
Halaman 11
Berkorban Demi Negara
Yang sakit itu Soedirman sedangkan Panglima Besar tidak pernah sakit.
Oleh Berkorban Demi Negara
Dalam sesi wawancara pekan lalu, putra bungsu Soedirman, M Teguh Soedirman, mengatakan, ayahnya dalam kondisi sakit parah. Namun, karena kondisi negara membutuhkannya, ayahnya tetap berangkat untuk berjuang walaupun sudah dihalang-halangi. Dengan tegas Pak Dirman berkata, “Tidak bisa karena Belanda sudah berulang-ulang ingkar janji. Kalau kita dijajah, tidak bisa apa-apa lagi. Ini mumpung kita masih bisa bergerak. Makanya waktu itu Presiden Sukarno berkata, 'Pak Dirman kan dalam kondisi sakit, kok mau mempimpin perang gerilya?' Lalu, Pak Dirman menjawab, 'Yang sakit itu Soedirman sedangkan Panglima Besar tidak pernah sakit. Oleh karena itu, saya minta izin panglima tertinggi untuk memimpin perang gerilya. Jika panglima tertinggi tidak berkenan memimpin perang gerilya, saya bertanggung jawab dengan jabatan saya'.”
Menurut Teguh, tanggung jawab Pak Dirman sebagai pemimpin yang meskipun sakit tetap berjuang dan negara tidak punya uang, mengorbankan keluarganya, berjuang pakai uang sakunya sendiri demi bangsa dan negara serta apa yang dicita-citakan, yakni tidak ingin Indonesia dijajah lagi. Selain itu, kata Teguh menambahkan, Pak Dirman selalu menghargai, memperhatikan dan menerima usulan/pendapat anak buah ataupun orang lain. Setelah ditampung usulan anak buah atau orang lain, Pak Dirman yang menentukan dan memilih mana yang bisa dipakai.
"Pak Dirman pernah berkata kepada Ibu, walaupun pendapat itu misalnya dari tukang sapu sekalipun, tetapi baik dan bisa untuk mempertahankan Indonesia mengapa tidak kita terima,"M Teguh Soedirman
"Pak Dirman pernah berkata kepada Ibu, walaupun pendapat itu misalnya dari tukang sapu sekalipun, tetapi baik dan bisa untuk mempertahankan Indonesia mengapa tidak kita terima," kata Teguh.
Sebagai seorang pimpinan bisa menentukan mana yang baik dan buruk. Tentara yang pernah ikut Pak Dirman menganggap putra-putri Pak Dirman seperti adiknya, karena mereka merasa sebagai putra Pak Dirman juga. "Tetapi apakah sekarang diterapkan oleh para pimpinan?" tanyanya.
“Saya sering menangis sendiri, kok seperti itu ya kebanyakan pemimpin sekarang butuh menangnya sendiri untuk kepentingan sendiri. Saya rasa kalau semua menerapkan seperti yang diarahkan Pak Dirman, negara ini bisa aman tenteram, semua bisa menghargai dan menerima pendapat orang, kecuali kalau ada yang nyleneh misalnya dalam agama, harus kita peringatkan dan kembalikan ke relnya,” kata Teguh, yang mengaku tidak punya rumah dan sekarang tinggal bersama kakaknya di rumah tabon (rumah keluarga besar yang dulu ditinggali ibunya--red).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.