Petugas menata kartu AK/1 yang baru selesai dibuat di Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bogor, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/6). Dalam sepekan ini pembuatan kartu AK/1 atau Kartu Kuning meningkat dikarenakan memasuki musim kelulusan SMA dan SMK | Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO

Nasional

Siswa SMK Ingin Lebih Banyak Pengalaman

Percuma mengeluarkan program tapi tidak diperkuat jaringan antara SMK dan pengusaha.

 

JAKARTA – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merancang sekolah menengah kejuruan (SMK) selama empat tahun dengan lulusan mendapatkan ijazah D-1 atau D-2. Siswa SMK berharap kebijakan ini diharapkan fokus pada memperbanyak pengalaman siswa sebelum lulus.

“Harapan saya, kalau SMK jadi empat tahun bisa banyak pengalaman dan lebih mendalami pelajarannya sebelum masuk ke dalam dunia kerja,” kata siswi SMK Negeri 1 Yogyakarta, Sania, kepada Republika, Jumat (12/6).

Sementara siswa SMK Negeri 1 Purwakarta, Syahrul, mengatakan, kebijakan SMK menjadi empat tahun dan mendapat ijazah D-1 atau D-2 harus bisa menguatkan kompetensi siswa. Menurut dia, saat ini lulusan SMK ketika mencari pekerjaan tidak juga tidak mudah. Semua tergantung kompetensi maupun keahlian lulusan.

“(Mendapat pekerjaan) itu juga tergantung softskill sama hardskill seseorang juga, soalnya kan ada yang sudah mantap ada yang belum. Mungkin dengan jadi empat tahun, bagi mereka yang belum mendapat passion di bidangnya juga bisa jadi dapat passion,” kata dia.

Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Palibelo, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) Eka Ilham, mengatakan, hal yang perlu menjadi catatan adalah tersedianya lapangan pekerjaan bagi para lulusan SMK. Persoalan yang selama ini dihadapi, kata dia, adalah mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian anak-anak ini.

photo
Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) Aceh memproduksi alat pelindung wajah (face shield) di Banda Aceh, Aceh, Jumat (12/6). Selain memproduksi cairan pembersih tangan (hand sanitizer), siswa SMK-SMTI juga membuat alat pelindung wajah yang akan disumbangkan untuk tenaga medis dan Puskesmas untuk penanganan Covid-19 - (AMPELSA/ANTARA FOTO)

“Apa jaminan anak-anak ini setelah mereka keluar dari SMK ini, apakah mereka dengan program SMK ijazah D-1 dan D-2 ini, bisa atau nggak menjamin anak-anak lulusan SMK ini mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka,” kata Eka.

Dia mengatakan, Kemendikbud jangan hanya merencanakan kebijakan tersebut. Namun, juga harus mempersiapkan kondisi lapangan dan jaminan bahwa dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dapat merangkul para lulusan SMK ini.

Menurutnya akan percuma mengeluarkan program-program namun tidak diperkuat jaringan antara SMK dengan pengusaha. Sebab, tujuan SMK adalah bagaimana anak-anak didik setelah lulus bisa mendapat pekerjaan alias tidak menganggur.

Direktur Eksekutif Apindo, Agung Pambudi, menilai, yang dibutuhkan sekolah vokasi adalah fleksibilitas belajar. Menurut dia, akan baik jika siswa dapat bebas menentukan durasi studinya sesuai kebutuhan bidang keterampilannya.

“Misal kuliah satu tahun terus keluar, lalu kerja dan setelah sekian lama kerja ingin kuliah lagi untuk mendapat kompetensi lanjutan. Dia bisa masuk kuliah lagi. Jadi fleksibel sesuai kebutuhan,” kata Agung.

Menurut dia, pembelajaran di sekolah vokasi harus sesuai kebutuhannya. Tantangan mesti dikemas dengan paket kurikulum spesifik yang sesuai kebutuhan untuk satu jabatan atau profesi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat