Dialog Jumat 19/6/2020 | Republika

Laporan Utama

Muslim Bergerak Lawan Rasialisme

Puluhan organisasi komunitas Muslim bersatu menuntut reformasi kepolisian di Amerika.

Gelombang demonstrasi pascakematian pria Afro-Amerika, George Floyd, di tangan polisi kulit putih, Derek Chauvin, terus terjadi. Demonstrasi besar-besaran tak hanya berlangsung di  berbagai negara bagian Amerika Serikat, tetapi juga di Amerika Latin hingga Eropa. Lebih dari itu, demonstrasi yang juga bertujuan menolak rasialisme itu telah memantik semangat umat Islam di Negeri Paman Sam untuk turut serta bergabung dalam barisan demonstran. 

Pada Sabtu (13/6) lalu, umat Islam juga berbondong-bondong berkumpul di Balai Kota Newark, New Jersey, untuk turut mengecam kebrutalan polisi Amerika atas kematian Floyd yang mencerminkan rasialisme. Seperti dilansir NJ.com, dalam aksi itu, Dewan Keadilan Sosial, Lingkaran Islam Amerika Utara (ICNA) Cabang New Jersey, menyerukan perlunya reformasi di tubuh kepolisian Amerika. Mereka meminta adanya pelatihan agar polisi lebih peka terhadap rasialisme. 

ICNA juga membuat petisi daring menuntut dakwaan pembunuhan dijatuhkan kepada keempat polisi. Saat ini, hanya Derek Chauvin yang menghadapi tuntutan pembunuhan tingkat dua. Aksi yang dilakukan umat Islam di New Jersey itu pun mendapat sambutan hangat dari dewan lokal, wali kota, serta para pemuka agama lain yang juga turut mengikuti jalannya aksi itu. 

"Kita semua berkumpul di sini untuk menyuarakan solidaritas untuk saudara-saudara kita komunitas Afrika-Amerika, dan kami mengutuk kematian George Floyd di Minnesota. Kebrutalan polisi adalah masalah yang sudah berlangsung lama di negeri ini dan Floyd adalah korban kekejaman ini," kata Direktur ICNA Atif Nazir.

photo
Demonstran menentang aksis rasialisme aparat kepolisian AS atas kematian George Floyd - (Dok AP)

Lain lagi dengan cara protes yang berlangsung di Kota Milwaukee, Negara Bagian Wisconsin, Amerika Serikat. Para seniman lokal membuat mural bertajuk Muslim untuk Kulit Hitam. Aksi membuat mural itu berlangsung di sepanjang jalan Utara Avenue dan jalan Utara Holton. Seperti dilansir Milwaukee Journal Sentinel, aksi membuat mural itu berlangsung pada Ahad (14/6). Aksi itu digagas kelompok seni Muslim Milwaukee yang diketuai Amal Azam dan Nayfa Naji. Keduanya bekerja sama dengan seniman lokal untuk membuat mural dengan disertai pesan Black Lives Matter serta tulisan “Our Kids Will Not Be Next”. Itu dibuat sebagai respons atas kematian Floyd.

Azzam berharap aksi pembuatan mural itu dapat menyampaikan pesan persatuan, khususnya di Kota Milwaukee yang sudah lama dipecah oleh pemisahan ras dan etnis secara paksa. Sedangkan, rekannya, Naji, berharap protes dan gerakan menentang rasialisme yang berlangsung baru-baru ini dapat membawa perubahan. 

Dilansir dari Aljazirah, sebanyak 90 organisasi komunitas Muslim bersatu menuntut reformasi kepolisian di Amerika. Selain itu, mereka juga mendukung organisasi-organisasi yang dipimpin warga kulit hitam Amerika Serikat. Dilansir 5Pillars, koalisi 90 organisasi komunitas muslim Amerika yang bersatu dengan dimotori oleh Muslims Wellness Foundation dan Muslim Advocates itu menuntut polisi mengakhiri diskriminasi dan kekerasan terhadap orang kulit hitam. 

"Kami jadi saksi momen yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat transformatif dalam sejarah. Di tengah pandemi global, banyak komunitas kulit hitam bergulat dengan rasa sakit, trauma, dan kesedihan yang ditimbulkan oleh momok rasialisme dan kekerasan antikulit hitam. Komitmen kami teguh dan kolektif terhadap keadilan, kewajiban kami sebagai Muslim untuk menentang ketidakadilan sistemik yang berkontribusi terhadap penderitaan ini," kata Direktur Eksekutif Muslim Wellness Foundation Kameelah Mu'Min Rashad.

Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Syukron Kamil menilai demonstrasi yang bergulir setelah kematian Floyd tidak hanya menunjukkan protes atas perlakuan polisi yang berujung pada penuntutan reformasi di tubuh kepolisian Amerika.

Lebih dari itu, demonstrasi juga merupakan ungkapan penolakan terhadap rasialisme secara umum, terutama yang sering menimpa kaum kulit hitam, termasuk Muslim. Demonstrasi Muslim dari berbagai organisasi pun menjadi gambaran dukungan yang diberikan umat Islam dari ragam ras terhadap rasialisme yang sering menimpa warga kulit hitam.

"Itu bagian dari dukungan Muslim kulit putih dan kulit berwarna kepada kalangan kulit hitam yang sering mendapat tindakan rasial," kata Syukron kepada Republika.

 
Itu bagian dari dukungan Muslim kulit putih dan kulit berwarna kepada kalangan kulit hitam yang sering mendapat tindakan rasial.
PROF SYUKRON KAMIL, Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
 

Syukron menjelaskan, rasialisme sudah sering menimpa warga kulit hitam di Amerika Serikat, termasuk di dalamnya adalah Muslim. Menurut Syukron, berdasarkan data Council on American Islamic Relation (CAIR), ada 14 ribu sampai 15 ribu kasus diskriminasi yang menimpa umat Islam di Amerika tak lama setelah peristiwa serangan 11 September 2001. Muslim perempuan yang paling sering menjadi korban rasialisme.

Syukron juga mengatakan, kelompok Muslim di Amerika juga sering dituduh kalangan liberal sebagai kelompok sosial yang tak bisa menerima nilai-nilai Barat. "Belakangan, ketakutan Muslim di AS atas tindakan rasialisme kulit putih berubah bentuk menjadi ketakutan terhadap kalangan ultranasionalis yang antipendatang dan anti-Islam," katanya. 

Singkatnya, demontrasi yang dilakukan Muslim bukan sekadar solidaritas terhadap kaum kulit hitam, tetapi juga menjadi luapan dari rasialisme dan diskriminasi yang sering dialami umat Islam, baik itu kulit hitam maupun kulit putih, di Amerika. "Hanya saja, saat (rasialisme dan diskriminasi) menimpa umat Islam (pada kasus-kasus) sebelumnya,  dukungan dari non-Muslim tidak sebesar kasus Floyd karena bentuk rasialismenya adalah Islamofobia," kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat