Petugas PMI menunjukan kantong berisi darah pendono, Senin (11/5). (ilustrasi) | MOHAMMAD AYUDHA/ANTARA FOTO

Nasional

Gugus Tugas Imbau Pasien Sembuh Donor Plasma

Sebanyak 11 provinsi tidak mengalami penambahan kasus positif Covid-19.

 

SURABAYA – Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengimbau seluruh pasien yang sembuh mendonorkan plasma darahnya untuk terapi plasma konvalesen. Pasien yang telah terkonversi negatif virus korona bisa mempercepat penyembuhan pasien lain dengan donor plasma darah.

“Kami sangat berharap karena untuk membantu menangani pasien Covid-19 yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit,” kata dia di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (2/6).

Terapi plasma konvalesen dinilai membantu mempercepat kesembuhan pasien positif Covid-19 dan merupakan produk kaya antibodi dibuat dari darah yang disumbangkan orang-orang yang telah pulih dari penyakit yang disebabkan oleh virus. Dari pengalaman sebelumnya, terdapat pasien yang dirawat menggunakan terapi plasma konvalesen dinyatakan sembuh total.

Menurut Doni, terapi plasma konvalesen merupakan gagasan dari Kementerian Kesehatan. Sampai saat ini, kata dia, belum ada obat mujarab menyembuhkan pasien positif Covid-19 yang diakui dunia.

photo
Sejumlah pasien positif Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh sedang mendonorkan plasma darahnya Kupang, NTT, Selasa (19/5). Sebanyak lima pasien positif COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh dari kluster Sukabumi mendonorkan plasma darahnya untuk diperiksa dan diteliti untuk bisa menyembuhkan pasien COVID-19 yang masih dirawat jika diperlukan - (Kornelis Kaha/Antara Foto)

“Indonesia selalu berusaha untuk berinovasi, baik para peneliti, tenaga medis maupun unsur-unsur terkait untuk menemukan cara agar bisa mengobati pasien Covid-19," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berharap Jawa Timur segera mengatasi situasinya dan semakin baik dan angka kematian turun. Dia mengaku ke Jatim untuk meninjau proses penanganan Covid-19 di wilayah setempat, serta tugas dari Presiden Jokowi untuk membantu proses percepatan penanganan kasus di Jatim.

“Perlengkapan pelacakan dan pengecekan PCR telah kami datangkan sehingga tim bisa semakin aktif mengecek, mengontrol dan menemukan kasus sedini mungkin agar penyebaran kasus Covid-19 dapat dilokalisir,” ujar dia.

Per Selasa (2/6), sebanyak 11 provinsi tidak mengalami penambahan kasus positif Covid-19. Jumlah ini sebenarnya menurun dibanding pada Senin (1/6) kemarin, saat nihil penambahan kasus positif terjadi di 15 provinsi. Kesebelas provinsi yang tidak mencatatkan ada penambahan kasus pada hari ini adalah Aceh, DI Yogyakarta, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Riau, Maluku, Sulawesi Barat, dan NTT.

Kendati ada 11 provinsi yang nihil penambahan kasus, masih ada beberapa provinsi yang mencatatkan penambahan cukup tinggi. Jawa Timur kembali duduk di peringkat pertama penambahan kasus pada hari ini, dengan 213 kasus baru. Kemudian diikuti Papua dengan 94 kasus, DKI Jakarta dengan 60 kasus, Sulawesi Selatan 44 kasus, dan Sumatra Selatan dengan 24 kasus baru. “Ada juga empat provinsi yang melaporkan ada 1 penambahan kasus positif,” kata Yurianto.

photo
Seorang pasien positif Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh melakukan tes tekanan darah di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) ketika hendak mendonorkan plasma darahnya Kupang, NTT, Selasa (19/5). - (Kornelis Kaha/Antara Foto)

Yurianto menyebutkan, penambahan angka kasus positif yang cukup tinggi menunjukkan bahwa penularan masih terjadi di tengah-tengah masyarakat. Artinya, masih saja ada orang pembawa virus korona, baik dengan atau tanpa gejala, yang dengan mudah menularkannya ke orang lain.

“Masih ada orang yang rentan abaikan protokol kesehatan dan belum melakukan adaptasi kebiasaan baru,” kata dia. Yurianto kembali mengajak masyarakat untuk membiasakan dengan pelaksanaan protokol kesehatan dalam memasuki kenormalan baru. 

Menurut dia, sejumlah kebiasaan yang dulu dianggap lumrah harus diubah, terutama aktivitas yang biasanya dilakukan dalam keramaian. Misalnya, proses pemeriksaan bayi di posyandu yang dulu dilakukan para ibu secara beramai-ramai, kini harus dilakukan dengan penjadwalan agar tidak terjadi penumpukan massa. 

Uji plasma

Sebelumnya, Palang Merah Indonesia (PMI) bersama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berupaya mengembangkan obat yang bisa digunakan untuk terapi pasien Covid-19. Obat yang akan dikembangkan Eijkman dengan dukungan PMI itu, berasal dari plasma darah dari pasien Covid-19 yang sembuh, untuk kemudian mengobati pasien positif virus asal Wuhan, China tersebut.

Sekretaris Jenderal PMI, Sudirman Said mengungkap, PMI sangat antusias dengan inisiatif Eijkmen dalam mengembangkan obat dari plasma darah tersebut. Hari ini juga PMI melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan lembaga Eijkmen dalam rangka kerja sama penelitian penyakit Infeksi dan Non Infeksi di Markas PMI, Jakarta, Rabu (15/4).

"Kami dari PMI akan berkoloborasi dengan lembaga Eijkmen yang telah mengambil inisiatif  untuk melakukan suatu engineering Plasma darah untuk pengobatan Covid-19, di mana pasien Covid-19 yang telah sembuh darahnya akan diambil dan plasmanya akan digunakan untuk menerapi pasien-pasien Covid-19” kata Sudirman Said dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Rabu (15/4). 

Pasca MoU itu, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla (JK) pun memastikan dukungan PMI kepada Eijkmen dalam mengembangkan obat tersebut. PMI pun mempersilahkan lembaga Eijkmen untuk menggunakan fasilitas pengolahan Plasma yang dimiliki di PMI. 

Setidaknya PMI memiliki 15 fasilitas pengolahan plasma yang tersebar di 15 kota di Indonesia. “Kami tentu menyambut baik kerja sama ini dan mempersilahkan kepada eijkmen untuk menggunakan fasilitas pengolahan plasma milik PMI yang tersebar di 15 kota di Indonesia” kata JK.

Sementara, Kepala Lembaga Eijkmen, Prof Amin Subandrio menerangkan obat terapi yang dikembangkan untuk pasien Covid-19 adalah dengan cara mengambil plasma Convalescent dari darah pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh setelah empat pekan.

Kemudian, plasma darah tersebut nantinya akan diberikan kepada pasien yang dalam kondisi berat dengan jumlah virus yang masih banyak dan anti bodinya belum bekerja. Ia berharap anti bodi yang ada di dalam plasma darah pasien yang telah sembuh itu akan membantu memerangi virus yang ada dalam tubuh pasien Covid-19.

“Untuk itu kami mengharapkan nantinya zat anti bodi yang ada dalam plasma darah mantan pasien Covid-19 itu turut membantu menetralisir virus yang ada dalam tubuh pasien Covid-19” kata Amin.

Amin mengungkap alasan lembaga eijkmen tertarik bekerja sama denga PMI. Ini karena, PMI merupakan salah satu lembaga yang memiliki kemampuan dan wewenang untuk menarik darah dari pasien. “Kami tertarik bekerja sama dengan PMI karena ia merupakan salah satu lembaga yang telah memiliki pengalaman dan wewenang untuk mengambil plasma darah dari pasien dan telah memiliki fasilitas pemisahan plasma darah” kata Amin.

Penggunaan plasma darah dari pasien Covid-19 yang telah sembuh kepada pasien Covid-19 yang dalam perawatan juga sedang dicoba dilakukan di rumah sakit-rumah sakit beberapa negara. Seperti di Amerika Serikat juga sudah memulai uji coba untuk pasien-pasien Covid  di New York. Iran juga telah mengklaim berhasil menyembuhkan banyak pasien dengan menggunakan plasma darah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat