Kepala sekolah SMP N 4 Bawang Mulud Sugito bersama guru wiyata berjalan menuju rumah siswa mengantar , Selasa (2/6). Sejak diberlakukannya belajar dari rumah di Pranten sejumlah guru mengantar lembar penugasan penilaian akhir tahun dengan berjalan melalui | Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Belajar Tetap dari Rumah 

Kegiatan belajar-mengajar di Indonesia diperkirakan baru dibuka pada awal 2021.

 

JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memulai tahun ajaran baru pada pertengahan Juli 2020. Namun, dimulainya tahun ajaran baru bukan berarti siswa akan kembali bersekolah. Proses pembelajaran tetap dilakukan dari rumah. Berbagai daerah pun juga masih mempertahankan sistem pembelajaran jarak jauh. 

Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbud Evy Mulyani mengatakan, tahun ajaran baru 2020/2021 rencananya dimulai pada 13 Juli mendatang. "Tapi, bukan berarti pada tanggal tersebut pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan," kata Evy kepada Republika, Kamis (4/6). 

Kemendikbud melalui Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Hamid Muhammad sebelumnya telah menjelaskan, metode belajar akan tergantung kondisi di daerah. Pembelajaran untuk sekolah yang berada di zona merah dan zona kuning akan berbeda dengan sekolah yang berada di zona hijau.

Hamid menuturkan, metode pembelajaran yang diterapkan pada sekolah di zona merah dan zona kuning masih menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sistem pembelajaran ini sama seperti yang dilakukan sejumlah sekolah selama masa pandemi sejak Maret 2020. Adapun keputusan zona merah, zona kuning, maupun zona hijau merupakan keputusan dari Gugus Tugas Pencegahan Covid-19. 

photo
Petugas PMI menyemprotkan cairan disinfektan di SDN 1 Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Rabu (3/6). Penyemprotan tersebut sebagai persiapan jelang dimulainya aktivitas kegiatan belajar mengajar kembali di sekolah tersebut. - (FAUZAN/ANTARA FOTO)

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memperkirakan, kegiatan belajar-mengajar di Indonesia baru akan dibuka pada awal 2021, bukan dalam waktu dekat. Muhadjir mengatakan, hingga saat ini pemerintah masih melihat perkembangan situasi terkait pandemi Covid-19 di dalam negeri, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali membuka sekolah.

"Untuk membuka sekolah, masih kita lihat situasinya. Kemungkinan akhir tahun atau awal tahun 2021," kata Muhadjir di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (4/6). 

Muhadjir menjelaskan, meski sekolah diperkirakan baru akan dibuka kembali pada awal 2021, tahun ajaran baru tetap mulai berjalan pada pertengahan Juli 2020. Pada tahun ajaran baru tersebut, para siswa akan belajar di rumah menggunakan sistem sekolah berbasis online atau daring.

Ia menegaskan, pembelajaran menggunakan sistem daring tersebut akan dilakukan untuk seluruh siswa yang ada di Indonesia tanpa terkecuali. "Kalau tahun ajaran baru, kemungkinan tidak ada perubahan. Pertengahan Juli 2020 sudah tahun ajaran baru. Masih secara online karena tidak ada jaminan (daerah yang terhindar Covid-19)," ujar Muhadjir.

Saat ini, sejumlah pemerintah daerah tengah mempersiapkan diri untuk memasuki kondisi normal baru. Pada era normal baru tersebut, ada kelonggaran aktivitas masyarakat, khususnya pada sektor perekonomian. Namun, pelonggaran aktivitas pada sektor perekonomian tersebut, tidak dilakukan untuk sektor pendidikan karena memiliki risiko lebih tinggi terpapar Covid-19, khususnya terhadap anak-anak.

photo
Kepala sekolah SMP N 4 Bawang Mulud Sugito (tengah) bersama guru wiyata menyerahkan lembar tugas soal kepada siswa yang belajar di rumah di Pranten, Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (2/6). - (Harviyan Perdana Putra/ANTARA FOTO)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan, proses belajar dan mengajar tetap dilakukan dari rumah meski DKI Jakarta telah memasuki PSBB transisi yang terdapat sejumlah pelonggaran terhadap sejumlah aktivitas. "Belajar dan mengajar di sekolah, belum dimulai terlebih dahulu. Tahun ajaran baru memang dimulai 13 Juli 2020, tapi itu kalender akademik, bukan belajar di sekolah," kata Anies, Kamis (4/6).

Anies menekankan, sekolah akan kembali dibuka jika DKI sudah aman dari Covid-19. Oleh karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat tidak beranggapan bahwa tahun ajaran baru sama dengan dimulainya belajar di sekolah. 

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana sebelumnya mengatakan, kegiatan belajar-mengajar di kelas akan disesuaikan melihat situasi terkini pandemi Covid-19. Karena itu, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada permulaan tahun pelajaran baru tersebut bukan merupakan pembukaan kembali sekolah. "Pembukaan sekolah akan dilakukan setelah situasi dan kondisi dinyatakan aman dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan," kata dia. 

Kegiatan belajar dan mengajar di Provinsi Jawa Barat juga tetap akan dilakukan secara daring meskipun tahun ajaran baru dimulai pada pertengahan bulan depan. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar Dewi Sartika mengatakan, pelaksanaan sekolah tahun ajaran 2020/2021 tetap dengan mekanisme pembelajaran jarak jauh. Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangan sejumlah hal, seperti surat edaran Kemendikbud dan arahan Gugus Tugas Covid-19.

photo
Guru dan anggota yayasan SMP Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS) melakukan rapat penegasan kelulusan siswa kelas 9 secara daring di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Rabu (3/6). - (Maulana Surya/ANTARA FOTO)

Dewi mengatakan, ada dua hal yang menjadi fokus Disdik Jabar dalam menetapkan kebijakan terkait sekolah. Pertama, kata Dewi, adalah memastikan keamanan dan keselamatan peserta didik. Kedua, memastikan peserta didik mendapatkan hak pendidikan. "Hak pendidikan tetap dipenuhi selama pandemi Covid-19 dengan pembelajaran jarak jauh," katanya.

Dewi menambahkan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan kegiatan belajar-mengajar tetap dilakukan dengan mekanisme PJJ setidaknya hingga Desember 2020. Ini penting untuk mencegah penularan Covid-19 pada anak, mengingat anak menjadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi virus tersebut. 

Selain itu, kata dia, hasil kajian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar terkait level kewaspadaan kabupaten/kota menjadi bahan pertimbangan Disdik Jabar dalam mengambil keputusan. Hasil kajian tersebut menunjukkan tidak ada satu pun daerah di Jabar yang berada di level 1 atau zona hijau. 

Menurut dia, walau sekolah berada di zona hijau, tetapi misalnya sarana, prasarana, dan keamanan di sekolah itu belum lengkap atau memadai, maka sekolah tersebut tidak boleh memaksakan untuk kembali membuka proses belajar secara tatap muka. Agar PJJ berjalan optimal, Disdik Jabar sudah menempuh sejumlah upaya. Pertama, membekali guru agar mampu memberikan materi pembelajaran secara interaktif. 

photo
Pedagang menunjukan seragam sekolah baru di salah satu toko di Medan, Sumatera Utara, Senin (1/6). - (SEPTIANDA PERDANA/ANTARA FOTO)

Dengan begitu, peserta didik akan lebih mudah mencerna. "Yang menjadi tantangan adalah adanya masalah psikologis dari anak. Ketika mereka sekarang harus berada di rumah dalam waktu yang lama," katanya. 

Untuk guru sendiri, kata dia, diberikan pelatihan secara daring agar mampu memberikan pembelajaran yang menarik, interaktif, ringan, dan tidak terlalu berat. Dewi mengatakan, infrastruktur teknologi atau akses internet menjadi tantangan Disdik Jabar dalam penerapan pembelajaran jarak jauh. Sebab, tidak semua daerah di Jabar mempunyai akses internet yang baik. 

Waktu ideal

Pengamat Pendidikan dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Doni Koesoema mengatakan idealnya sekolah dibuka saat Covid-19 sudah menurun di DKI Jakarta 10 persen dari populasi penduduk di DKI Jakarta. Maka, dari itu saat ini amannya belajar jarak jauh dan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta harus awasi proses belajar mengajar tersebut.

"Ini berdasarkan WHO. Lalu, lingkungan dan di dalam sekolah harus terapkan protokol kesehatan. Kalau tidak percuma saja, yang tadinya jumlahnya menurun yangm terkena Covid-19 malah nantinya meningkat," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (4/6).

Kemudian, ia melanjutkan Gubernur DKI Jakarta harus memikirkan kebijakannya nanti seperti apa. Mulai dari kendaraan, saat sampai sekolah dan di dalam kelas di sekolah. " Jadi, anak yang masuk sekolah harus aman dan nyaman karena penyebaran Covid-19 ini cepat sekali," kata dia.

Ia menambahkan nantinya karyawan dan guru di sekolah juga harus diperiksa kesehatannya. Sehingga mekanisme pendidikan berjalan dengan lancar. "Murid yang di kelas juga diatur jumlahnya dan jaga jarak," kata dia.

 
Gubernur DKI Jakarta harus menyeleksi masyarakat yang masuk ke Jakarta agar penyebarannya tidak semakin parah di DKI Jakarta. Jika begitu nantinya aktivitas biasanya dapat kembali lagi.
 
 

Menurutnya, tidak ada yang bisa memastikan kapan DKI Jakarta menjadi zona hijau itu tergantung kebijakan dan penerapan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. Menurutnya, Bali, Sumatera, Kalimantan dan NTT masih dalam zona merah. Hanya pulau Nias yang zona hijau karena pulau tersebut sendiri jadi relatif aman.

 

"Gubernur DKI Jakarta harus menyeleksi masyarakat yang masuk ke Jakarta agar penyebarannya tidak semakin parah di DKI Jakarta. Jika begitu nantinya aktivitas biasanya dapat kembali lagi,"kata dia.

Di tempat lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, kebijakan membuka kembali sekolah untuk kegiatan belajar-mengajar di Provinsi Jawa Tengah menunggu keputusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Belum akan kami buka, kami masih menunggu dari kementerian," katanya di Semarang, Kamis. 

Ganjar mengaku sudah berkeliling ke beberapa sekolah untuk melihat persiapan kembali dibukanya kembali KBM sambil menyiapkan skenario-skenario kemungkinan penerapan protokol kehidupan normal baru di bidang pendidikan. Beberapa skenario tersebut yaitu menata ruang, menata jam masuk, dan pembatasan kapasitas siswa. 

Meski nantinya kegiatan belajar-mengajar kembali dibuka, Ganjar tidak akan tergesa-gesa dan tetap akan melakukan uji coba dengan mengevaluasi hasil uji coba itu. "Kalaupun sudah dibuka, tidak langsung tumplek brek. Tidak semua masuk, mungkin kelasnya sehari dibagi dua, masuk pagi dan siang sambil melihat hasilnya," katanya.

Kendati demikian, Ganjar menyebut hal itu akan menimbulkan tantangan lain, yakni dalam mengatur transportasi dari rumah ke sekolah serta membiasakan kondisi siswa untuk disiplin. "Transportasi ini yang sulit. Kalau naik angkot kan pasti berdesakan, pegang ini-itu. Belum ketemu formulanya untuk transportasi ini. Sebenarnya ada satu, bisa naik sepeda, kalau perlu sepedaan bareng saya," ujarnya. 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat