papan pemotong salmon impor. 

Para pengekspor ikan salmon dari Eropa merasa kesulitan ketika infeksi virus korona kembali muncul di Beijing. Tak hanya itu, supermarket dan pelaku e-commerce, seperti Taobao, JD.con, dan Meituan, yang menyediakan produk ikan laut beku, terpaksa harus memangkas penjualan salmon. 

Seorang pegawai pemerintah, Ma Xuan, mengatakan, dia tidak akan membeli produk ikan laut lagi. Ia takut tertular infeksi virus korona yang kembali muncul di Beijing. Dia akan kembali mengonsumsi ikan laut beku apabila pandemi virus korona telah usai. 

"Saya telah membuang semua ikan beku dari lemari es di rumah. Saya akan menunggu sampai pandemi virus ini selesai. Mungkin saya bereaksi berlebihan, tapi siapa yang tahu? Saya tidak ingin mengambil risiko kesehatan bagi keluarga saya," ujar Ma. 

Menurut laporan Reuters, Taobao dan JD.com telah memangkas penjualan salmon impor di Beijing. Sementara, raksasa pengiriman makanan, Meituan Dianping, telah menarik semua produk salmon secara nasional. 

photo
Seorang wanita mengantar anaknya dari sekolah di Guangzhou, Cina, Senin (22/6). Cina berlomba untuk menahan gelombang kedua kasus covid-19 yang kebanyakan berada di Beijing - (EPA-EFE / ALEX PLAVEVSKI )

Penjualan produk seafood pada aplikasi Meituan telah merosot sejak 12 Juni, tepatnya sehari setelah infeksi virus korona kembali muncul di sebuah pasar grosir di Beijing. Kepanikan juga terjadi ketika ada rumor bahwa penyebaran virus dapat meluas ke produk lainnya, seperti daging sapi dan kambing. 

Dampak dari infeksi baru virus korona juga dirasakan oleh pemilik restoran sushi dan hotpot di Beijing. Pemilik restoran hotpot ikan Yufu Yuzai, Barron Qin mengatakan, biasanya pelanggan mengantre di restoran miliknya. Namun, kini restorannya sepi meski tidak menjual ikan salmon.

"Harapan saya ibarat gelembung sabun, hancur berkeping-keping oleh babak baru pandemi," ujar Barron. 

Dalam dua pekan terakhir, lebih dari 250 orang di Beijing terinfeksi virus korona. Virus ini kembali muncul setelah warga Beijing mulai menjalani kehidupan secara normal ketika lockdown dilonggarkan. 

Seorang analis Economist Intelligence Unit, Dan Wang, mengatakan, konsumsi makanan laut di Cina pada Juni akan berkurang dan impor makanan laut diperkirakan turun 3 persen tahun ini. 

"Konsumsi makanan laut pada Juni akan runtuh karena kepanikan publik bahwa makanan laut mungkin menjadi penyebab gelombang kedua virus," kata Dan. 

Cina mengimpor 4,44 juta ton makanan laut senilai 106 miliar yuan atau 15 miliar dolar pada tahun lalu, dari Rusia, Peru, dan Vietnam. 

Kasus global

Sementara, Data Johns Hopkins University melaporkan, infeksi Covid-19 secara global telah melampaui angka 9,2 juta kasus dengan lebih dari 477 ribu kematian. Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan kasus terbanyak, yaitu melampaui 2,3 juta kasus dengan lebih dari 121 ribu kematian. 

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengkritik kurangnya koordinasi internasional dalam penanganan Covid-19. Dia memperingatkan kebijakan yang melakukan sesuatu secara sendiri-sendiri oleh banyak negara tidak akan mengalahkan pandemi. 

"Ada kurangnya koordinasi di antara negara-negara dalam menanggapi Covid," kata Guterres dalam sebuah wawancara dengan Associated Press pada Selasa (23/6). 

Menurut dia, koordinasi global adalah kunci untuk penanganan pandemi Covid-19. Koordinasi dalam konteks ini tak hanya menyatukan kapasitas semua negara, tapi juga bekerja sama dalam hal perawatan, mekanisme pengujian, dan vaksin yang dapat diakses semua pihak. "Ini adalah cara kita mengalahkan pandemi," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat