Museum Pak Dirman Saat Awal Militer | Republika

Halaman 10

Museum Pak Dirman di Awal Militer

Monumen Jenderal Soedirman Purwokerto didirikan sebagai pertanda bahwa Jenderal Soedirman memulai kariernya di dunia militer juga dari wilayah Banyumas.

Oleh Museum Pak Dirman di Awal Militer



Tidak banyak yang mengetahui mengenai alasan Monumen Jenderal Soedirman di Kota Purwokerto didirikan. Monumen yang juga menjadi museum Jenderal Soedirman ini berada di wilayah Kelurahan Karanglewas, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas. Tepatnya di tepi timur aliran Sungai Logawa.

Bila menilik kepercayaan warga masyarakat Banyumas yang menyebut Soedirman lahir di Desa Gentawangi Kecamatan atau di Desa Tipar Kecamatan Rawalo, lokasi monumen ini cukup jauh dengan lokasi kedua desa tersebut.

Pengelola Museum Jenderal Soedirman Purwokerto, Hasto Wisnu Probo, menyebutkan, monumen Jenderal Soedirman Purwokerto didirikan bukan hanya untuk menandai bahwa Soedirman merupakan putra Banyumas. Namun, sebagai pertanda bahwa Jenderal Soedirman memulai kariernya di dunia militer juga dari wilayah Banyumas.

 

 
Museum Jenderal Soedirman Purwokerto termasuk salah satu museum yang banyak dikunjungi masyarakat.
Hasto Wisnu Probo
 



Kompleks monumen saat ini menjadi tempat yang nyaman bagi warga Banyumas untuk bercengkerama karena tempatnya asri dengan pohon-pohon besar menjadi peneduh. Untuk masuk ke lokasi monumen ini, warga hanya ditarik retribusi Rp 3.000.

Bangunan museum Jenderal Soedirman berupa bangunan berbentuk lingkaran berlantai dua. Lantai satu berisi maket yang menggambarkan perjalanan hidup dan perjuangan Jenderal Soedirman selama perang kemerdekaan. Maket tersebut dibuat mengelilingi tembok museum. Pada bagian atas maket, juga terdapat foto-foto Jenderal Soedirman dalam berbagai peristiwa.

Selain itu, di samping pintu masuk bagian depan terdapat duplikat tandu yang digunakan Jenderal Soedirman selama perang gerilya. Sementara, di samping pintu belakang museum terdapat maket berisi berbagai jenis senjata kuno yang digunakan para gerilyawan.

Sementara itu, di lantai dua museum yang dibiarkan terbuka tanpa dinding, terdapat patung Jenderal Soedirman menunggang kuda yang menjulang setinggi empat meter. Di bagian bawah patung, juga terdapat diorama tentang berbagai kiprah Jenderal Soedirman selama masa perjuangan.

Selain bangunan utama museum, di bagian depan monumen terdapat dua unit panser pengangkut personel hibah dari TNI. Panser tersebut ditempatkan di bagian samping kanan dan kiri museum.

Hasto menyebutkan, sebagai objek wisata pendidikan, Museum Jenderal Soedirman Purwokerto termasuk salah satu museum yang banyak dikunjungi masyarakat. Pada hari-hari biasa, pengunjung rata-rata per hari bisa mencapai 300 orang. Sedangkan pada hari libur, bisa lebih banyak.

''Selain lokasi sekeliling museum yang nyaman untuk bercengkerama keluarga, juga karena dibantu kebijakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang mewajibkan mahasiswa barunya berkunjung ke museum Jenderal Soedirman,'' ujarnya menjelaskan.

Hal ini dibenarkan Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP Unsoed, Dr Joko Santoso. Dia menyebutkan, sebelum era reformasi, mahasiswa Unsoed akan mendapat mata kuliah kewiraan dengan nilai 2 SKS. Namun, setelah era reformasi, mata kuliah kewiraan ini diganti menjadi mata kuliah jati diri Unsoed.

''Para mahasiswanya pun harus paham nilai-nilai sejarah perjuangan Jenderal Soedirman. Karena itu, mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini, wajib berkunjung ke museum untuk mengenal lebih jauh mengenai sosok Jenderal Soedirman,'' katanya.




 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat